Lamaran kerja

1068 Kata
Setelah makan malam usai, mereka kembali ke kamar mereka masing-masing, waktu sudah menunjukan pukul Sembilan malam namun, Ghea masih berkutat di laptopnya untuk mencari pekerjaan. “Kayanya perusahaan ini sangat besar, aku harus mencobanya,” gumam Ghea sambil menyiapkan beberapa surat lamaran kerja untuk ia bawa besok pagi. “Sebaiknya aku segera tidur, supaya besok tidak bangun kesiangan,” sambungnya lagi dan segera beranjak menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya, tanpa menunggu lama, wanita cantik itu telah menyelami alam mimpinya. Pagi yang cerah dan suara burung berkicau seakan mengusik seorang wanita yang masih bergelung dalam selimut diterpa sinar mentari yang menerobos kamar sederhana itu. Triiiiinggg triiiiingg triiiing Suara alarm membuat si empunya terlonjak kaget dan mengucek matanya yang masih tertutup rapat. “Hah, sudah jam Setengah tujuh, jangan sampai aku terlambat,” gumamnya lalu segera bangkit dan pergi untuk membersihkan diri. 15 menit sudah berlalu dan disaat itu pula muncul seorang wanita yang baru saja selesai membersihkan diri. Tokk tokk tokk “Nak, ayo kita sarapan!” teriak Ibu di balik pintu. “Baik Bu, aku akan menyusul!” jawab Ghea yang tak kalah bising sambil sibuk memakai pakaiannya. “Ck, sempurna, semangat!” gumam Ghea yang memuji dirinya dan menyemangati dirinya sendiri. “Selamat pagi, Bu, Ra,” sapa Ghea di iringi senyuman manisnya dan segera duduk. “Wah putri Ibu sudah cantik sekali pagi ini,” ucap Ibu yang menatap kagum pada putrinya itu. “Benar kata Ibu kak, pagi kakak terlihat sangat berbeda,” tak mau kalah dengan sang ibu untuk memuji kakak tersayangnya. “Aku akan melamar pekerjaan Bu, doakan supaya aku berhasil,” ucap Rere sambil menggenggam tangan Ibunya. “Baiklah, Ibu akan selalu mendoakan yang terbaik buat kedua putri ibu ini, cepatlah habiskan sarapan kalian,” yang di angguki kedua putrinya. Setelah selesai sarapan, kini mereka melanjutkan aktifitasnya, Ibu yang berjualan Kue, dan Rara pergi ke sekolah, sedangkan Ghea telah pergi ke tempat tujuannya. Rara seorang remaja cantik berusia 17 tahun adalah seorang siswi kelas 2 SMA Pelita Jaya, sekolah elit yang di kenal sebagai sekolah para kalangan atas, Rara bisa sekolah di sana karena dulu sang Ayah Tiri masih bisa membiayainya, namun sekarang berbeda di mana sang Ibu dan kakaknya berjuang untuk membiayainya. Meskipun ia ingin sekali pindah tapi Ibu dan Kakaknya menolak dengan alasan masih bisa menanggung biaya tersebut, jauh dari lubuk hatinya ingin sekali Rara membantu sang Ibu untuk mencari Rupiah dan lagi-lagi di tolak dengan alasan masih kecil dan harus fokus pada sekolah saja. Seorang gadis cantik baru saja memasuki Area Gedung pencakar langit di mana tempat tujuan gadis yang bernama Ghea, di mana Perusahaan di bidang Properti terbesar di Indonesia terpampang jelas nama perusahaan tersebut adalah Xander’Corp. “Selamat pagi, Nona,” ucap Ghea yang menghampiri Resepsionis dan tersenyum ramah. ‘Siapa wanita cantik ini?’ tanya seorang Resepsionis dalam hati sambil memperhatikan Ghea dari ujung kepala sampai ujung kaki, satu kata yang terucap di hati wanita tersebut ‘sangat cantik’. “Ehmm, Nona,” ucap Ghea melambaikan tangan saat wanita yang ada di hadapannya malah melamun. “Eh maaf, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Resepsionis tersebut. “Saya mau melamar pekerjaan, Nona,” ucap Ghea yang di angguki oleh Resepsionis wanita tersebut. “Mari Nona, saya antarkan ke ruangan HRD,” yang diikuti Ghea dari dari belakang. Xander’Corp di pimpin oleh seorang pria arrogant dan sangat dingin putra sulung dari Leo Alexander dan Ghina Viana. Gavin Alexander : tokoh utama pria dewasa berusia 32 tahun, penampilannya yang nyaris sempurna dengan sejuta pesona dan di gilai para wanita, mempunyai sifat tempramen, kejam dan dingin, ia juga ketua Mafia Lion tanpa keluarganya ketahui. Putra sulung Leo Alexander dan Ghina Viana, ahli waris Xander’Corp. Gavin melihat dengan mata kepalanya saat sang Ayah memohon untuk mencegah kepergian sang Ibu karena tahu perusahaan sang Ayah di ancam kebangkrutan, tapi Ibunya tidak peduli dan memilih untuk meninggalkan suami dan anak-anaknya. Beberapa tahun kemudian, Perusahaan yang hampir gulung tikar itu bangkit kembali saat Gavin berusia 25 tahun, karena Leo dan Gavin bekerja keras berkat kecerdasan yang di miliki oleh Gavin. Setelah kejadian itu, Gavin menjadi dingin tak tersentuh, trauma yang di alaminya membuatnya enggan untuk memiliki pasangan hingga saat ini, semua wanita sama saja, hanya uang dan kekuasaan yang mereka cari, begitu pikir Gavin. “Itu di sana ruangannya Nona, kalau begitu saya tinggal dulu,” ucap sang wanita tersebut dan segera pergi dari wanita cantik itu. “Baiklah, terima kasih,” ucap Ghea sambil tersenyum ramah. Hhaaahh Ghea membuang napasnya kasar untuk menetralkan kegugupannya. ‘Aku pasti bisa, ya pasti aku harus bisa, demi Ibu dan Rara,’ gumam Ghea menyemangati dirinya sendiri. Klekk! Ghea memasuki ruangan tersebut dengan perasaan yang sulit di jelaskan, 15 menit telah berlalu tapi yang di dalam sana tak kunjung menunjukan batang hidungnya. 30 menit kemudian Klekk! “Yes, akhirnya aku di terima kerja di sini, ini akan menjadi kabar baik buat Ibu dan Rara, aku harus segera pulang sebelum makan siang,” beloncat-loncat kegirangan tanpa mempedulikan orang sekitar yang berlalu lalang. Tanpa Ghea sadari ada seorang pria bertubuh tegap sedang memperhatikannya dari kejauhan. “Sam, kau lihat gadis gila yang ada di sana?” tanya pria bertubuh tegap yang tak lain adalah CEO perusahaan itu, Gavin Alexander. “Saya melihatnya Tuan, apa perlu saya selidiki?” tanya Sekertaris sekaligus tangan kanannya Gavin yang biasa di panggil Sam. “Tidak! Aku hanya bertanya,” berlalu meninggalkan Sekertarisnya dengan raut wajah yang sulit di artikan. ‘Biasanya Tuan Muda tidak pernah menghiraukan siapa pun, apa yang telah terjadi,’ batin Sekertaris Sam yang heran mendengar pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Tuan mudanya. Brukk! “Aww, kalau jalan hati-hati dong!” seorang wanita bersungut-sungut sambil berdiri. “Apa Nona baik-baik saja?” tanya seorang Pria yang berada di belakang orang yang telah menabraknya, sedangkan Gavin hanya diam saja dengan wajah tanpa dosa karena sudah menabrak seorang wanita yang ada di hadapannya. “Ah, Tuan tidak perlu minta maaf, semua ini salah dari orang yang ada di hadapan anda, lihatlah wajahnya saja tidak merasa bersalah sedikitpun,” masih bersungut-sungut sedangkan Gavin hanya memperhatikan wanita yang begitu berani padanya. “Apa kau sudah selesai mengoceh?” tanya Gavin dengan menaikan salah satu alisnya. “Hah?” Ghea hanya melongo, dia sudah mengeluarkan kekesalannya tapi hanya di respon seperti itu, menyebalkan. “Sam, kau urus dia! Aku tidak punya banyak waktu untuk wanita gila sepertinya,” titah Gavin pada Sekertaris Sam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN