Exclusive Interview

1414 Kata
    Kenyataan bahwa dirinya memiliki hubungan khusus dengan sang idola, Sagara Caraka, membuat Kayari sering menjerit sendiri di dalam rumah. Tidak pernah membayangkan dia akan naik ke dalam tahap semacam itu. Namun juga tahu bahwa dirinya terjebak sesuatu yang salah. Mustahil seorang Sagara Caraka meliriknya. Dia tahu diri. Manisnya Sagara jelas karena menginginkan sesuatu dan Kayari dapat memberikannya. Tumbuh dan besar di lingkungan ibu kota seperti ini, melihat teman-teman atau sekitarnya, hal semacam ini bukan menjadi sesuatu yang aneh. Malahan dulu Kayari tahu kalau teman-temannya sempat memiliki ‘sugar daddy’. Sempat ditawari juga, tetapi dia menolak. Selain takut, dia hanya akan melakukan sesuatu yang memang diinginkan. Kebanyakan sugar daddy ibu kota sudah berumur dengan perut bergelambir yang bukan seleranya. Jika orang lain menyukai, tidak masalah. Kalau masalah uang, Kayari bisa mencukupi dirinya sendiri. Jadi kalau mendapatkan tawaran, dia maunya yang menguntungkan diri penuh, dari mata, berahi atau isi kantong.     Selain itu, biasanya mereka sudah memiliki istri atau keluarga, Tidak sedikit yang memiliki anak. Malahan dulu ada yang anaknya seumuran teman-temannya. Kalau sekarang, jelas Kayari sudah berumur, bukan remaja atau wanita yang baru dewasa. Sekalipun mendapatkan tawaran sugar daddy karena wajahnya masih saja cantik dan segar, tubuh kecil dan cukup seksi, tapi Kayari kerap menolak. Kembali dia ingin melakukan sesuatu yang menyenangkannya. Disamping itu—ia tidak mau merusak hubungan orang lain apalagi yang sudah menikah.     Sekalipun Kayari memang telah memutuskan untuk tidak menikah, hanya dirinya dan pekerjaan. Uang dan uang, dia tidak bisa menghancurkan hubungan pernikahan orang lain. Membayangkan jika dia di posisi wanita itu terutama yang telah memiliki anak, pasti akan hancur. Sekalipun hanya untuk bersenang-senang, kalau berlanjut, lebih dari sekali (tentu sugar daddy mustahil hanya sekali berhubungan), dia mengurangi risiko terjebak dalam hubungan seperti itu. Terserah orang lain, tetapi dia tidak. Mungkin karena dia sendiri merasakan bagaimana kekuarganya hancur. Namun di sisi lain, Kayari tidak memungkiri dia memiliki sisi liar dan gelapnya sendiri. Kegilaan.     Kayari Manayaka itu penulis. Passion dia memang menulis. Mencari uang di sana, menjadi penulis dengan nama anonym, sekalipun pendapatan yang didapatkan tidak tentu. Tidak sesuai dengan apa yang diinginginkan. Jauh dari kata wanita polos dan rendah hati, Kayari mengakui bahwa dia mencintai kemewahan. Uang. Itulah mengapa dia berkerja dengan sangat keras.     Bukan berarti karena dia sangat menyukai menulis dan memiliki passion di sana, Kayari tidak bisa melakukan hal lain. Dia bisa. Percaya dengan dirinya sendiri kalau tidak ada yang tidak dapat dia lakukan. Bisa ketika dia mau berusaha.  Selain itu, dia juga ekerja sebagai seorang penulis artikel di sebuah perusahaan, sudah Kayari jalani sekitar dua tahun. Lumayan lama untuk penulis tetap yang tidak lepas ke sana kemari (walaupun dia juga menulis di tempat lain untuk membiayai pengeluarannya). Semakin kesini, ia merasakan ketidak nyamanan di kantor, sekaligus kebosanan. Pada akhirnya Kayari memutuskan untuk resign.     Tipikal Kayari Manayaka yang akan melakukan apa saja yang dia inginkan. Meyakini pilihannya. Menurut Kayari, jika dia sudah melakukan sesuatu, maka dia sudah siap menerima risikonya. Sesederhana itu dibuatnya. Hidup sendiri membuatnya terus melangkahkan kaki ke depan, kadang disebut nekat, tapi sebenarnya dia penuh perhitungan terutama jika keputusannya telah dia yakini. Mungkin contohnya adalah bagaimana Kayari memutuskan untuk bertemu Sagara malam itu. Naik ke atas kasur pria itu dan mengalami malam yang tidak terlupakan.     Berhenti dari tempat kerja, benar-benar Kayari lakukan bahkan sebelum dia mendapatkan pengganti. Karena itu juga sekarang Kayari sudah masuk ke sebuah gedung yang ditempatin sama salah satu perusahaan besar bidang media di pusat ibu kota. Gedung paling tinggi di sana untuk perkantoran. Tentu ada beberapa perusahaan dari kecil sampai besar di sana, tetapi didominasi milik Perusahaan Cendana sendiri sebagai perusahaan media terbesar. Cakupannya cukup banyak. Alasan dia memilih melamar di sini karena juga tidak berbeda jauh dengan kerjaan lamanya. Kayari luar biasa percaya diri, dia merasa sangat mampu untuk mendapatkan dan menjalani posisi yang dia lamar.     Datang dengan pakaian terbaik untuk membuat kesan tertentu. Media tempatnya melamar memiliki reputasi cukup bagus dan sangat elit. Karyawannya terkenal dengan gaji tinggi dengan penampilan modis. Kayari datang sangat memerhatikan penampilannya. Terima kasih untuk tweed set chanel satu-satunya. Ditambah topi baret berwarna senada, hitam putih. Sama seperti sepatu platformnya. Riasana yang tidak begitu tebal dan juga tidak begitu tipis. Menunggu di ruangan tertentu yang berisi banyak orang tidak kalah menarik di bandingnya. Selain portofolio yang dibutuhkan, jelas kesan sesuai perusahaan juga membantu.     Menunggu beberapa orang, akhirnya Kayari diwawancarai dengan salah satu pegawai. Tidak sulit, perbincangan biasa dengan beberapa pertanyaan studi kasus juga sebelumnya. Membicarakan sistematika sampai gaji yang didapatkan. Penawaran demi penawaran untuk mengetahu karakteristik.  Wawancara setelah setelah beberapa jam terhitung dari datangnya Kayari. Dia puas sekali dengan wawancaranya tadi sendiri.     Terakhir diberitahu kalau akan mendapatkan kabar via email atau telepon. Kalau sudah seperti ini, Kayari akan memakai cara khasnya, mengirim email pada perusahaan yang mengundangnya interview, mengucapkan terima kasih telah memberi kesempatan. Biasanya akan mendapat nilai plus, tidak hanya sekadar wawancara lalu pulang.     Sewaktu Kayari hendak keluar bersama pelamar yang lain, ia ditahan. Saat juga dia diminta buat bertemu langsung dengan CEO perusahaan itu.Awalnya bingung, tetapi langsung tidak kaget lagi. Mengerti. Menurut Kayari, kemungkinan dia diterima, maka seperti itu.     Masuk ke dalam sebuah ruangan cukup besar, tersendiri, melewati lorong dan sekertaris yang ada di ruangan lain, sebelum masuk ke ruangan itu, Kayari jelas tahu itu ruangan CEO. Pintu kayu jati berwarna coklat tua kehitaman terbuka, ada aroma segar dari dalam, seperti jeruk, tetapi kuat juga musknya. Mencerminkan karakter pemilik ruangan, tetutama ketika memerhatikan sekeliling yang tertata rapi dengan warna agak terang, bukan hitam atau coklat seperti biasanya. Namun tidak menghilangi sisi elegannya sama sekali.     Seorang pria duduk tegap memakai setelan jas menghadap ke jendela luar. Sama sekali tidak meliriknya. Terlihat menikmati suasana sendiri. Ia bisa menebak bahwa itu adalah CEOnya. Mengerti mengapa orang-orang di kantor terlihat modis, sebab CEOnya juga begitu. Katanya dia adalah anak tunggal dari pemilik perusahaan.  