Kabut datang dengan tebal, langit di atas tampak hitam dan kosong, hanya warna abu-abu yang membentang sejauh mata memandang. Kuda Kael semakin gelisah, napasnya berat, seolah udara di lembah ini mengandung sesuatu yang bukan milik dunia manusia. Binatang ini menghentak-hentakkan kakinya, matanya melebar, pupilnya mengecil, seolah-olah merasakan sesuatu di balik kabut yang tidak terlihat oleh Kael. "Ini ... bukan kabut biasa," bisik Kael merinding, jemarinya menyentuh gagang belati yang berada di pinggangnya. Netranya menatap ke depan dengan waspada—menangkap bayangan bangunan tinggi menjulang di kejauhan. Hitam dan sunyi. Bangunan itu berdiri di tengah lembah kelam ini seperti monumen kematian. "Necra Vale." Kael menelan ludah, suaranya gemetar oleh rasa ngeri yang tertahankan. "Wilaya

