Bab 4. Honey

1278 Kata
Nyonya Maria membisikkan sesuatu ke telinga Mia. Dia memberitahukan apa rencananya. Mia menatap Nyonya Maria dengan lekat saat Nyonya Maria selesai berbisik “Mama yakin?” tanya Mia dengan serius. “Mama yakin. Kamu lakukan itu. Tuan Chris akan berpikir ulang dan Mama yakin dia akan menceraikan anak haram itu. Tuan Chris itu dari keluarga terhormat. Jadi, dia akan memutuskan untuk menceraikan anak haram itu. Di karenakan si anak haram itu tidak termasuk kriteria yang dicari keluarga mereka," jawab Nyonya Maria. Nyonya Maria meyakinkan anaknya kalau Dania akan diceraikan karena status Dania sebagai anak haram. Nyonya Maria meminta ke Mia untuk mengatakan ke Chris jika Dania itu anak haram dan tidak pantas untuknya. Dengan begitu, Chris sendiri lah yang akan menceraikan Dania. "Benar sekali, mereka dari keluarga yang terpandang. Walaupun keluarga Tuan Chris tidak ada maksudnya ayah ibunya sudah meninggal, tapi keluarga besarnya pasti tidak sudi dengan Dania yang anak haram. Mama pintar juga. Aku akan temui dia nanti malam. Karena nanti malam akan ada pertemuan pengusaha. Mama harus ikut dengan Papa dan aku akan ikut dengan kalian," ucap Mia yang tersenyum menyeringai karena mendapatkan ide untuk memisahkan Dania dan Chris. "Tentu Mama akan ikut. Mama mau lihat kehancuran anak haram itu," jawab Nyonya Maria dengan senyuman penuh kemenangan. Di rumah mewah, Dania yang menyusun buku kuliahnya di meja dekat tempat tidur dikejutkan dengan kedatangan Chris. "Ini ambil ponselmu dan ambil juga baju itu. Pakailah untuk nanti malam. Jangan lupa berikan nomor rekeningmu ke Asher. Aku akan transfer uang untukmu." Chris melemparkan ponsel baru untuk Dania ke atas ranjang. "Terima kasih, Tuan. Maaf merepotkan. Tapi, saya tidak ada nomor rekening, Anda bisa kasih uang cash saja ke saya. Seperti, Mama berikan sebelumnya," jawab Dania. Chris terdiam mendengar Dania yang mengatakan tidak ada nomor rekening dan malah meminta uang cash. Padahal, dia anak Tuan Jack yang kaya raya tapi kenapa tidak ada nomor rekening. "Nanti aku akan minta Asher buatkan. Satu hal lagi, jangan panggil aku Tuan di depan semua orang," pinta Chris. "Saya harus panggil apa?" tanya Dania dengan sopan dan lembut. Chris menatap Dania yang wajahnya imut. Entah kenapa dia tidak bisa lama-lama memandang Dania. Ada sesuatu yang aneh. Tapi, dia tidak tahu apa itu. "Terserah. Ingat, pakai itu. Jam tujuh kita pergi," jawab Chris yang segera pergi meninggalkan Dania yang terpaku melihat kepergian Chris. Pintu ditutup dengan sedikit kencang hingga membuyarkan lamunannya. Dania memegang dadanya. Dirinya, benar-benar takut untuk berhadapan dengan Chris . Wajahnya sangar dan menakutkan dimatanya. "Kenapa wajahnya seperti itu. Tidak ada senyum sama sekali. Apa dari lahir dia seperti itu. Bagaimana kalau dia jatuh cinta, apakah sama seperti itu wajahnya?" tanya Dania yang meraih paper bag yang dibawa Chris. Dania membuka apa isi paper bag tersebut. Dirinya terkejut melihat pakaian mewah berwarna merah dan sangat seksi. "Bagus sekali. Pasti mahal harganya. Tapi, mau kemana nanti malam?" tanya Dania pada dirinya sendiri. Dania memperagakan dirinya menggunakan gaun. Sangat cocok untuknya. Kulitnya yang putih seperti batu pualam memancarkan kecantikan yang luar biasa. Dania tersenyum sendiri melihat pakaian mewah yang tidak pernah dia dapatkan. "Aku akan memakainya." Malam harinya, Dania dibantu beberapa perias yang khusus diminta Chris untuk datang ke rumahnya. Chris ingin Dania dirias dengan make-up artis. Setelah selesai, perias yang gayanya gemulai takjub dengan kecantikan Dania. "OMG, you cantik sekali, nek. I baru kali ini rias wanita secantik ini. Suami you pasti kagum. Jangan you usap riasan, jangan terkena air mata manjalita you dan jangan ada yang menyentuh mahakarya i ini. Apa you mengerti? Sekarang, ayo kita temui pria tampan you," ucap Monica yang bangga dengan hasil riasannya. Dania menganggukkan kepala, dirinya juga tidak menyangka, kalau dia bisa secantik ini. Pakaiannya juga pas ditubuhnya. Kadang, Dania berpikir bagaimana bisa Chris tahu ukuran tubuhnya. "You akan jadi primadonanya," ucap Monica yang lagi-lagi memuji kecantikan Dania. "Terima kasih banyak. Ini semuanya karena kamu, kakak Monica. Kamu luar biasa," puji Dania dengan tulus. Monica tertawa bangga, karena Dania menyukai riasannya. Keduanya turun untuk menemui Chris yang sudah kesal karena Dania dan Monica tidak juga keluar. "Asher, kamu susul sana ke atas. Tanyakan kenapa mereka lama sekali. Aku ini tidak suka menunggu. Apa mereka tidak tahu, aku itu paling benci orang yang tidak tepat waktu," kesal Chris yang waktunya lewat satu detik dari jam tujuh. Asher menghela napas, tuannya terlalu one time. Lewat dikit saja dia pasti marah. "Sabar Tuan. Mungkin mereka sebentar lagi tu ... Tu-tuan, mereka sudah datang," ucap Asher yang terkejut karena Monica turun dengan wanita imut, seksi seperti boneka Barbie. Chris mendengar perkataan Asher segera mengarahkan pandangannya ke arah pandangan Asher. Chris melihat Dania yang turun dari tangga dan dia terlihat berbeda. Terlebih lagi, tawa Dania yang anggun membuat dirinya terpaku. "Tidak mungkin itu, Dania," gumam Chris yang masih didengar oleh Asher yang menaikkan alisnya. "Kalau bukan dia, siapa Tuan?" tanya Asher yang heran dengan apa yang tuannya ini katakan. Chris mengalihkan pandangannya, dia tidak mau terlihat menganggumi Dania. Egonya lebih kuat daripada mengakui kecantikan Dania. "Diam saja, ayo kita pergi. Bayar dia dan usir dia sekarang," ucap Chris meninggalkan Asher yang membeku di tempat mendengar perkataan bosnya. "I serahkan dia, sekarang bayaran I jangan lupa. Tips juga. I sudah berikan yang terbaik. Hingga Tuan you terpesona, dan memilih pergi. Dasar pria," ejek Monica yang segera pergi setelah meminta bayarannya. Asher membolakan mata mendengar ejekan dari Monica sedangkan Dania hanya bisa diam saja melihat Chris pergi meninggalkan dia. Dania tahu, kalau Chris pasti marah karena dia terlalu lama. "Nona, ayo kita pergi sekarang. Tuan sudah menunggu di mobil, takutnya kita terlambat," ucap Asher yang mempersilahkan Dania untuk segera menyusul bosnya yang sudah lebih dulu masuk ke mobil. Dania menganggukkan kepala dan mengikuti Asher. Tidak ada yang bisa Dania katakan selain dia segera keluar dan masuk ke mobil duduk tepat di samping Chris. Aroma parfum Chris menyeruak di hidungnya. Dania menyukai parfum milik Chris yang beraroma sweet maskulin tapi dia berusaha untuk tidak memperlihatkan itu. Begitu juga dengan Dania, aroma parfum lavender dan Lily menyatu membuat Chris ingin lebih dekat dengan Dania tapi karena gengsi, Chris menjauh dan memalingkan wajahnya. "Kenapa dengan keduanya. Masing-masing saling buang wajah. Apa mereka sedang marahan? Tapi, marah kenapa?" tanya Asher dalam hati. Mobil yang tidak jalan juga membuat Chris kesal dengan Asher hingga dia menendang kursi supir hingga membuat Asher terkejut. "Kamu mau melamun jangan di sini. Di kuburan sana," ketus Chris yang kesal asistennya bukannya pergi malah melamun. "Eh, maaf Tuan, kita pergi sekarang," ucap Asher yang takut dengan tuannya. "Tahun depan," ketus Chris dengan kesal. Dania menoleh ke arah Chris dan tersenyum. Chris yang melihat senyuman Dania menaikkan alisnya. "Kenapa?" tanya Chris. "Tidak apa-apa, honey," jawab Dania yang langsung berbalik ke samping. Chris melotot mendengar kata akhir yang Chris katakan. Honey? Dia memanggil dirinya dengan sebutan honey. Sedangkan, Asher tersenyum karena tuannya yang seperti gunung es bisa sedikit mencair. Mobil meninggalkan kediaman Chris menuju tempat pertemuan. Tidak ada yang berbicara. Mereka bertiga memilih diam dan sesampainya di tempat pertemuan para pengusaha Dania mengangga tempatnya mewah. Mobil Chris terparkir dan Asher segera membuka pintu untuk kedua majikannya. Dania tersenyum ke arah Asher yang membukakan pintu untuknya. Ketiganya jalan bersama. Dania berada di samping Chris. "Wah ... Wah, lihat ini. Ada pengantin baru. Selamat untuk kalian, kapan-kapan datang ke rumah kita untuk makan bersama, apakah kamu setuju, menantu?" tanya Nyonya Maria yang tiba-tiba muncul dan dirinya sengaja mendekati Chris dan Dania. Nyonya Maria terpesona dengan Chris. Andai dia masih muda mungkin Chris akan dia rebut juga. Tapi, mengingat anaknya Mia, Nyonya Maria berusaha merebut Chris untuk Mia. Chris menatap dingin Nyonya Maria, dia terlihat tidak suka dengan wanita itu terlebih lagi, pandangannya ke Dania berbeda. Tidak seperti dia memandang ke arahnya. "Apa maumu, Nyonya?" tanya Chris to the point.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN