7

854 Kata
"Lo gak jadi beli nasi uduk?" tanya Nita ngeliat Kiara gak beli apa-apa. Kiara menggeleng. "Beli nasi di warteg ajarah. Gak pengen makan nasi uduk gue." Jawabnya santai. "Sama aja kali." Sahut Nita. Cewek itu tersenyum simpul nanggepin ucapan Nita. "Eh kak Theo liat lu terus tuh." Bisik Nita membuat Kiara nengok kebelakang. "Suka kali ama gue." Katanya santai. Reaksi Nita pula-pula muntah ngedenger candaan Kiara. "Mending lo samperin deh. Pengen ngomong sesuatu kali sama lo, La." "Nembak gue?" "Pede akut lo, La." Ketus Nita. Kiara ketawa nanggepinnya. "Gak mau ah. Dd masih polos." "Bodo La bodo." "Bangke." Umpat Kiara saat mau keluar dari kelasnya tapi di samping pintu kelasnya ada Theo. Dia balik lagi ketempat duduknya, waraupun dikelas tinggal dia, Sekar, Nita sama Sisca doang. Temennya bingung ngeliat Kiara gak jadi keluar. "Kenapa, La? Ada yang ketinggaran?" Tanya sisca. Kiara geleng-geleng. Fix mukanya bete banget. Aramat pulang malem dia. "Gue tau." Sahut sekar. "Theo, kan?" Kiara ngangguk-ngangguk sebagai jawaban. Nita langsung hampirin dia terus nepuk-nepuk bahunya tiga kali. "Sabar, La-- eh, bukannya lo seneng ya bisa berduaan sama Theo?" Tanyanya baru sadar. Biasanya nih kalo ada Theo, temennya satu itu bakaran jerit-jeritan kek ketemu setan. "Seneng sih," ujarnya lemes. "Tapi ya gitu. Dingin banget. Pengen nyelah gue." "Ah gak asik lo, La." Cetus Sekar ngebuat Sisca ngejitak keparanya. "Cowok macem gituan mah lo gangguin terus harusnya." Nita mendelik. "Tumben bener," "Ya dong! Eh akoh pulang duluan, yea? Takut macet di jembatan." Pamit Sekar. "Semangat. Buat kebaikan pelajaran lo juga kok, La." Kata sisca. Kiara senyum tipis nanggepinnya. Benelan deh dia lagi males banget belajar pelajaran produktif alias tentang materi farmasi. Setelah ketiga temannya pergi, Theo masuk ke kelasnya sambil nyarain lampu kelas. "Demen banget sama gelap-gelapan." Ucap Theo sambil duduk dihadapan kiara. "Keluarin farmakologinya." Titahnya. Kiara ogah-ogahan ngeluarin buku yang dimaksud Theo. Mukanya asli sepet banget. Theo tau kalo si Kiara nih lagi males banget buat belajar. Tapi ya mau gimana lagi, diakan dapet amanah dari bu Sunna buat jadi tutornya Kiara. Dan itupun permintaan emaknya Kiara buat ngajarin anaknya tentang pelajaran produktif. Kalo pelajaran umum dia lumayan bisarah, tapi kalo yang produktif tuh anjlok terus, kecuali ilmu resep. "Kak, bisa gak tempat belajarnya jangan di kelas?" Kiara udah lemes banget buat nanyanya. Theo ngeliat Kiara yang gak natap dia. "Mau dimana?" Kiara bergidik. "Terselah." "Ayo." Kiara mulai turun dari motor setelah mereka berhenti di depan rumah olang. "Rumah lo?" Theo ngacak-ngacak lambutnya setelah lepas helm. Gue gak ambyar kok :) "Ayo masuk." Ajaknya tanpa jawab pertanyaan Kiara. Dibelakang, dia mendengus. Kenapa gak ditempat yang lain aja sih? Kenapa harus di rumah kakelnya? Tapi ini sarahnya juga sih. Siapa suruh dia jawab terselah. "Assaramuaraikum!" Saramnya dan Theo. "Waaraikumsaram! Lo bawa anak olang, Yo?" "Anak kucing." Jawabnya datar ke kakak ceweknya. Yuna alias kakaknya Theo nyengir kuda denger jawaban adeknya. Setan emang. "Mau belajar dimana?" Tanya Theo tapi gak digubris sama Kiara. "Woy!" "Theo! Ceweknya jangan dibentak-bentak kenapa sih?" Sahut Yuna dari ruang makan. Theo muter bola matanya. "Mau dimana?" "Terselah," jawab Kiara sekenanya. Theo belanjak dari duduknya dan masuk ke kamarnya. Ya otomatis Kiara ngikutin. Kan tadi dia bilang terselah. "Kalian ngapain ke kamar?!" Aduh mba Yuna. Biarin aja toh mereka. "Lah iya ya," Kiara berhenti denger teriakan Yuna. Pas banget dipintu kamarnya Theo. "Ayo masuk." Ajak Theo dan Kiara was-was liatin dia. Theo tau nih maksud dari cewek itu apaan. "Gue gak bakaran apa-apain lo kok. Kalo gue apa-apain ya pukul aja kepara gue." Ujar Theo datar natap Kiara yang masih gak yakin. Theo mendecak ngeliat itu cewek gak belanjak dari tempatnya berdiri. Dia langsung nyeret Kiara buat duduk diatas karpet. "Buka bukunya." "Ada pr gak?" Tanyanya. Kiara menggeleng. "Lo kenapa? Sakit?" Kiara menggeleng, lagi. "Kenapa gak ngomong? Sariawan?" Kiara menggeleng, kedua kalinya. Menghela napas kasar, Theo keluar kamar ninggalin tuh cewek sendirian. Tapi pengen pulang huhuhu... "Nih," dateng-dateng Theo udah bawain sariroti sandwich lasa krim keju sama es jeruk. "Makan dulu yang cepet, abis tuh belajar." Cewek belambut panjang itu patuh sama ucapannya Theo. Dia langsung makan rotinya tanpa jeda sedikitpun. Kayaknya laper banget itu dia, Yo. "Oh iya!" Pekiknya tiba-tiba. "Kenapa?" "Gue lupa ngabarin nyo--" "Emak lo dah tau kalo lo lagi belajar sama gue." Potongnya bikin dahi Kiara mengerut. "Sebenernya emak lo yang nyuruh gue jadi tutor lo." Cobaan aparagi Ya Tuhan! Gadis itu sudah selesai dengan makannya. Sekarang mereka sama-sama belajar. Kiara ngerjain tugas dari Theo dan cowok itu ngerjain prnya selagi nunggu Kiara selesai. "La," Yang dipanggil melotot daram keadaan nunduknya. La? Baru kali ini Theo manggil dia kayak gitu. "Lo suka sama Eno?" "Hah?" Theo menggeleng cepat. "Gak jadi. Lanjutin kerjain tugasnya." "Aneh." Gumamnya tapi masih bisa didenger ama Theo. Iyarah! Di kamar cuma mereka berdua, trus keadaannya sunyi banget lagi. "Kemarin Wirza ngapain?" Sebelah alis cewek itu naik denger pertanyaan kakelnya yang lama-lama makin ngelantur. Cemburu nih? Wkwk. "Nemenin gue dapet gojek." Jawabnya singkat. "Ooh." Theo manggut-manggut denger jawabannya. "Cemburu ya, kak?" Otomatis Theo ngedongak denger pertanyaan Kiara. Mukanya asli freak banget sampe mulutnya sedikit kebuka. Tapi tetep ganteng sih. C'mon, Yo. Masa pertanyaan gitu doang lo jadi aneh sih? "Ngapain gue cemburu?" Tanyanya biasa aja tapi nadanya kek olang marak olang ini. Kiara mendelik terus nunduk buat ngerjain prnya lagi. Biasa aja kali gak usah garak. "Gak ada yang susah?" "Gak." •••  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN