Selatan kembali tesenyum asimetris ketika Kayari membereskan mejanya. Pekerjaannya saat ini sedangdalam lingkup sekretaris, namun detik berikutnya, akan berubah lebih dari itu. Mata elang Selatan tidak bisa luput sama sekali dari sosok Kayari. Gesture pergerakan wanita itu, wajah, senyuman, dan tubuh indah Kayari.
Kalau Selatan Cendana adalah perwujudan Donjuan dengan tubuh kecil, tinggi tetapi memiliki otot dan tegap, Kayari jika dibandingkan dengannya malahan lebih mungil. Tingginya jauh dibandingkan Selatan. Dadanya juga tidak besar, tidak seperti wanita seksi lainya, tapi cukup di tangkupan. Dan bokongnya— yang ini besar sekali. Menonjol. Luar biasa. Belum lagi roknya selalu pendek. Namun bukan berarti dia dapat melecehkan dengan semena-mena. Pikiran kotor di kepala tidak masalah dan bukan menjadi urusan Kayari, tetapi ketika disuarakan dan membuat tidak nyaman, itu namanya pelecehan.
Selatan tidak melakukannya, sebab mereka sama-sama mau. Ada persetujuan.
Kayari sebenarnya mengerti apa Selatan. Tapi masih agak ragu untuk melakukan. Sekalipun bukan lagi pertama bersama Selatan, rasanya masih berbeda. Sebab memang mereka tidak melakukan setiap saat. Sama-sama sibuk. Dan untuknya sendiri, dia juga pertama kalinya terlibat dalam hubungan seperti ini. Namun mengingat kontrak yang sudah dia tanda tangani, Kayari akan berusaha professional. Dia harus melakukannya. Menjalani hubungan nakal bersama Selatan Cendana. Mungkin bisa dibilang, menjadi pemuas nafsu. Terlalu gamblang, tetapi itulah yang terjadi.
Menarik napas dalam-dalam mengumpulkan semua niat dan tekad, Kayari kemudian mengembuskan perlahan. Maka pada akhirnya, Kayari membuka dua kancing bajunya. Selatan menatap dengan lapar, senyuman licik sudah tersungging. Seperti yang diharapkan, Kayari tahu bagaimana cara membuatnya senang. Menggoda. Bahkan wanita itu membuka dua kancing teratas dulu hingga menunjukkan belahan d**a dan gundukan yang menyembul lucu. Minta diremas dan dijilat. Dikulum.
Sejujurnya, apa pun yang dilakukan Kayari menjadi begitu seksi untuknya. Menunggu apa yang akan Kayari lakukan berikutnya, wanita itu naik untuk duduk di atas meja, menghadap ke Selatan yang sekarang sudah memajukan lagi kursinya agar dekat. Posisi Kayari lebih tinggi, kaki jenjangnya terekspos. Seperti yang Selatan minta sebelumnya, Kayari di atas meja menggantikan berkas-berkas itu. Mungkin dia yang selanjutnya akan dibereskan, atau membereskan.
"Good, baby girl," katanya sambil menciumi paha Kayarinya yang jelas semakin terekspos, karena setelan yang dikenakan Kayari memang rok pendek. Terbuka sedikit, mengintip celana dalam berwarna hitam seksi dengan lace dan sedikit renda. Rasanya Segera ingin mengecap dan menjilat di sana.
Kayari melenguh sendiri ketika waktu Selatan masih menciumi pahanya, sambil tangannya bergerak membuka kancing baju Kayari lebih banyak. Lalu memainkan dadanya. Meremas-remas. Menyelinap mengeluarkan dari bra hitam berwarna senada dengan bawahannya. Telunjuknya mencari-cari pucuk d**a, lalu memilin, diputar-putar. Kembali diremas. Kayari semakin melenguh dan malahan mendesah. Merdu untuk Selatan. Terdengar lebih memabukkan dari nyanyian siren. Seluruh tubuh Selata ikut bereaksi. Jadi menegang sendiri.
"Suka?" tanya Selatan sambil melihat Kayari. Sudah kacau karena sentuhan Selatan dengan bibir dan jari, menggerayangi tubuhnya, Kayari bergerak menggeliat sampai kedua kakinya terbuka semakin lebar. Mengangkang. Selatan mengambil kesemoatan itu untuk permainan yang lebih gila. Lebih menyenangkan. Alih-alih sekadar memuaskan dirinya, memasuki Kayari, menghujam dan mencari pelepasan, semua tentang dirinya, dia lebih menikmati melihat Kayari merasa puas olehnya. Nikmat. Rasanya seperti mengontrol dan mendominasi Kayari atas kenikmatan wanita itu. Terlebih Kayari juga sama dominannya, maka rasanya seperti menguasai dunia. Selatan suka mendominasi dan mengontrol banyak hal.
Kayari sendiri jelas merasakan perbedaan mencolok permainan antara Selatan Cendaran dan Sagara Caraka. Keduanya sama-sama dominan, tiga dengan Kayari Manayaka, tetapi yang satu bermain lembut dan mendominasi, yang satu cukup hard dan selalu ingin mencari kepuasaannya terlebih dahulu. Namun keduanya memuaskan untuk Kayari. Secara seksual maupun buku rekeningnya.
Cincin-cincin yang biasa dipakai di jari-jari selatan, katanya untuk menambah kepercayaan diri, mungkin juga sebagai aksesoris yang membuat pria itu semakin seksi, sama sekali tidak memghalangi apa yang akan dia lakukan. Selera fashion Selatan patut diacungi jempol. Untuk sekelas CEO, bahkan dia sangat terkenal dan sering diliput di mana-mana. Walaupun masih banyak tentang kehidupannya yang misterius. Selatan sangat pandai menunjukkan diri, membuat pesona di dalam dunia bisnis, tetapi juga menjaga privasinya dengan sangat baik.
Dimulai dari jarinya bermain menggoda Kayari di bawah sana. Sengaja. Ingin mendengar erangan frustasi Kayari. Diusap-usap dari luar celana dalam sampai celananya ikut basah di beberapa titik tertentu. “Basah kamu. Manisnya,” kata Selatan memuji sekaligus menunjukkan dominannya.
Setelahnya, menyelinap sebentar, measukkan satu jari ke dalam liang yang lembab dan kenyal. Tidak perlu dibuka, Selatan sudah ahli melakukannya. Dimulai dari satu jari ke dua jari. Diputar-putar dan digelitik ke sana. Semakin digerakan cepat, lalu melambat, lalu mengiyak. Temponya dimainkan. Membuat gerakan seperti gunting dan menyentuh titik kenikmatan milik Kayari.
“Suka?” tanya Selatan lagi, sebab tidka mendapatkan jawaban dari tadi. Dia suka desahan Kayari, tetapi lebih suka lagi mendengar jawaban. Harus patuh. Kembali menatap Kayari yang menggigit bibirnya sendiri karena sekarang jarinya Selatan mainin bagian bawahnya. Puas sekali meihat Kayari terangsang dan merasa nikmat. Seksi.
"Saya tanya, kamu suka, Nona Manyaka?" tanya Selatan lagi lebih tajam. Tatapannya mengintimidasi di balik mata kecil yang agak sayu itu, Selatan tetap bisa memberikan pesona dominannya. Matanya bisa seperti elang, bisa seperti seekor kucing. Sosoknya bisa begitu licik menyerupai ular, bisa lucu seperti anak itik. Selatan memiliki semuanya, seolah setiap dia bangun pagi, dia akan melempar koin untuk menentukan sisi mana yang dia inginkan. Bagaimana dia akan membuat orang tergila-gila, dengan sisi manis, atau seksinya.
“I—iya ahn—n,” jawab Kayari susah payah. Kayari menganggukkan kepalanya, karena gila, ini buat bebricara saja rasanya susah luar biasa. Malahan berakhir mendesah terus-terusan.
Lalu tiba-tiba, Selatan berdiri begitu saja setelah tiba-tiba menghentikkan pergerakan serta mengeluarkan jarinya. Kaki Kayari kebas. Lemas. Pangkal pahanya sedikit nyeri sebab mengangkan sedari tadi. Dengan sengaja, Selatan mengecap jarinya yang bekas cairan Kayari. Wanita itu selalu membersihkan diri dengan baik. “Kamu enak,” kata Selatan sengaja mau membuat Kayari semakin frustasi. Suka sekali.
Tangan Selatan mengelus mukanya Kayari. Seakan Kayari adalah kucing manis yang dia sayangi. Lembut, tetapi dominan dan menggoda. Seduktif sekali sampai membuat Kayari merinding sendiri sebelum dia kembali duduk lagi di kursi kebesarannya.
"Buka—," jeda Selatan sebentar, melirik Kayariyang mukanya sudah kacau, baju acak-acakan yang sialnya bikin Selatan makin suka. "And do your job," katanya lagi sambil melirik ke bagian bawahnya. Ke celananya.
Kali ini giliran Selatan yang ‘dibereskan’. Turun dari meja, Selatan membuat jarak agar Kayari bisa berlutut di depan kursinya. Membuka celananya sebelum mengurut urat-urat di bawah sana. Atas ke bawah, membuat ngilu dan nikmat sampai cairan precumnya keluar.
“Jilat sayang. Kayak aku jilat punya kamu…,” kata Selatan meminta.
Kayari mengikutinya. Menjilat bagian atas rasanya sedikit asin. Kemudian memasukkan ke dalam mulut. Dikulum, dijilat, diisap. Dikeluar masukan di dala mulut sambil tangannya juga bergerak ke atas dan bawah. Memainkan urat-urat. Selatan sampai menengadah dengan mata sayu, napas terengah da bibir terbuka. Dia bersumpah, Kayari dan mulut kecilnya terbaik.
Rasanya ingin menjejalkan setiap saat sampai tersedak saja.
“Kamu enak. Mulut kamu enak banget, Kayari. Saya suka kamu, sayang….” Bahkan Selatan menyisipkan kata ‘sayang’ di dalamnya. Kata manis yang keluar begitu saja ketika sedang merasa sangat nikmat dan puas. Keenakan.
[]