Siswa Baru

1590 Kata
Semua siswa tampak sudah berada disekolah karna jam sudah hampir menunjuk angka 7. Tidak lama kemudian suara bel berbunyi keras memenuhi seluruh penjuru sekolah. Terdengar jelas sebuah suara yang mengumumkan seluruh siswa untuk berbaris di lapangan sekolah. Anak anak baru terlihat masih polos dengan ciri khas seragam baru yang tampak lebih mencolok dari kelas senior. Anak anak baru diminta untuk mengambil barisan paling kiri dari lapangan sebelum upacara bendera dimulai. Semua siswa tampak tenang dan tertib selama upacara berlanjut hingga selesai. "Gua lapar ni." Ucap Reno sambil mengelus perutnya, begitu mereka memasuki kelas pertama setelah upacara. "Ah payah, masih pagi begini." Kata Dimas menanggapi. "Gua ga sempat sarapan." Ucapnya dengan wajah malas "Bangun kesiangan?" Tebak Dimas yang tentu saja benar. "Habisnya kelamaan libur." Jawabnya ngeles. "Sst, Bu Rita udah didepan." Tegur Albert yang duduk di depan mereka. "Selamat pagi anak anak." Sapa seorang wanita paruh baya yang menjadi wali kelas mereka itu. "Selamat pagi bu." Jawab anak anak dengan nada kompak dan semangat. "Selamat datang dikelas 12, semoga perjuangan kalian di tahun ini bisa berbuah manis dan saya akan menemani kalian untuk itu. Saya tidak ingin melihat kalian gagal dibawah naungan saya dan saya tidak ingin dipermalukan dengan adanya siswa yang tidak lulus dari kelas unggulan ini. Jelasnya panjang lebar. Semua siswa mendengarkannya dengan antusias. Bahkan dikelas itu hanya terdengar suara dari Bu rita menjelaskan tentang reaksi kimia sampai bel pertanda jam istirahat berbunyi. Bu Rita pun mengakhiri pelajarannya dan mengijinkan seluruh siswa untuk istirahat. "Akhirnya." Ucap Reno, yang sedari tadi sudah menahan rasa lapar diperut nya. "Ke kantin yuk." Ajaknya menepuk punggung Albert, yang masih membereskan buku di mejanya. "Ayo." Jawabnya, segera mengikuti langkah Reno dan Dimas. Semua mata tertuju pada mereka, tepatnya pada Albert. Lelaki tampan yang sudah menjadi idola para gadis sejak lama. Dia tidak begitu perduli dengan tatapan para gadis yang sudah biasa dilihatnya itu. Bahkan diantara mata itu banyak yang sudah mendapat penolakan blak-blakan dari Albert. Sorot matanya yang tajam dengan warna coklat gelap seakan menusuk sampai ke tulang, membuat para pemujanya tidak merasa bosan memandanginya. Belum lagi senyuman yang tulus selalu terpancar dari bibir sexi nya yang berwarna Cherry itu, jelas saja membuat para pemujanya sulit tidur. "Saya mau pesen nasi goreng seafood Bu ditambah jus jeruk hangat." Ucap Reno begitu tiba di kantin. "Saya juga sama, bestfriend." Ucap Dimas tersenyum. Albert ikut tersenyum melihat kelakuan dua sahabatnya itu. "Kalau nak Albert mau pesan apa?" Tanyanya memudarkan senyum Albert. "Saya jus mangga aja Bu." Jawabnya dengan ramah. "Yasudah silahkan cari tempat duduk nanti ibu antar." jawab Bu Tuti pengelola Kantin yang super mewah itu. Dilihat dari tampilan dan layanannya wajar saja kalau seluruh penghuni sekolah menyebutnya kantin VIP. Bahkan kantin itu lebih pantas disebut kafe. Tidak semua siswa dapat menikmati tempat itu, untuk siswa yang mendapat uang jajan terbatas, mereka harus memilih kantin belakang. Dua kantin ditempat yang sama itu bahkan memiliki perbedaan harga. "Kita duduk dimana nih? Rame banget." Ucap Reno menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil matanya melirik setiap sudut kantin yang sudah terisi penuh. "Disana ada tuh." Dimas menunjuk sebuah meja dipojok kanan yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Itu ada orangnya." Jawab Reno memutar kepala Dimas "Masih bisa, mereka cuman berdua." Jawab Dimas santai. Dilihat dari ukuran mejanya memang sanggup menampung 8 orang dengan tempat duduk yang sama panjang. "Yasudah ayo, bisa pingsan gue berdiri lama lama dengan perut keroncongan begini." Katanya sembari melangkah. Albert hanya mengikuti langkah kedua sahabatnya itu tanpa berkomentar. "Hallo kak Albert." Sapa beberapa gadis sambil tersenyum melihat Albert yang sedang berjalan. "Hallo." Jawabnya, membalas setiap sapaan mereka dengan senyum. "Permisi mba, ada orangnya ga?" Tanya Reno saat mereka sudah tiba dimeja yang sudah lebih dulu ditempati 2 orang gadis dan duduk berdampingan itu. "Ngga kak, duduk aja." Jawab salah satu diantara mereka sambil tersenyum. "Makasih." jawab Dimas dan Reno hampir serentak. Mereka bertiga duduk bersamaan menghadap kedua gadis itu. "Kok panggil kakak? Anak baru ya?" Tebak Dimas dan masih tepat. "Ia kak." Jawab gadis yang sama masih malu-malu. "Namanya siapa?" Tanya Reno dengan beraninya. "Saya Dewi." Jawabnya memperkenalkan diri. "Nama yang indah, gue Reno." Jawabnya diikuti senyum. "Gue Dimas." Jawab Dimas saat Dewi menatapnya. "Dan ini Albert, kita semua satu kelas." Jelas Albert menunjuk diri sendiri. "Kalau temen kamu?" Tanya Dimas. "Eh, lu ditanyain tu." Kata Dewi menyenggol lengan temannya yang tampak sibuk dengan ponselnya itu. Dia tidak begitu mendengarkan mereka. "Eh, maaf. Ia kenapa?" Katanya dengan raut wajah yang mendadak merah merona. Albert menangkap wajah kaget itu dengan jelas dan bisa mengingatnya begitu lama. "Kayak pernah liat." Ucap Albert dalam hati. "Ini temen saya kak, namanya Bella." jawab Dewi kemudian. "Hallo kak." Ucap Bella sembari menatap mereka bertiga secara bergantian. "Hai jawab Reno dan Dimas kompak." Bella kembali sibuk dengan ponsel ditangannya. Sedangkan tanpa mereka sadari Albert memperhatikan tingkah Bella yang begitu serius dengan ponselnya. Ekspresi dari raut wajah Bella seakan mengatakan kalau dia sedang mendapat sebuah masalah. Dia bahkan tidak bisa mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Dia hanya tersenyum sesekali menatap mereka lalu kembali fokus dengan ponselnya. Pesanan merekapun datang bersamaan. Bella langsung menyerobot minuman yang diletakkan pelayan Bu Tuti didepannya. Kemudian dia mengerutkan keningnya saat minuman itu memasuki mulutnya melalui sedotan. Dia mengangkat gelasnya dan memperhatikannya dengan seksama. "Bel, itu bukan pesanan lo." Ucap Dewi menepuk jidatnya dan sedikit memiringkan wajahnya menatap Bella. "Trus ini punya siapa dong?" Jawab Bella memperhatikan tiga lelaki didepan mereka. Jempol Reno dan Dimas menunjuk searah ke kanan mereka. Ya, mereka menunjuk Albert. "Maaf kak." ucap Bella dengan wajah menyesal. Rona merah sudah memenuhi pipinya. "Minum aja." Jawab Albert. Dia kemudian dengan terpaksa meminum jus semangka pesanan Bella. "Ini juga enak." Ucapnya meredakan rasa tidak enak di hati Bella. "Kalau kakak mau, saya akan pesan jus mangga 1 lagi. Ucap Bella. "Ga pa-pa ini aja." Jawab Albert santai. Bella tersenyum sesaat. Tak lama kemudian, dia menunduk dan kembali fokus dengan ponselnya. Sedangkan yang lain terlihat makan dengan lahapnya, termasuk juga Dewi. "Kamu tinggal dimana?" Tanya Albert menatap Bella yang membuat Reno dan Dimas hampir tersedak. Mereka sampai batuk beberapa kali karna kaget mendengar pertanyaan Albert. Bagaimana tidak kaget, Albert yang selama ini tidak perduli dengan gadis gadis yang memujanya dan bahkan tidak pernah berusaha dekat dengan mereka justru bertanya seperti itu pada orang baru. Kalau dilihat lihat Bella memang cantik. Wajahnya terlihat lembut dengan warna kulit yang putih dan mulus serta bola mata yang tergolong besar membuat wajahnya terlihat lucu. Bibirnya mungil nyaris membentuk huruf M di bagian atasnya. Bulu mata yang tak kalah lentik dari Albert juga mendukung penampilannya mendekati perfect. "Minum dulu kak." Ucap Dewi menyodorkan gelas kepada 2 pria yang hampir saja mati tersedak akibat pertanyaan Albert itu. Albert hanya melirik mereka dengan tatapan santai. Mereka minum perlahan dan batuknya mulai reda setelah beberapa saat. "Udah mendingan?" Tanya Dewi sedikit kawatir. "Uda." jawab Dimas. Sedangkan Reno hanya mengangguk sambil mengelus dadanya. "Pelan-pelan makannya." Ledek Albert. "Lu tadi nanya apa?" Tanya Reno kurang yakin dengan pendengarannya "Uda makan aja dulu." Jawab Albert kembali menyedot minumannya. Bella yang tidak mendengar pertanyaan Albert kembali fokus pada ponselnya. *** Bel pertanda pelajaran berakhir pun berbunyi. Semua anak-anak bubar dan meninggalkan ruangan masing-masing dengan sorak sorai. "Al, gua tadi ga salah denger kan?" Tanya Dimas saat mereka berjalan menuju parkiran. "Emang lu denger apaan?" Tanya Reno masih ragu dengan pendengarannya. "Berisik ah, balik aja ayo." Sungut Albert mengabaikan kedua sahabatnya itu. "Dia tanya alamat Bella kan?" Bisik Dimas kearah Reno. "Kalau ga salah ia deh, gua denger juga begitu." Jawab Reno mulai yakin. "Mau nebeng ngga? Teriak Albert yang sudah berada didalam mobilnya. "Mau." Jawab Reno berlari kecil meninggalkan Dimas. "Dimas pun berjalan menuju motornya yang terparkir tidak jauh dari mobil Albert. "Kak Dimas?" Tegur Dewi yang ternyata ada dibelakang Dimas "Eh, wi. Sendirian aja, temennya mana?" Tanya Dimas melihat Dewi sendirian. "Lagi di toilet Kak, aku lagi nungguin dia." Jawab Dewi sambil senyum. "Oo mau aku temenin ga?" Tanya Dimas yang sebenarnya ingin melakukannya. "Ngga kak, ngga usah. Dewi bisa sendiri." Jawabnya menolak halus. "Tapi sekolah uda sepi, kamu yakin ga pa-pa?" Tanya Dimas masih berusaha. "Ia kak, ngga pa-pa kok. Paling bentar lagi Bella datang kok." Jawab Dewi sambil memainkan bagian bawah kemejanya. Reno dan Albert sempat melihat kearah mereka sambil membunyikan klakson mobilnya. Dewi hanya melambai membalas sapaan mereka. "Yasudah kalau gitu, aku duluan ya." Ucapan Dimas terdengar begitu lembut ditelinga Dewi. Dewi hanya mengangguk sambil tersenyum. Dimas pun pergi bersama motornya yang membuatnya terlihat gagah saat menaikinya. Itu adalah Kawasaki ninja 1000 CC berwarna hijau, senada dengan warna jaket dan helm yang dia pakai. "Ngeliatin siapa sih sampai senyum sendiri." Ledek Bella yang ternyata sudah berdiri disampingnya. "Ngga ngeliatin siapa-siapa." Jawabnya malu-malu. Sebuah mobil Mercedes - Benz berhenti tepat didepan mereka. "Ayo." kata Bella sedikit menarik tangan Dewi yang masih senyum-senyum sendiri. "Menurut lu kak Dimas gimana?" Pertanyaan Bella menciptakan warna merona di pipi Dewi. "Gimana apa nya?" Tanya Dewi pura-pura tak mengerti. "Ganteng ga?" Tanya Bella memperhatikan wajah sahabatnya itu yang juga merupakan tetangganya sejak embrio. "Apaan sih, lo suka ya?" Balasnya menutupi groginya. "Kalau ia gimana?" Bella semakin menggodanya "Serius lo suka." Dewi melotot dengan nada berteriak membuat supir melirik mereka dari kaca. "Emangnya lu ngga?" One shoot dari Bella yang membuat Dewi gelagapan. "Ngga tuh." Jawabnya sambil kembali berusaha duduk santai. "Bohong." Ucapnya sambil mencubit kedua pipi Dewi dengan gemes. "Iih sakit, apaan sih emang ga suka." Elaknya masih berusaha menutupi. "Gue bisa liat tau." Bella melepaskan cubitannya sambil sedikit mendorong wajahnya. Mereka pun tertawa bersama membuat supir yang hampir setiap hari mengantar jemput mereka kebingungan. "Dasar remaja." Gumamnya sambil menggelengkan kepala.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN