Setelah pembicaraannya dengan William, Barbara hanya bisa bungkam. Apa yang pria itu katakan mencabik harga dirinya. Bukan karena ia jatuh cinta, tetapi karena dia seorang wanita, belum lagi dirinya tak akan pernah bisa bebas dari pria itu seumur hidupnya jika tidak memiliki seorang anak. Tuan Mark sudah sangat baik kepadanya, tidak mungkin dirinya membuat pria itu kecewa dengan semua harapan yang sudah dilimpahkan untuknya. Jika hanya masalah uang, Barbara tidak akan merasa sangat berhutang budi. Tetapi ini masalah anak semata wayangnya, anak yang sangat dia kasihi. Barbara yang sudah bosan dengan lamunannya kembali ke alam nyata, ia kemudian menghela napasnya panjang. Wanita itu kemudian menatap ke arah ranjang, ia melihat dengan jelas William yang tertidur, dan anaknya yang juga terle