Tubuhnya tegap, gaya berdirinya seperti model. Proporsinya indah, mirip model dan juga penari balet secara bersamaan. Tipe yang jarang Kayari temui di dalam cerita-cerita CEO kebanyakan.     Ruangan tempatnya berada cukup luas. Lebih seperti ruang kerja pribadi dengan kaca sepanjang ruangan yang menghadap langsung landscape kota. Dari luar dipastikan tidak terlihat untuk menjaga privasi, namun dari dalam bisa melihat ke luar dengan jelas. Tepat ketika dia duduk di kursi seberang meja sang CEO, pria itu baru saja berbalik menatapnya.     Kayari terpaku seketika. Sungguh. Memukau. Persis yang dia katakan sebelumnya. Sekilas mungkin pria ini terlihat kecil, tetapi kenyataannya jauh lebih tinggi darinya. Jauh lebih tegap. Otot-ototnya nambak dibalik ja situ. Wajahnya alih-alih sekadar tampan, bisa dibilang indah.ia hanya baru beberapa kali bertemu yang seperti ini, contohnya adik tirinya. Bibirnya tebal. Rahangnya tajam, kadang Kayari merasa dia mungkin akan luka jika tidak sengaja menyenggol. Matanya kecil tetapi tatapannya tajam. Mengintimidasi tetapi tetap terlihat indah sebab agak sayu. Untuk beberapa saat, Kayari Manayakan terpaku pada sosok yang ada di depannya.     "Kayari Manayaka?" katanya sambil berdiri dari kursi kebesaran. Mengarahkan mata dan dagu menuju sofa yang ada di sisi lain kantornya—bukan di kursi seberang meja tempat Kayari duduk. Memberi isyarat agar pindh ke sana, dan Kayari ikut. Menurut. Pria itu seperti memiliki kendali pada dirinya. PAda siapa pun yang dia mau. Tipikal seorang pemimpin, tidak perlu sampai terlihat urat lehernya untuk membuat orang mengikuti dirinya. Kemudian ia segera pindah ke sofa, diikuti pria itu.          "Kamu tahu siapa saya?" tanyanya lagi.     Kayari menggelengkan kepalanya, lalu buru-buru mengangguk lagi. Fokusnya jadi buyar. Jarang sekali untuk seorang Kayari. Dia jelas tahu kalau pria tampan di depannya ini yang umurnya tidak jauhd arinya adalah CEO. Sering digadangkan karena kepintaran berbisinis, kekayakan, serta wajah tampannya. NNamun Kayari sekarang bahkan tidak dapat mengingat sama sekali nama CEOnya. Padahal dia sudah mencari tahu tentang perusahaan terlebih dahulu, butuh sekali ketika sedang melamar kerja untuk menunjukkan minat. Namun mengingat yang dia tahu kerjaannya mustahil langsung berhubungan dengan CEO, seperti sebelumnya, artikel, kepenulisan, dia lebih teliti melihat nama-nama di kartu atau papan seperti supervisor, ketua redaksi, HRD dan semacamnya. Dia mengingat dengan keras nama saat dia masuk tadi, bahkan melewati nama yang jelas diletakkan di pintu atau di meja. Ia terlalu terpesona dengan pria itu.     Sial, Kayari! Kau mungkin akan gagal diterima kerja! dibatalkan!     "Coba kamu baca yang itu," katanya sambil menunjuk nama dirinya sendi dengan jabatannya yang terukir rapi dan mewah di papan nama berbahan kaca, berada di atas meja berukuran sedang—atau besar untuk meja kerja kantor kebanyakan.     "Selatan Cendana, CEO," kata Kayari menyebutkan sesuai yang ditulis dan memberikan senyum setelahnya. Masih berusaha menunjukkan ketenangan dan kepercayaan diri untuk mendapatkan pekerjaannya. Bahkan cara membacanya berhati-hati tetapi dibuat lancar dan beberapa penekanan tertentu. []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN