PART 1

1286 Kata
Rumah Kayla,. Pagi hari… "Eeeuughh" Seorang wanita dewasa berusia 28 tahun nampak menggeliat kecil dalam gelungan selimut tipisnya. Dia adalah Kayla Angelina Smith. Wanita itu nampak akan segera mengakhiri mimpinya dan saat ini adalah waktu dimana ia harus kembali bersemangat untuk melanjutkan sisa hidupnya. Didalam kamar yang terlihat kecil dan sempit itu, Kayla mulai beranjak dari ranjang kecilnya. Ia mendudukan diri sejenak guna mengumpulkan nyawanya lalu kemudian ia pun beranjak untuk segera mempersiapkan dirinya untuk pergi bekerja. Kayla mulai melangkahkan kaki jenjangnya menuju kamar mandi kecil miliknya. Ia menjangkau handuk berwarna putih yang menggantung dibelakang pintu dan membawa masuk kedalam kamar mandinya. Kayla nampak sedikit terburu-buru. Setelah menghabiskan waktu hampir empat puluh menit lamanya, kini Kayla sudah siap dengan setelan formalnya, perpaduan antara kemeja dan rok selutut yang sangat pas di tubuh rampingnya. Kayla, ia kembali mematut penampilannya di cermin kecil disana, bukan lebih tepatnya pecahan kaca yang ia pungut untuk bisa sekedar berkaca. sungguh miris. Setelah ia merasa penampilannya sudah cukup rapi, ia bergegas mengambil tas kecilnya dan juga tas kerjanya yang berisikan beberapa berkas miliknya. Ia melangkah menuju pintu yang terlihat tua disana, namun ia menghentikan langkah kakinya, kala telinganya menangkap suara ketukan. Bukan, lebih tepatnya gedoran. Yah, seseorang telah menggedor pintu rumahnya diwaktu pagi seperti ini. Tokkk...Tookkk...Toookk Kayla bergegas melangkah kearah pintu tersebut, ia ingin cepat membuka dan melihat siapa yang dengan tidak sabaran menggedor pintu rumahnya itu. Ceklek! Mata Kheyla sontak membola, kala ia mendapati beberapa pria bertubuh kekar yang baru saja menggedor pintu rumahnya. ia hendak mundur namun ia kalah cepat. Salah satu pria itu menarik kasar lengannya. "Hey!!! Jangan coba-coba kabur kamu Kay" ucap salah satu pria itu. Kayla menatap takut. "Ingat, sekarang waktumu tinggal dua bulan lagi" Wajah Kayla sudah pucat pasih, ia takut bahkan ia tak mampu mengeluarkan suaranya, ia merasakan tenggorokannya tercekat. "Dua bulan lagi kami akan datang kesini dan kamu, jangan pernah berpikir untuk kabur, jika tidak kau akan tau akibatnya...!" bentak pria itu, lalu setelah nya mereka melangkah, mulai pergi meninggalkan rumah kecil Kayla. Kayla, ia meluruhkan tubuhnya yang sudah bergetar dan ia pun menumpahkan menangis, ia seakan tak kuasa menahan sesak di dadanya. Sungguh ia hampir menyerah dengan takdir hidupnya. 'Ya Tuhan, bagaimana caranya aku mendapatkan uang sebanyak itu' bathinya Wanita itu terus larut dalam isak tangisnya. Ia sungguh bingung bagaimana ia akan bisa mendapatkan uang sebanyak itu, pikirnya. Selang beberapa menit, Kayla mulai mengingat sesuatu, ia segera bangkit, ia hampir melupakan kewajibannya. Ia pun melangkah keluar dari rumahnya dan menutup pintu lalu menguncinya. Kayla mulai melangkahkan kaki jenjangnya, ia keluar dari gang sempit di sana dan mencari angkutan umum yang bisa mengantarnya ke tempat ia bekerja. Ia tak boleh kehilangan pekerjaannya pikirnya. Hanya itu satu-satu harapan dan penopang hidupnya. Kayla, ia sangat beruntung bisa bekerja disalah satu perusahaan besar seperti tempat ia sekarang bekerja. . . ... Margatama Corporation,. Setelah hampir tiga puluh menit lamanya, kini ia sudah menapakkan kaki jenjangnya di depan gedung yang menjulang tinggi yang tak lain adalah Margatama Corporation. Yah... Kayla bekerja di perusahaan raksasa itu sebagai sekretaris CEO, dan ia sangat bersyukur akan keberuntungan nya. Tak banyak orang yang bisa mendapatkan kesempatan bagus sepertinya. Ia melangkahkan kakinya menuju lift khusus untuk karyawan disana dan ia hendak menekan tombol lift disana, namun urung, karena ia mendengar seseorang yang sedang memanggilnya. Pria itu adalah Ferdy Grint asisten CEO Margatama Corporation, yang tak lain adalah rekan kerjanya. Kayla menoleh dan tersenyum ramah. "Pagi Kay" ucap Ferdy datar sama seperti CEO perusahaan ini pikir Kayla. Ia pun menjawab salam pria itu dengan ramah seperti biasanya. "Selamat pagi Pak" balas Kayla sopan. Kemudian setelah beberapa saat pria itu melanjutkan kalimatnya yang hendak ia sampai pada wanita di depannya ini. "Apa kau sudah menyiapkan berkas yang akan diperlukan untuk meeting oleh Tuan Daren?" tanya Ferdy "Sudah pak, semua sudah siap, dan saya sudah mengeceknya