Prolog

744 Kata
Gadis itu hanya bisa menatap punggung Chanri -rekan kerjanya- yang mulai menghilang dari pandangannya.   Ia menunduk dan menghela napas karena ia berada di apotek sendirian di area gangnam yang terbilang ramai lingkungan.   Sekarang sudah pukul 09:30 dan dia sedang sendirian di apotek tersebut. Kepala apoteker sudah pulang lebih awal dan jam sekarang memang bagian shiftnya. Karena saat pagi hari sampai siang hari ia kuliah.   Memutar tumit dan duduk seraya memainkan ponsel, ia mengetuk kakinya pada lantai begitu menyetel musik yang disukainya.   Holly menutup matanya sambil menyenderkan tubuh pada sofa. Ia cukup lelah hari ini. Menjadi seorang mahasiswa di fakultas farmasi sekaligus asisten apoteker tidak mudah. Ia harus pintar-pintar membagikan waktu untuk belajar dan bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri.   Sebenarnya Holly bisa saja tidak harus repot-repot untuk mencari uang untuk kebutuhannya, ia mempunyai keluarga yang terbilang cukup mempengaruh di negara yang terkenal boyband dan girlband ini. Ia mempunyai kakak laki-laki yang terpaut tujuh tahun diatasnya dan kakaknya itu seorang pengusaha kaya yang memiliki brand fashion yang cukup fantastis harganya. Sedangkan orang tuanya selalu bolak-balik ke negara orang dan jarang sekali berada di rumah.   Tapi walaupun begitu, Holly tetap saja tidak mau merepotkan orang tua dan kakaknya meskipun orang tuanya selalu mengirim uang.   "Ehem!"   Mata Holly terbuka dan beranjak dari duduknya. Ia mengerjapkan mata berkali-kali ketika seorang pria tampan berada di hadapannya.   "Ada yang bisa saya bantu... tuan?" Tanya Holly ramah juga bingung harus memanggil apa.   "Ada kondom?"   Holly membuka sedikit mulutnya, terkejut karena pertanyaan pria tersebut. Pikirannya yang tadi terus mengagumi pria tersebut menjadi hilang dan berasumsi kalau pria itu sama saja seperti yang lain.   "Tunggu sebentar."   Tobey -pria tersebut- memperhatikan pergerakan gadis di depannya yang sedang mencoba menggapai kondom yang berada di rak paling atas.   "Aish, Chanri bodoh. Mentang-mentang tubuhnya tinggi jadi ditaruh diatas. Ck!"   Tobey mengulum bibirnya saat ia mendengar rutukan gadis itu. Terdengar sangat lucu di telinganya ketika gadis itu sedang merutuki temannya.   Tobey masuk kedalam dan menolong Holly mengambil kondom tanpa perlu kesusahan. Gadis itu tentu saja terkejut dengan kehadiran Tobey yang tiba-tiba saja ada di depannya. Matanya seketika melotot begitu mendongak dan mendapati pria itu sedang tersenyum simpul.   Holly ragu-ragu mengambil pesanan pria itu dan menafsirkan harganya. Tobey kembali berdiri di depan dan terus menatap lamat wajah gadis di depannya.   Wajahnya terasa familiar.   "Permisi, tuan,"   Tobey mengerjapkan mata dan mengeluarkan uang untuk membayar.   "Ada lagi?" Tanya Holly setelah mengambil uang dari Tobey.   Pria itu menggeleng sambil tersenyum membuat Holly yang melihatnya sedikit merona karena senyuman dari pria itu sangatlah manis, menurutnya.   "Ini, tuan. Terima kasih." Ucap Holly sambil memberikan kembalian juga menampilkan senyum sopannya.   Tobey membalas dan mengangguk. Baru saja ia memutar tumitnya, Tobey kembali lagi berdiri seperti sebelumnya.   "Namamu siapa?"   Pertanyaan Tobey sukses membuat Holly terkejut bukan main. Pasalnya, ini pertama kali ia ditanyai nama dari pembeli berjenis kelamin pria.   "Eum, maksudku, aku menanyakan namamu hanya ingin memastikan saja. Karena wajahmu mirip sekali dengan rekan kerjaku." Sela Tobey.   Holly menghela napas lega. "Park Holly."   Tobey mengangguk mengerti lalu tersenyum. "Kau adiknya Park Chadric, bukan?"   "Kau mengenali kakakku?"   Mengangguk, Tobey sembari mengambil permen coklat yang ada disana. "Ya. Dia rekan kerjaku."   Kini Holly yang mengangguk mengerti. Matanya tertuju pada sebuah kantong plastik yang berisi kondom. Dan Tobey mengerti arah pandang Holly kemana.   "Ah.. ini," Tobey menaikan kantung plastik itu. "Ini bukan milikku. Tapi Chadric hyung yang memintanya." Jelas Tobey dengan senyuman manisnya.   Lagi, mata Holly membulat. "Dia yang memintanya?!"   Tobey mengangguk. "Iya, makanya dia tidak mau ikut keluar denganku. Dan sekarang dia ada di dalam mobil disana." Tobey menunjuk ke luar dimana sebuah mobil hitam yang Holly yakini harganya sungguh tinggi baginya.   Holly menggeleng tak menyangka. Namun ia baru saja menyadari sesuatu. Kenapa bisa ia berbicara lebih panjang dengan seorang pria yang baru di temuinya. Ini pertama kalinya ia mengobrol panjang dengan seorang pria yang baru dikenalinya.   "Maaf, sepertinya aku harus kembali. Kapan-kapan kita bisa berbicara lagi di tempat yang lebih menyenangkan."   Gadis itu mengangguk dengan mata yang tertuju mobil disana. "Boleh aku meminta tolong padamu?"   Tobey sedikit mencodongkan tubuhnya membuat Holly harus menahan napasnya beberapa detik.   "Tolong bilang padanya, jangan terlalu sering melakukannya."   "Kenapa kau tidak bicara langsung dengan dia?" Tanya Tobey dengan posisi yang masih sama.   Holly merasa gelisah sekarang. Saat Tobey bicara, terpaan napas pria itu mengenai wajaa.   "A-aku tidak bisa." Balasnya pelan dan menunduk.   "Baiklah, tapi ada syaratnya."   Sontak Holly mendongak dan saat itu juga ia menyesal karena tatapannya bertemu dengan tatapan mata Tobey yang tajam.   "Berikan aku kenikmatan dari tubuhmu."   Plak   "Kau sama saja dengan Chadric oppa." Tukas Holly setelah menampar pipi Tobey.   Tobey meringis dan tersenyum miring-- ralat menyeringai saat itu juga.   "Sampai jumpa di esok hari."   Holly menatap tajam kepergian Tobey. Ia kira, Tobey orang baik-baik, namun kenyataannya pria itu sama saja dengan kakaknya.   Suka berhubungan seks dengan wanita yang berbeda-beda.   "Aku benci pria sepertinya."  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN