Sanya tertunduk malu. Saat ini mereka berada di dalam mobil yang terparkir di jalan Montavelle. Ardika melirik ke sekeliling memperhatikan sekitar. “Mobilnya di sini saja, Pak. Setelah ini kita harus jalan sedikit ke dalam sana,” ucap Sanya lirih. Setelah kejadian tadi, Sanya tidak sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan Ardika tentang dirinya. Entah apa yang merasukinya hingga ia justru membawa bosnya ke tempat terapinya sendiri. Mungkin karena lelaki itu terlalu berisik memaksanya konsultasi ke psikolog dan semacamnya—usai melihat kejadian tadi. Mereka berjalan pelan. Sanya tampak waspada, matanya menyapu sekitar—sedang menimbang aman-tidaknya setiap langkahnya. Ardika mengikutinya tanpa banyak bicara, berusaha mengendalikan rasa penasarannya. Hingga akhirnya mereka masuk ke sebuah pe

