"Anak nakal, apa kau di kamar? Kata pelayan kau sudah pulang."
Alexa sangat terkejut saat ia mendengar suara kakeknya yang berasal dari depan pintu kamarnya. Setelah berhasil menguasai rasa terkejutnya, ia langsung memberi isyarat pada Cassie untuk segera menutup mulutnya serta mengakhiri percakapan mereka.
"Aku ada di sini, Kek!" sahutnya setelah ia melihat anggukan dari Cassie.
"Apa Kakek boleh masuk?"
Tanpa menunggu Alexa memohon padanya, Cassie berinisiatif berlari ke pintu untuk membukakan pintu kamar sahabatnya itu.
"Kakek Wilson," tegurnya ramah pada pria berusia senja yang sedang berdiri di hadapannya saat pintu telah terbuka lebar.
Arnold Wilson mengangguk pada wanita muda itu, "Apa Alexa yang telah memintamu untuk datang?" tanyanya sembari melirik sang cucu yang tampak sedang duduk di pinggiran ranjang dengan tatapan lurus ke arahnya.
"Alex menghubungiku siang ini, Kek." Cassie mundur satu langkah ke belakang, memiringkan tubuhnya untuk memberi jalan pada Arnold agar pria berusia senja itu bisa menemui cucunya.
"Jadi hubungan kalian sudah baik-baik saja?" seiring ia bertanya, Arnold melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar sang cucu. Sedikit merasa bingung tentang mengapa Alexa tidak menyambut kedatangannya seperti yang selama ini cucunya itu lakukan sebelum menghilang selama satu tahun.
Satu tahun yang lalu, ketika Alexa meninggalkan mansion, ia bukan tidak mencari cucu kesayangannya itu. Ia sudah melakukannya, dan akhirnya menemukan Alexa sedang bekerja sebagai kasir di sebuah Minimart. Ada semangat di mata cucunya itu saat Alexa melakukan pekerjaannya, mencoba bertahan hidup setelah ia memblokir semua kartu yang dimiliki oleh cucunya itu.
Menyaksikan apa yang cucunya lakukan, ia pikir mungkin ada baiknya jika ia mengajari Alexa sebentar agar kelak cucunya itu bisa bertahan dalam kondisi apapun. Namun bukan berarti Arnold melepaskan Alexa sepenuhnya, tidak! Ia telah memerintahkan dua orang Bodyguard untuk mengawasi cucunya itu dari kejauhan.
Jadi, kapanpun Alexa membutuhkan bantuannya, ia bisa segera datang untuk menolong cucunya itu.
Tetapi, selama satu tahun Alexa ternyata bisa bertahan. Arnold hampir merasa putus asa dan ingin mendatangi cucunya itu untuk memaksa Alexa pulang ke mansion. Siapa sangka, Alexa justru menghubunginya sendiri. Tentu saja apa yang terjadi pada sang cucu ada campur tangan Arnold di dalamnya.
Ia, telah membuat kesepakatan dengan Bonny Baxter, ibu Quinn Baxter, yang pernah meminta dukungan darinya gara-gara perusahaan yang sedang ditangani oleh putrinya telah mengalami kerugian besar. Menurut informasi dari kedua Bodyguard yang sudah ia perintahkan untuk mengawasi cucunya, Arnold tahu kalau Davin, pria yang sedang dekat dengan cucunya itu, telah bekerja di perusahaan milik keluarga Baxter.
Demi menyadarkan Alexa, maka Arnold pun memberikan tawaran pada Bonny jika ia akan membantu perusahaan yang dipimpin oleh Quinn namun dengan syarat Quinn harus bisa membuat Davin agar menjauhi kekasihnya. Yaitu cucunya. Tapi, Quinn tidak boleh tahu jika wanita yang akan disakiti oleh Davin itu adalah cucu Arnold. Arnold ingin Quinn menyakiti Alexa secara natural agar cucunya itu segera pulang ke mansion.
Bonny dengan senang hati menyetujui persyaratan yang Arnold berikan, bahkan wanita itu juga berjanji kalau Bonny akan merahasiakan dari putrinya bahwa Alexa adalah cucu Arnold.
Bonny merupakan ibu tunggal, Arnold sudah menyelidiki tentang wanita itu sebelum membuat kesepakatan dengannya. Suami Bonny telah meninggal dua tahun yang lalu. Membuat wanita itu sangat terpukul hingga kehilangan keinginan untuk meneruskan perusahaan milik sang suami. Karena itu Bonny menyerahkan posisi pimpinan perusahaan kepada putrinya, Quinn.
Ternyata, Quinn juga bukanlah seorang wanita yang mampu untuk menangani perusahaan dengan baik. Wanita muda itu hanya tahu bersenang-senang dan menghabiskan kas perusahaan. Membuat perusahaan yang dipimpin oleh wanita itu mengalami defisit. Dan Quinn menutupi kekurangan perusahaannya dengan mengambil jalan pintas. Produk perusahaan itu yang semula bagus, kini tidak lagi dilirik oleh para konsumen akibat bahan baku yang Quinn gunakan untuk membuat produk perusahaan berasal dari bahan baku yang harganya sangat murah.
Quinn melakukan hal itu untuk menutupi sifat konsumtifnya. Namun berakibat buruk pada omset perusahaan yang sontak menurun drastis hingga mengalami kerugian besar.
"Aku bersedia membantumu," kata Arnold pada Bonny saat ia membuat kesepakatan dengan wanita itu. "Asal kelak kau yang akan turun tangan sendiri untuk menangani perusahaanmu dan tidak lagi membiarkan putrimu untuk turut andil di dalamnya. Apalagi, dana yang akan kuberikan kepada perusahaanmu sebagai bantuan, adalah dana pinjaman yang kelak harus kau bayarkan kembali padaku."
Saat itu, tanpa pikir panjang Bonny langsung setuju padanya. Terlihat jika wanita itu sudah merasa lelah melihat tingkah putrinya sendiri yang hampir membuat bangkrut perusahaan yang telah dibesarkan oleh almarhum suaminya dengan susah payah.
"Anak nakal, apa yang terjadi padamu?" oceh Arnold pada sang cucu yang tidak juga beranjak dari pinggiran ranjang meski kini ia telah berdiri di hadapan Alexa. Namun, melihat wajah cucunya itu yang tampak pucat, Arnold juga menjadi mencemaskan sang cucu dan tidak ingin lagi memaksa cucunya itu untuk berdiri menyambutnya.
Di hadapan kakeknya, Alexa menatap pria berusia senja itu sembari mengerucutkan bibirnya. "Kek, bukankah Kakek sudah tahu apa yang terjadi padaku tadi malam?" cicitnya. "Semalam aku patah hati karena pria sialan itu hingga terlalu banyak bersenang-senang. Dan sekarang, aku menjadi sangat lelah sekali, Kek," imbuhnya memberi alasan.
Entah mengapa Arnold merasa tidak bisa mempercayai ucapan Alexa itu. Selain itu, semalam, kedua Bodyguard yang terus mengawasi cucunya ini selama ini juga tidak memberikan laporan apapun padanya. Bahkan, semalam kedua Bodyguard itu tidak bisa ia hubungi.
Dan, meskipun pada pagi harinya kedua Bodyguard itu memberi kabar padanya bahwa Alexa baik-baik saja, namun insting Arnold sebagai kakek tetap bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres telah terjadi pada cucunya ini tadi malam.
Beberapa jam yang lalu, semua rasa tidak nyaman itu yang ia rasakan di dalam hatinya, menguap begitu saja saat Alexa mengangkat panggilannya dan berkata bahwa cucunya ini baik-baik saja dan sedang dalam perjalanan pulang ke mansion. Membuat Arnold berpikir apakah ia yang terlalu berlebihan mencemaskan keadaan Alexa?
Tapi kini, sepertinya dugaannya itu memang benar. Saat ini, Alexa terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
"Kau yakin kau hanya merasa lelah?" tukas Arnold pada sang cucu sambil mengulurkan tangannya ke kening cucunya itu. Sejenak, ia diam merasakan suhu tubuh Alexa. Cucunya ini sedang demam, namun tidak terlalu tinggi. "Kakek akan memanggil Dokter keluarga untuk datang memeriksa keadaanmu."
"Tidak!"
"Jangan!"
Cassie dan Alexa reflek berteriak bersama. Setelahnya, mereka saling bertukar pandang.
Melihat tingkah cucunya dan juga sahabat sang cucu, Arnold pun mengerutkan keningnya. Biasanya, di saat sedang sakit, Alexa selalu bertingkah manja padanya dan langsung memintanya untuk memanggil Dokter keluarga mereka.
Sekarang, cucunya ini justru tidak ingin diperiksa. 'Sangat aneh,' pikir Arnold.
"Kek?" rayu Alexa sambil menyentuh tangan sang kakek dengan manja. "Sebenarnya aku sudah ke rumah sakit pagi ini gara-gara semalam aku hampir ditabrak mobil di jalan. Aku hanya sedikit shock dan juga demam, jadi untuk apa Kakek memanggil Dokter keluarga hanya demi masih sepele seperti ini? Yang kubutuhkan saat ini hanyalah beristirahat yang cukup."
"Hampir ditabrak mobil? Kau tidak sedang berbohong pada Kakekmu ini, 'kan, anak nakal?" selidik Arnold, sembari menyipitkan matanya.
Dengan cepat Alexa menggelengkan kepalanya, "Tentu saja tidak," sahutnya. Ia bahkan mengangkat dua jari untuk menegaskan ucapannya.
Walau Arnold sedikit meragukan ucapan sang cucu, namun ia juga terlalu menyayangi Alexa hingga tidak ingin membuat cucunya ini yang sedang merasa patah hati, menjadi lebih sedih lagi.
"Baiklah, kali ini Kakek akan percaya padamu. Tapi jika Kakek sampai tahu kalau kau sudah berbohong pada Kakek ... maka Kakek akan menghukummu."
Gluk!
'Mati aku,' rutuk Alexa dalam hati.