Bab 7. Jangan Jatuh Cinta Padaku

1371 Kata
Chris duduk di sofa sambil memandang para pelayan yang membangunkan orang yang tadi melihatnya membunuh. Orang tersebut adalah Dania. Dania yang tadi naik ke lantai atas tiba-tiba mengurungkan diri. Dirinya berbalik karena dia ingin mengambil minuman dan cemilan. "Nona, Anda mau kemana?" tanya Berta. "Saya mau ke dapur. Mau ambil cemilan untuk dibawa ke kamar," jawab Dania. "Biar saya yang ambil," sahut Berta. "Tidak, saya ambil sendiri," ucap Dania. Dania ingin mengerjakan tugas kuliah di kamar karena malas turun jadi dirinya menyiapkan sendiri beberapa cemilan untuk dirinya yang akan dia bawa ke di dalam kamar. Tanpa bantuan pengawalnya karena hanya pekerjaan ringan saja pikirnya. Akan tetapi, saat Dania akan ke dapur dan melewati salah ruangan di mana Chris dan pengawalnya berada. Dan secara kebetulan ruangan tersebut tidak tertutup. Di situlah Dania mendengar suara tembakan dan tepat di depannya Dania melihat sesuatu mengejutkan. Karena Dania berdiri di pintu para pengawal yang berjaga di pintu tidak bisa menghalangi Dania. Dan Chris sudah lebih dulu mengeluarkan proyektil ke arah mata-mata tersebut hingga Dania melihatnya apa yang terjadi seketika Dania pingsan. "Dania," gumam Chris dengan wajah datar. Perlahan mata Dania terbuka, dirinya melihat pelayan yang bertugas melayaninya berada di sisinya dan beberapa pelayan lainnya. "Syukurlah nona Dania sudah sadar," ucap Nana yang bersyukur karena majikannya sadar. Mereka tersenyum melihat Dania perlahan bangun. Dania memandang ke arah pelayannya. Saat Dania berusaha untuk bangun dan saat itu juga Dania melihat sosok yang tadi menembak seorang pria. Dania mulai ketakutan dia memegang tangan Nana dengan cukup erat. Melihat reaksi dari majikannya Nana hanya bisa diam tanpa bisa berkomentar apa-apa. "Kalian keluarlah," perintah Chris kepada para pelayan untuk meninggalkan kamar tersebut. Mendengar perintah dari majikan mereka tentu saja takut dan buru-buru keluar. Sedangkan Nana yang tangannya masih dipegang mulai ketakutan dia tidak ingin menjadi korban dari tuannya. "Nona, tolong lepaskan tangan Anda. Saya mau keluar." Nana memandang ke arah Dania memohon agar tangannya dilepas. Namun Dania tetap memegang tangan dari pelayannya tersebut. "tolong jangan tinggalkan aku. Aku mohon tetaplah disini. Aku takut. Sumpah demi Tuhan. Jangan tinggalkan aku, Nana," bisik Dania dengan cukup pelan dan hanya didengar oleh Nana dan Dania saja. Nana serba salah dia ingin berada di dekat majikannya yang ketakutan tapi sisi lain mendengar majikannya meminta dia untuk pergi tentu saja Nana ingin pergi. Perintah majikan tidak bisa dibantah. "Saya minta maaf, Nona. Ini perintah dari Tuan Chris. Saya harap Nona bisa mengerti posisi saya saat ini," ucap Nana. Wajah Nana yang memelas memohon kepada Dania untuk melepaskannya. Dania merasa kasihan melihat Nana. Akhirnya dia melepaskan tangan Nana. Walaupun sedikit berat akan tetapi tidak ada pilihan lain untuk Dania mempertahankan Nana di sini. Nana bergegas keluar pintu kamar tertutup rapat. Dania yang takut segera menarik selimut dan mencoba untuk menutup matanya. Akan tetapi suara sepatu Chris sangat terdengar jelas di kupingnya. Jantung Dania berdegub kencang dan tiba-tiba selimut yang menutupi tubuh Dania dari kaki sampai kepala terbuka. Dania spontan terkejut dan menjerit. "Ah ! Apa yang kamu lakukan Tuan. Saya mau tidur tolong tinggalkan saya. Kepala saya pusing. Saya tidak lihat apa-apa. Jadi, pergilah," jawab Dania yang membuat Chris menaikkan alisnya. Dia hanya mau tanya kondisinya malah Dania berkata seperti itu. Dan beberapa hari ini Dania terus memanggilnya Tuan bukan honey seperti yang waktu itu. Dan entah kenapa dia tidak suka dengan panggilan Tuan yang Dania ucapkan. Chris ingin protes tapi arena dia beberapa hari ini banyak pekerjaan jadi Chris tidak menanyakan itu tapi kali ini dia ingin menanyakan kenapa Dania masih memanggilnya Tuan. "Kenapa tidak Honey lagi. Kenapa kamu masih memanggilku Tuan. Bukankah aku sudah katakan jangan panggil aku Tuan. Apa telingamu bermasalah, Dania?" tanya Chris. Dania terdiam dan memicingkan matanya ke arah Chris yang saat ini menatapnya tanpa sedikitpun berpaling darinya. "Saya tidak tahu harus manggil apa kepadamu setelah malam itu, Tuan," jawab Dania. Dan Chris tidak suka jawaban itu. Dia suka Dania memanggilnya Honey ada yang beda. Tapi, sekarang malah beda lagi. Dan kenapa wanita ini malah bertanya seperti itu. Jentikkan di kening membuat Dania merintih kesakitan. "Awh. Kenapa kamu menjentikku? Apa salahku? Aku hanya bertanya saja. Apakah itu tidak boleh ?" tanya Dania yang menundukkan kepala sambil mengusap keningnya yang sedikit perih dan berdenyut. "Aku katakan kepadamu berkali-kali pandang lawan bicaramu. Apa kamu pikir aku ini ada di bawahmu. Tapi ... kalau kamu menginginkannya aku siap," jawab Chris yang mencondongkan tubuhnya. Dania buru-buru mengangkat kepala dan pada akhirnya, keduanya saling memandang satu sama lain. Keduanya benar-benar dekat hingga nafas keduanya pun bisa mereka rasakan. Aroma mint yang keluar dari mulut Chris membuat Dania ingin lebih dekat dengan pria tersebut. Namun melihat wajah Chris yang menakutkan Dania mengurungkan niatnya. Begitu sebaliknya dengan Chris. Nafas stroberi yang keluar dari mulut Dania membuat Chris juga ingin dekat dengan Dania. Ada magnet tersendiri jika dirinya dekat dengan Dania tapi Chris mencoba untuk membenteng dirinya agar tidak mempunyai rasa lebih kepada Dania. "Jadi, kalau Anda tidak suka, saya harus panggil apa ke Anda ?" tanya Dania yang kali ini memandang ke arah Chris. "Bukannya malam itu kamu memanggilku Honey. Jadi biasakan itu. Jika tidak aku akan menghancurkan perusahaan ayahmu. Sangat mudah menghancurkan perusahaan ayahmu itu. Bagaimana ingin melihatnya?" tanya Chris lagi. Dania terkejut dengan ancaman Chris. Lagi-lagi dirinya diancam hanya karena sebuah panggilan. Beberapa hari ini Chris tidak memperlihatkan kekejamannya tapi hari ini Dania bisa melihat kekejaman Chris yang sesungguhnya. "Baiklah, aku akan memanggil dengan nama itu mulai sekarang. Tapi jangan hancurkan perusahaan ayahku," jawab Dania setuju dengan apa yang diminta oleh Chris. Mendengar jawaban Dania, Chris menepuk kepala Dania dengan cukup pelan. "Bagus. Jadilah wanita penurut. Dan satu lagi kamu sudah melihat bagaimana kekejamanku bukan ?" tanya Chris yang dianggukkan oleh Dania. "Su-sudah," jawab Dania singkat. "Bagus. Kalau begitu hati-hati. Bisa saja nanti kamu atau keluargamuyang akan ada di tempat itu atau mungkin di tempat lain yang lebih menakutkan. Jadi, apa yang kamu lihat hari ini Dania rahasiakan semuanya. Jika sampai terbongkar maka aku tidak segan-segan untuk melenyapkanmu. Walaupun kamu istriku sampai di sini mengerti, Dania ?" tanya Chris yang memegang dagu dania dan menariknya dekat dengan dirinya. Dania menganggukkan kepala, dia akan menjadi wanita penurut dan tidak akan membuat masalah. Melihat jawaban Dania, Chris tersenyum dan senyuman itu membuat Dania terpanah. Pria kejam yang ada di depannya ini bisa tersenyum juga dan itu sangat manis membuat ketampanannya melebihi ketampanan pria yang ada di dunia ini. Dania balik tersenyum. Dania membalas senyuman dari Chris. Chris yang melihatnya menaikkan sedikit alisnya. Dia heran kenapa Dania tersenyum ke arahnya. "Kenapa kamu tersenyum? Tidak takut denganku? Atau jangan-jangan kamu mulai jatuh cinta denganku? Ingat, Dania. Jangan berharap cinta denganku. Karena aku tidak akan pernah jatuh cinta dengan wanita manapun, terlebih denganmu. Karena kamu bukan wanita idamanku. Jadi, bentengi dirimu semaksimal mungkin untuk tidak jatuh cinta denganku. Mengerti!" Chris melepaskan tangannya dan dia segera pergi setelah mengatakan itu. Dania terdiam mendengar kata-kata dari Chris yang memintanya untuk membentengi diri agar tidak jatuh cinta dengan pria tersebut. Pintu ditutup dengan cukup keras hingga Dania tersentak dan memandang ke arah pintu. "Tenang saja, Tuan Chris. Aku tidak akan jatuh cinta denganmu karena aku tahu siapa aku. Aku hanyalah anak haram yang sampai kapanpun tidak akan bisa mendapatkan cinta dari seorang pria. Bagiku saat ini diberikan tempat tinggal, makan itu sudah cukup untukku. Dan aku akan balas kebaikanmu suatu saat nanti," ucap Dania dengan suara yang lirih. Dania merasakan hati sangat perih saat Chris mengatakan itu. Dia tidak tahu kenapa setiap kata yang diucapkan oleh Chris menusuk hatinya. Dania menarik kakinya hingga tertekuk dan dania menenggelamkan wajahnya diantara kedua kaki sambil memeluk keduanya. Dania meneteskan air mata, dia berharap akan ada satu kebahagiaan nantinya yang bisa dia rasakan. Chris yang sudah berada di luar menghela nafas. Dirinya menoleh ke arah pintu yang tadi dia tutup dengan cukup kencang. Sebenarnya dia tidak berniat untuk menutup pintu dengan cukup kencang tapi karena terlepas akhirnya pintu tersebut tertutup kencang. "Tuan, maaf mengganggu. Obat-obatan sudah datang di markas dan klien kita sudah ada di sana. Mereka ingin mengambil barangnya. Apakah Tuan akan ke sana?" tanya Asher kepada Chris. Para pengawal atau lebih tepatnya kaki tangan Chris sudah menunggu bosnya untuk pergi ke markas untuk bertemu dengan klien khusus yang sudah memesan barang mereka. "Apakah Leon ada di sana dan mengetahui barangku sudah sampai?" tanya Chris ke Asher.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN