Prolog

435 Kata
Ini tentang sebuah kisah, dimana aku, kamu dan kalian semua mungkin pernah mengalaminya. Dimana kehidupan sebuah keluarga yang semula hangat, nyaman dan tentram. Berubah menjadi medan perang. Faktor ekonomi menjadi momok utama yang bisa menghancurkan segalanya. Semua benda yang ada melayang, terlempar, menimbulkan bunyi 'prangg' yang menakutkan.  Segala teriakan, u*****n, makian, terdengar memekakan. Saat kamu menutup kedua telingamu untuk meredam suara-suara itu. Kamu melihat adikmu yang tengah meringkuk menekuk lutut di ujung ruang. Dengan mata yang basah dan hidung memerah, kedua pipinya di banjiri air mata. Kamu mendekat padanya, menurunkan kedua tanganmu dan menutup kedua telinganya. Menarik adik kecilmu dalam sebuah pelukan. Mengatakan padanya bahwa semua akan baik-baik saja. Karena kamu ada bersamanya. Sedangkan kala itu, usiamu bahkan tidak lebih cukup untuk memahami semuanya.  "DASAR GAK BECUS!! GAK TAHU DIRI!!!"  PLAAKK Teriakan nyaring disertai bunyi tamparan menggema di seluruh ruang. Matamu terpejam rapat, semakin memeluk adikmu erat.  BRAAKKK PRAANGG Disusul suara benda-benda jatuh dan pecah membuatmu memekik tertahan. Kamu menangis dalam diam, dadamu naik turun menahan isakan, seluruh tubuhmu bergetar ketakutan. Kedua tanganmu mengepal erat, merapalkan kalimat bahwa semua akan baik-baik saja berulang-ulang. Meski kamu sendiri tidak yakin bahwa semua akan baik-baik saja.  "SELAMA INI KAMU APAKAN UANG HASIL KERJA SAYA, HAH?! KAMU APAKAN?!!"  "KAMU PIKIR SELAMA INI UANG YANG KAMU KASIH ITU MENCUKUPI?!! BAHKAN UNTUK MEMBELI KEBUTUHAN SEHARI-HARI SAJA TIDAK CUKUP! DAN, KAMU MENUNTUT SAYA INI DAN ITU! KAMU JUGA TIDAK BECUS!!" Semakin didengar, rasanya semakin menyakitkan. Di luar kamu mendengar suara teriakan nyaring Ayahmu dan tangis pilu Ibumu. Di dalam, kamu harus bergelut dengan emosimu dan menenangkan adikmu.  Dan, pertengkaran itu terus berlanjut, tidak berujung, sampai mereka yang lelah dan muak akan berhenti dengan sendirinya. Tak ada tempat bagimu untuk berlindung, tak ada tempat bagimu untuk melampiaskan, tak ada bagimu untuk berbagi.  Lingkunganmu seolah mengisolasi, memandangmu rendah dan simpati. Sedang teman-teman perlahan-lahan mulai menjauhi.  Tak ada satupun dari orang yang bergelar keluarga hatinya tergerak untuk membantu. Setidaknya untuk menenangkan. Dan, kamu, tertawa miris dengan hal itu.  Tidak adil bukan?  Dunia ini terlalu kejam untuk ditinggali, tapi juga terlalu indah untuk ditinggal pergi.  Dan, perlahan-lahan. Segalanya menghancurkanmu dari dalam. Kami patah, sakit, rapuh dan hancur.  Yang tersisa untukmu hanyalah hal-hal pedih yang menyakitkan. Tak satupun kenangan indah yang tertinggal dalam benak. Dan, itu merubahmu ke arah yang tidak bisa kamu perkirakan.  Maka dari itu, izinkan ia memperkenalkan diri.  Namanya Kara, gadis belia yang dipaksa dewasa karena keadaan. Gadis belia yang menyimpan seribu kesedihan dalam hidupnya. Gadis belia yang melawan kejamnya dunia sendirian.  Gadis belia ini, yang menyimpan seluruh air matanya sendirian. Dan, gadis belia ini, yang akan membawa kisah ini bersama kalian. Menuju kebahagiaan. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN