DHARA menggendong bayi Marya. Kalau diikuti mau hatinya, rasanya bibir itu tidak mau lepas mencium bayi menggemaskan ini. Tapi takut juga pada Marya yang sudah menjeling-jeling ke arahnya. Apalagi dia duduk di tepi bangsal ujung kaki Marya, mudah saja jika Marya menendangnya nanti. “Comelnya… mirip wajah Andhara Kisha.” Dhara terkekeh sendiri. Dimana ketika itu Marya sudah buat rolling eyes. Seenaknya saja Dhara bicara, anaknya pun dibilang mirip dia. Rafka yang duduk di sofa hanya tersenyum memperhatikan dua orang sahabat baik itu. “Yaya, kau mau kasih nama apa baby boy kita?” tanya Dhara sambil duduk lebih dekat dengan Marya. “Aeril Hakim. Aku harap dia bisa sebijak namanya.” Marya tersenyum lembut. Pipi bayinya di kecup penuh sayang. Pun Dhara dan Rafka juga ikut tersenyum. “Aeril

