Keesokan harinya, Barbara masih duduk sambil menatap cermin. Semalam suntuk ia tidak tidur, terus dan terus memikirkan bagaimana caranya mengatasi masalah. Ia kini mengakui jika semua yang William katakan memang benar, tapi ... ia tetap tidak ingin membeberkan semuanya kepada publik begitu saja. Ia tahu dirinya sangat egois, tapi ... ia juga manusia biasa yang tidak ingin melemparkan dirinya sebagai umpan agar mengundang komentar-komentar pedas semua orang. Dalam hatinya ... Barbara terus berdoa agar terjadi keajaiban pada kehidupannya. Misalkan saja waktu berhenti, atau berputar kembali ke masa lalu. Hah ... melelahkan sekali rasanya. “Aku bisa gila jika terus seperti ini! Aku tak tahu harus memulai semuanya dari arah mana. Benang yang ada di kehidupanku sudah sangat kusut, tidak

