Aiden duduk di kursi kebesarannya. Ingatannya melayang ke masa lalu dimana dirinya menghabiskan waktu bersama Catherin. Gadis yang begitu ceria, cerewet, kasar dan tampil apa adanya walaupun dia seorang nona dari keluarga milyader, tetapi sikapnya begitu polos dan tidak sombong. Aiden begitu nyaman berteman dengannya walau tak lama mereka saling mengenal dan berteman.
Catherin mampu membuatnya melupakan rasa sakit juga kekesalan didalam hatinya. Bahkan mereka pernah kabur bersama menghindari para bodyguard Catherine dan bersembunyi di atap sebuah gedung kosong. Di sana mereka membahas banyak hal, bermain kartu dan tertawa bersama.
Tetapi sekarang Catherin telah berubah. Catherin yang sekarang bukan lagi Catherin yang dulu ia kenal. Entah apa yang membuatnya menjadi berubah 180 derajat seperti ini. Apa semua karena kesalahannya di masa lalu?
Saat itu Aiden juga tidak ingat apa yang terjadi di malam itu, karena dirinya dalam kondisi mabuk. Tetapi saat ia sadar dan menemukan Catherin di sampingnya membuatnya menyadari kalau dia telah menyakiti temannya itu.
Dan satu hal yang baru Aiden ketahui juga di hari itu. Bahkan dirinya yang pertama untuk Catherine.
Aiden ingin meminta maaf pada Catherin, tetapi sayangnya ia begitu sulit menemukan keberadaan Catherin. Catherin sengaja menghindari dirinya.
Ꙭ
Di sisi lain Catherin tengah duduk dengan memegang mug berisi greentea kesukaannya. Ia duduk di atas kursi pantry menatap nyalang ke depan.
Ingatannya kembali ke kejadian kemarin dimana Aiden membela dirinya dan berusaha melindunginya. Sebenarnya hati Catherin begitu tersentuh dan menghangat karena pembelaan itu. Ada rasa sakit di hati Catherin saat ingatannya menerawang ke masa lalu, tetapi ia juga tidak bisa menyalahkan Aiden akan hal ini. Dirinya sendirilah yang bersalah, Catherin tau, bersama Aiden seperti buah simalakama. Tetapi Catherin tetap saja jatuh ke dalam lubang itu, membawa juga hatinya. Catherin tak berdaya saat itu, iya juga tidak bisa menahan hatinya yang begitu saja jatuh ke dalam pesona Aiden, sampai malam itu. Dirinya yang tidak berpikir panjang, menyerahkan segalanya atas dasar cinta walaupun cintanya tak terbalaskan. Tetapi ternyata rasanya begitu sangat amat menyakitkan dari cintanya yang tak terbalaskan itu.
Catherin bukan hanya merasakan patah hati, tetapi juga hancur hati dan tubuhnya.
Aiden....
Catherin telah bersumpah, ia tidak ingin mengenal nama itu lagi apalagi sampai memiliki hubungan dengannya. Catherin takut, dia takut terjebak untuk kedua kalinya. Aiden itu bagaikan buah simalakama.
Ꙭ
Siang itu Aiden yang sedang menyetir mobil, tak sengaja melihat sosok Jasmine yang sedang duduk di dekat sebuah bangunan tinggi sendirian.
Aiden meminggirkan mobilnya dan turun dari mobil. Ia berjalan menghampiri gadis kecil itu.
“Hallo Mine,” sapanya membuat Jasmine menengadahkan kepalanya.
“Uncle tampan...” serunya sangat senang.
“Sedang apa di sini?” tanya Aiden.
“Aku sedang menunggu Mommy menjemputku,” jawabnya.
“Ibu angkatmu yang waktu itu?” tanya Aiden.
“Bukan, ini Mommy ku. Kalau Ibu angkat hanya pengasuhku saja,” jawabnya membuat Aiden mengangguk.
“Mommy kamu sedang ke mana?” tanya Aiden.
“Bekerja, aku baru pulang latihan tari balet, dan Mommy biasa jemput aku disini,” serunya dengan nada lucu.
Aiden mengangguk paham.
“Eh Mommy datang,” seru Jasmine saat melihat sebuah mobil dari kejauhan.
Aiden hendak berbalik ikut melihat tetapi handphone nya berdering. Ia mengurungkan niatnya untuk menoleh dan mengangkat sambungan telpon.
“Jasmine, Uncle harus pergi sekarang. Mommy kamu sudah datang, kan?” seru Aiden.
“Sudah Uncle,” jawab Jasmine.
“Baiklah kalau begitu Uncle pergi dulu yah,” seru Aiden mengusap kepala Jasmine dan beranjak menuju mobilnya kemudian meninggalkan tempat itu.
Selang satu menit dari kepergian Aiden, sebuah mobil berhenti di depan Jasmine. Jasmine segera beranjak dari duduknya.
“Mommy...” serunya sangat bahagia seraya menaiki mobil.
Wanita didalam mobil itu adalah Catherin. Ia menatap ke depan dimana mobil tadi melaju meninggalkan tempat itu.
“Siapa yang berbicara denganmu tadi?” tanya Catherin saat Jasmine sudah duduk di kursi penumpang di sampingnya.
“Oh itu Uncle tampan yang waktu itu aku ceritain ke Mommy,” serunya dengan polos.
‘Aiden....!’ batinnya. ‘Apa ini takdir...?’
Ꙭ