berulang kali untuk memastikannya kembali" jawab Kayla. Ferdy mengangguk. Kayla memang tak perlu diragukan lagi pikir pria itu. Kinerja Kayla memang benar-benar luar biasa. Bahkan Daren Margatama selaku CEO disana tak anyal mengakui prestasi wanita itu. "Baiklah kalau begitu, saya hanya ingin menyampaikan itu saja Kay, saya hanya mengingatkanmu saja, karena saya ada tugas lain diluar kantor, jadi sudah pasti kamu yang akan mendampingi Tuan Daren untuk meeting kali ini" ucap Ferdy menjelaskan. dan Kayla mengangguk paham. Kayla tahu betul bagaimana kesibukan pria itu, karena memang ia adalah orang kepercayaan CEO perusahaan tersebut. Sedikit banyak, Kayla tahu, karena sekarang ia bekerja menjadi sekretaris CEO sudah satu tahun lamanya. Setelah itu, Ferdy pun mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Kayla disana. "Hahhhhhhh" Ia menarik nafas panjangnya lalu melanjutkan langkah kakinya yang tertunda menuju lantai tempat dimana ia akan bekerja. Ting Bunyi lift menandakan bahwa ia sudah sampai di lantai yang ia tujuh. ia kembali melangkahkan kaki jenjangnya. Ia harus lebih dulu sampai sebelum Bos- nya. Sesampainya di meja kerjanya yang berada tepat di ruang yang tertulis CEO's Room, Ia langsung meletakkan tasnya diatas meja kerjanya lalu ia segera menyalakan komputer miliknya dan Kayla pun memulai pekerjaannya. . . … Saat sedang fokus dengan pekerjaannya, tiba-tiba Kayla mendengar langkah kaki seseorang dan ia melemparkan pandangannya dan ia melihat Boss-nya melangkah ke arahnya dengan memeluk posesif pinggang ramping seorang wanita, yang ia tahu adalah istri Boss-nya, Nyonya Margatama. Kayla pun segera bangkit dari atas kursi kerjanya dengan senyum ramah untuk menyambut pemilik perusahaan dan juga istrinya. "Selamat pagi Tuan dan Nyonya Margatama" ucapnya dengan senyum ramah "Pagi Kay" balas Daren, sang CEO. Kayla tersenyum kearah wanita yang terlihat jauh lebih mudah darinya, wanita itu membalas senyumnya dengan tak kalah ramah. Yah, meski ini adalah pertemuan keduanya dengan istri Boss-nya, Kayla sangat menyukai wanita di depannya ini. Selain cantik luar biasa, wanita ini juga baik dan sopan. Yah, Kayla dapat menilainya dari bahasa tubuh wanita yang bernama Khesya Athasya Margatama itu. Dan pertama kali Kayla bertemu dengan wanita cantik itu, tentu disaat pesta pernikahan mereka digelar. Namun pada saat ini, Kayla hanya sebentar disana, setelah menyalam dan memberikan ucapan selamat, ia langsung pergi meninggalkan pesta dikarenakan pada saat itu Kayla memang lagi kurang fit. Beberapa saat kemudian, pria yang bersetelan formal dengan jas hitamnya, mulai melangkah masuk ke dalam ruangannya dengan tetap merengkuh istrinya. Kayla pun ikut melangkah kedalam guna menjalankan tugasnya sebagai sekretaris. Beberapa saat ia telah selesai membacakan list kegiatan hari ini untuk Boss nya, dan Kayla pamit undur diri. Ia pun melangkah keluar dari ruang tersebut dan kembali ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaanya. Ia melirik jam di pergelangan tangannya. ia kembali memeriksa ulang berkas yang akan ia bawa bersama Boss-nya ke tempat meeting nanti. . . ... Setelah jam makan siang usai, kini Kayla kembali duduk kursinya. Seperti biasa, Kayla kembali melanjutkan tugasnya. Selang beberapa lama, pendengarannya pun menangkap suara pintu yang tak jauh darinya terbuka. Ceklek! Disana nampak pria itu sudah rapi dengan setelan berbeda, yang awalnya mengenakan setelan jas hitam, namun kini pria itu sudah rapi kembali dengan jas biru dongker yang melekat ditubuh perfeksionisnya. Ah, Kayla dapat menebak apa yang barusan terjadi didalam ruangan Boss-nya itu. Membayangkan hal seperti itu, ia hanya tersenyum tipis hampir tak terlihat. Kayla langsung berdiri, menyiapkan beberapa berkas yang sebenarnya memang sudah ia siapkan sejak awal. Kayla mulai menyerahkannya pada Daren. “Kay, saat ini istriku sedang tertidur, dan tolong jika nanti dia sudah bangun, mungkin kau bisa membantunya, mungkin dia akan menginginkan sesuatu,.” “Ah, iyah. Baik Tuan,.” Jawab Kayla. “Dan satu lagi, Kay. Jangan biarkan satu orang pun masuk kedalam ruanganku. Kecuali kau. Aku titip Khesya,.” “Anda tidak perlu khawatir Tuan, saya tetap disini sampai anda kembali,.” “Terimakasih, Kay,.” “Sama-sama, Tuan,.” Setelah pembicaraan singkat keduanya, Daren pun memutuskan untuk pergi dari sana. Sedangkan kayla, wanita itu kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN