Pulang Kampung

1693 Kata

"Ibu." Suara Bagas dan tepukannya di bahu membuyarkan lamunanku yang mengembara jauh pada masa lalu. "Ibu tidak apa-apa?" Bagas bertanya dengan tatapan khawatirnya membidikku. Aku tersenyum memandangi Bagas. Sampai detik ini, Bagas tak penah tahu perkataan jahat Mas Adi untuknya yang mendoakan mati karena aku merahasiakan hal itu. "Ibu tidak apa-apa. Kamu berarti tidak jadi ke kampus?" Bagas menggeleng. "Ya sudah. Ayo!" "Biar aku saja yang bawakan." Bagas mengambil alih nampan, kemudian berjalan lebih dulu menghampiri Mas Adi di ruang keluarga. "Diminum, Mas," ujarku ketika Bagas meletakkan nampan berisi minuman dan hidangan kue kecil. Mata ini sempat bertemu mata laki-laki yang pernah sangat kucintai itu, tapi lekas aku memutus kontak mata kami dengan menunduk sedikit. "Terima kas

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN