Forgive But Unforgettable - 4

958 Kata
                     Some says I'm too sensitive but the truth is I just feel too much. Every words, every actions, and every energy goes straight to my heart                                                                                  - Google Zoeken Quotes -                                                                                                    ****** Mia sedikit kesulitan menempelkan es batu pada ankle kakinya yang terkilir. Nathan mendengus pelan dan menghampiri lagi kaki Mia, kemudian mengangkatnya, di atas pahanya. Mia menatap Nathan dengan bibir terkulum. Nathan ternyata masih ada sedikit perhatian padanya, tidak hilang seluruhnya seperti yang mulut Nathan katakan tadi. Mia masih merasakan hal itu, getaran untuknya masih ada, Nathan bukan tidak perduli, ia hanya ingin menunjukkan bahwa dia berusaha untuk menyingkirkan perasaan yang sekarang sedang bergelut di benaknya. Entah kenapa Mia yakin itu. "Nathan" "Ya" "Bisa kita bicara?" "Ini kita sedang apa?" "Aku serius!" "Aku tidak mau bicara masa lalu lagi Mi. Aku sudah bilang kan, anggap saja kita tidak punya masa lalu apapun!" ujar Nathan datar. "Apa aku enggak berhak dimaafkan?" "Aku sudah maafin kamu" "Benarkah? Aku serius, Nath. Aku rela melakukan apa saja, asal kamu berikan aku kesempatan lagi" ujar Mia. Kepala Nathan mendongak, matanya yang sedingin es menyorot tajam ke arah Mia, langsung ke manik mata Mia, dinginnya cuaca New York malam itu jelas kalah dingin oleh tatapan Nathan yang langsung menusuk ke jantung Mia sekarang. "Enggak ada yang bisa kamu lakukan lagi, Mi" ucapnya dingin. "Please Nath...beri aku kesempatan untuk menebus salahku" Mata Nathan yang tajam dan dingin menatapnya lagi, "Dan memberimu kesempatan untuk menghancurkanku lagi?" Nathan menggeleng. "Aku berbeda sekarang, Mi, aku bukan lagi Nathanmu yang dulu" "Aku bisa membuatmu kembali seperti Nathan yang dulu!" Eyel Mia Sifat Mia yang ini memang tidak berubah sepertinya, keras kepala. Nathan menggeleng dan meneruskan menekan handuk berisi es batu di kaki Mia. Ia menyingkirkan sedikit celana panjang Mia dan sekilas putihnya betis Mia membuatnya kehilangan konsentrasi. Sehingga Nathan memilih melepaskan kaki Mia dan kembali ke kursinya lagi. "Aku memang sudah maafin kamu, Mi. Tapi bukan berarti perasaan itu bisa aku lupakan..." Tubuh Mia mendekat ke arah meja, "Aku akan membuat kamu melupakan perasaan itu, Nath" Nathan menggeleng sambil menyeringai, ia menenggak minumannya sampai habis. "Lupakan apa yang kamu pikirkan sekarang. Nothing between us, okay!" "Nath!" "Mia! Enggak ada yang bisa kamu lakukan! Terlebih, aku yang enggak mau kamu melakukan apapun lagi untukku, mengerti?" Nathan menghela napasnya, "We are stranger now, new friends, business partner! No us in the past!" ujarnya datar dan dingin seraya berdiri. No us in the past? Nathan mengucapkan hal ini berulang kali. Apa dia benar-benar ingin menunjukkan bahwa ia bisa melupakan kenangan mereka di masa lalu di depan Mia? Nathan ingin terlihat move on atau bagaimana. Yang pasti Mia merasakan dadanya terhimpit setiap Nathan menekankan kalimat 'tidak ada mereka di masa lalu'  Mata Nathan memandang ke arah angkle kaki Mia, "Apa kakimu masih sakit?" Tanyanya sungguh-sungguh. Mia menggeleng, walau berusaha untuk tidak meringis saat kedua kakinya berpijak di lantai. "Aku bisa naik taksi dari sini Nath, terima kasih sudah mentraktirku makan malam" ujar Mia basa basi.   Lagi-lagi Nathan hanya mengangguk setuju sembari menempelkan ponsel pada telinganya dan meminta Kevin menjemputnya di lobi. Kaki Mia sedikit pincang saat dibawa berjalan, Nathan merasa bertanggung jawab untuk itu dan berakhir dengan membopong tubuh Mia ke lobi restoran. Nathan menghempaskan tubuh Mia ke dalam mobil dengan pelan, kemudian ia mengatakan sesuatu pada Kevin. "Antar Nona ini pulang, biar aku naik taksi saja" perintah Nathan.   "Tapi Mr. Petra? Kenapa harus naik taksi?" "Apa aku harus memberi penjelasan padamu Kev? Kau serius?" "Oh, maaf, tentu tidak perlu Mr. Petra. Baik, saya akan antar Nona Mia ke rumahnya dengan selamat!" "Good!" sahut Nathan sambil menepuk pundak Kevin dan memerintahkan ia segera pergi. Mata Mia yang kebingungan menatap Nathan yang berada di luar mobil sambil melambaikan tangannya. Ya Tuhan, hati Mia tercabik-cabik melihat Nathan membiarkannya pergi. Nathan bahkan tidak mau duduk berduaan dengannya di mobil. Tanpa terasa air mata Mia mengalir jatuh ke pipinya. Kevin yang melihat Mia menyeka mata dan pipinya merasa iba, namun ia juga tidak berani bertanya. Ia hanya berani menebak-nebak dalam hatinya, bahwa majikannya pasti ada sesuatu dengan nona cantik di belakangnya ini. "Kita sudah sampai Nona" ujar Kevin. Mia melihat sekeliling, matanya masih terasa panas, ada yang hilang. Hatinya terasa hampa. "Mia! Enggak ada yang bisa kamu lakukan! Terlebih aku yang enggak mau kamu melakukan apapun lagi untukku, mengerti?" "Lupakan apa yang kamu pikirkan sekarang. Nothing between us, okay!" "We are stranger now, new friends, business partner! No us in the past!" Mia malah menangis lagi, Kevin memutar tubuhnya sekarang, melihat ke arah wanita cantik yang tersedu itu. "Nona, apa yang bisa saya bantu?" Mia seperti tersadar bahwa ia sudah berlebihan dan malah menarik perhatian Kevin, supir Nathan. "Maaf Pak, saya---" "Apa Tuan saya membuat Anda menangis?" tanya Kevin hati-hati. Sudah banyak wanita patah hati karena majikannya. Tapi setahu dia wanita ini bukanlah wanita majikannya, karena ia baru melihatnya sekarang. Mia mengangguk pelan, "Tapi bukan salahnya, saya yang salah..." "Yah, kebanyakan wanita akhirnya menyadari kalau mereka yang salah" ujar Kevin. "Maksud bapak---?" Kevin salah tingkah, "Maaf Nona, saya tidak bermaksud apa-apa..." "Tunggu, apa maksud Bapak berkata begitu?" "Maksud saya, kebanyakan wanita-wanita yang mendekati Mr. Petra itu berharap lebih. Padahal Mr. Petra sepertinya tidak mau terlibat lebih jauh dengan wanita-wanita itu" "Apa Nathan belum punya kekasih, Pak?" tanya Mia antusias sambil menghapus air matanya. Kevin menggeleng. Dan pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulut Mia demi mengorek keterangan tentang Nathan dari supir pribadinya. Dan dari mulut Kevinlah akhirnya Mia tahu bahwa Nathan tidak sedang berpasangan dengan siapapun dan tidak pernah dengan siapapun. Dari Kevin juga Mia tahu dari sekian banyak wanita yang mendekatinya tidak ada satupun yang diistimewakan atau diperlakukan berbeda, namun dari Kevin pulalah Mia tahu bahwa Nathan sering bermalam dengan beberapa wanita. Rahang Mia mengeras mengetahui bahwa sudah ada wanita lain yang menyentuh Nathan sebelum dirinya.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN