Bibir lembut yang terasa lembab, rasa manis yang berasal dari liptint Arisa, serta hembusan napas yang saling berpacu. Keduanya tenggelam dalam pekatnya sebuah ciuman dewasa.
Ren berhasil merasuki hati Arisa, merebut sebuah tempat di lubuk hatinya dengan mudah dan kini berusaha menguasai tubuh Arisa.
Sudah seminggu sejak Ren yang langsung menyerang bibir Arisa tanpa aba-aba dan sudah beberapa kali pula Ren melakukan itu diam-diam setiap ada kesempatan yang mendekat. Arisa memang tidak menjawab apa pun mengenai ungkapan perasaan Ren yang sebelumnya. Namun, keduanya cukup dewasa dan Ren cukup paham bila Arisa tak menolak apapun dari apa yang ia lakukan pada wanita itu.
"Arisa, hari ini apa aku boleh menginap di rumahmu?" tanya Ren sambil bermain manja dengan rambut Arisa.
Seperti sebuah kebiasaan baru, Ren memang kerap memainkan jemarinya pada rambut panjang Arisa yang indah. Arisa pun tidak menolak akan perlakuan tersebut, ia memang tidak pernah menolak atau marah di setiap sentuhan yang Ren berikan padanya.
"Hmmm.. tampaknya kamu memang menyukai sentuhan pria!" benak Ren yang menatap sendu bibir Arisa menanti jawaban yang akan keluar dari bibir merah nan ranum tersebut.
Benar tampaknya jika Arisa menikmati setiap sentuhan yang Ren berikan kepadanya. Namun, Arisa benar-benar terlihat bingung dengan permintaan Ren tersebut.
"Maksud kamu apa?" tanya Arisa yang terlihat tidak senang dengan permintaan Ren tersebut.
Tetapi, Ren tidak menjelaskan apapun. Ia hanya meminta hal tersebut dan mengatakan jika tak masalah baginya jika Arisa tidak mau memenuhi keinginannya itu. Ren mengatakan, "Tidak apa jika kamu menolaknya. Aku hanya memintanya dan aku akan bahagia jika kamu mengabulkan keinginanku!"
Lagi, Ren membelai mesra Arisa tanpa keraguan. Sungguh kesan yang berbeda dari Ren yang dulu Arisa kenal. Ren yang lebih banyak diam, penyendiri dan hanya fokus bekerja itu begitu liar dan agresif terhadap wanita.
Setiap perkataan yang Ren ungkapkan membuat hati Arisa bergetar. Desir getarannya membuat Arisa enggan menolak apapun yang menjadi ajakan dari Ren. Paras tampan Ren yang mempesona dengan tubuh kekar Ren juga tak kalah menggodan. Arisa seketika tampak goyah dan itu kembali menjadi kesempatan bagi Ren untuk membujuk kembali Arisa.
"Aku hanya ingin menghabiskan malam bersamamu Arisa."
"Aku tidak ingin melalui malam ini sendirian!" sambung Ren lagi.
Arisa sempat merasa ragu, namun ia kembali tegas menolak keinginan Ren saat Ren yang tiba-tiba berbisik pada Arisa.
"Aku ingin menyantapmu Arisa. Melahap habis dirimu!" kata Ren sembari menggigit leher Arisa.
Arisa terkejut dengan tingkah Ren tersebut. Bola matanya membulat dan ia menatap lekat ke arah Ren sambil memegang lehernya yang telah di gigit oleh Ren tadi dan seketika Arisa langsung pergi dari tempat tersebut meninggalkan Ren yang masih berdiri kaku di sana.
Merah, bekas gigitan Ren tersebut terlihat jelas di leher Arisa. Untung saja, Arisa membawa foundation yang bisa menutupi bekas gigi dari Ren tersebut.
"Dia benar-benar menggigitku dengan gigi manusianya itu?"
"Ckckck.. Dia tidak tahu siapa yang dia gigit?"
Arisa tampak kesal dengan bekas gigitan itu. Tapi, entah kenapa ia tidak benar-benar kesal dengan hal tersebut. Fakta jika Ren sangat menggoda memang tidak bisa di pungkiri oleh Arisa.
"Ah.. dia benar-benar mempesona. Aku jadi tidak sabar ingin mencicipinya."
Lurus ke depan, Arisa pun menatap bayangan dirinya yang terpantul di cermin. Menatapnya dengan lekat dan tak lama Arisa pun tertawa sambil menutup mulutnya. Berharap tak ada yang mendengar suara tawa mengerikannya itu.
"Dia bilang ingin menyantapku? dia bilang ingin melahap diriku?"
Sungguh tawa itu membuat Arisa menitikkan sedikit air matanya. Ia tak habis pikir ada pria biasa yang memang hanya seorang manusia biasa mengatakan hal tersebut kepada dirinya yang merupakan seorang vampir.
"Ha ha ha.. Ini luar biasa. Aku jadi ingin memiliki Ren. Dia benar-benar menggoda!"
Sejak awal Arisa menyadari jika ia seperti mengenali sosok Ren. Apa lagi, pertemuannya dengan Ren berlangsung baru-baru ini. Sehingga ia sadar jika Ren adalah pria yang sama dengan pria yang ada di rumah Jimmy.
Dari segi Jimmy yang mau menerima Ren saja sudah aneh, tapi Jimmy membiarkan Ren untuk tinggal bersama dengannya. Namun, di saat waktu terus berlalu dan beberapa kali Ren dan Arisa saling berdekatan. Arisa pun menyadari sesuatu yang unik dari tubuh Ren.
Ren seolah memiliki pesonanya tersendiri. Ia memang terlihat pendiam dan ramah. Tapi dari segi mata Arisa yang seorang vampir. Arisa mampu melihat aura aneh dari tubuh Ren. Aura yang membara layaknya api yang terbakar besar dan setiap ada wanita yang mendekat padanya. Aura itu seolah menjerat mereka, membuat merak takluk begitu saja pada Ren. Hal yang mungkin membuat banyak orang yang juga menyayangi Ren.
"Parahnya, aura itu juga bisa menjeratku. Ia tidak hanya bisa menjerat manusia tapi juga bangsa vampir!"
Semua sudah Arisa buktikan sendiri, ia kewalahan menghadapi aura yang menjerat dirinya saat ia bersama dengan Ren.
"Orang biasa menyebutnya sebagai karisma. Ada beberapa orang yang memiliki karisma tersendiri dan Ren sangat berkarisma. Dia benar-benar terkesan sempurna dan mempesona!"
Di dunia ini banyak orang yang terlahir dengan bakat alami mereka dan karisma juga merupakan salah satu bakat yang tidak bisa di miliki oleh sembarang orang. Mereka memang terlahir dengan pesona istimewa itu. Mereka tak membutuhkan banyak usaha untuk memikat orang lain. Bahkan hanya dengan diam berdiri pun orang akan langsung segan kepadanya.
Orang-orang yang terlahir dengan pesona karisma ini akan terus menjerat orang di sekitarnya tanpa pandang bulu. Membuat banyak orang bersimpati padanya atau bahkan mendengarkan segala ucapannya. Mereka akan terpesona dan menurut begitu saja pada apapun yang di katakan oleh sang pemilik karisma. Sesuatu yang menjerat namun juga begitu menggoda.
Banyak di antara mereka selalu menjadi pusat dari banyak perhatian. Apa lagi jika pekerjaan mereka memang membutuhkan sosok yang berkarisma layaknya seorang pejabat negara, artis, atau hal lainnya. Kemampuan karisma benar-benar tidak bisa di anggap remeh.
"Haaaah.. lalu aku malah ikut terjerat oleh karisma dari seorang kurir biasa!" Arisa mencemooh Ren dengan remeh.
"Yah, setidaknya cukup asik bermain dengan pria setampan Ren. Tubuhnya juga bagus dan kekar. Lalu ... dia juga teman Jimmy yang membuatku semakin ingin memilikinya!"
Arisa sadar jika ia terjerat oleh pesona karisma yang Ren miliki. Hanya saja, Arisa memang menikmati hal tersebut. Ia memang ingin bermain-main dengan Ren sepuas hatinya. Di hari yang membuatnya begitu bosan dengan kehidupan manusia.
Bukan hanya itu yang menjadi alasan Arisa ingin mendapatkan Ren. Aroma pada tubuh Ren juga sangat menggodanya. Baru kali ini ia merasa sangat haus akan sesuatu. Hasrat yang Arisa miliki pada Ren juga bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh.
"Dia sangat agresif. Aku tidak membencinya. Tapi, jika aku menyetujuinya begitu saja. Aku merasa akan kehilangan harga diriku."
Arisa kembali menatap ke arah lehernya yang sudah tertutup sempurna dari bekas merah gigitan Ren tadi.
Selayaknya Arisa yang biasa berburu darah manusia. Ia biasanya akan melakukan hal yang sama. Mendekati perlahan pria tersebut, memikatnya dengan kepolosan yang Arisa miliki dan menjerat hati para pria tersebut sebelum mereka akan menjadi korban hisapan dari vampir seperti Arisa.
Proses berburu secara normal ini memang sangat menyenangkan. Selangkah demi selangkah saat para korban masuk dalam perangkap dan jeratan para vampir memang selalu menjadi hal yang di nikmati pula oleh para vampir.
"Semakin sulit untuk di dapat maka akan semakin puas pula dahaga yang akan terpuaskan."
Sungguh hal yang sangat umum terjadi, semakin mudah di dapat maka keberadaannya akan semakin di anggap remeh dan bila semakin sulit di dapat maka akan semakin berharga dan memiliki kebanggaan tersendiri. Semua berlaku di segala lini, tak tergolong hanya dari apa yang Arisa rasakan pada Ren. Semua akan merasakan hal yang sama jika ada sesuatu yang sangat ia perjuangkan.
"Aku jadi semakin semangat untuk mendapatkan Ren!"
Tentu semua ia lakukan secara perlahan demi bisa mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan. Namun, siapa sangka saat Arisa berburu dengan cara biasa ia malah kembali bertemu dengan Ren.
Ada satu pekerjaan yang paling mudah untuk bisa berbur, yaitu dengan menjadi wanita panggilan. Menjadi wanita penghibur merupakan cara paling mudah dan juga di gemari oleh para vampir yang notabene memang memiliki paras yang mempersona. Para vampir akan mudah menggaet mangsanya.
Apa lagi para korban yang juga memesan para wanita panggilan ini juga tidak akan berani melaporkan apapun pada siapa pun. Mereka juga merasa malu secara sosial jika mengaku menyewa teman di ranjang. Walau manusia yang digigit vampir tidak akan mengingat kejadiannya. Tapi, jika sampai ada korban jiwa atau sejenisnya. Maka mereka yang kerap menempuh jalur ilegal tidak akan terlalu merepotkan.
Lantas, siapa pula yang menyangka jika seseorang yang memanggil Arisa kali ini adalah Ren. Arisa tidak menyadari hal itu, sebab saat Arisa mendatangi tempat janjian mereka di sebuah apartemen. Ren sudah terlebih dahulu mandi dan mereka tidak sempat bertemu.
"Jika sudah sampai, masuk saja. Kode rumahnya x x x x x x kamu boleh menungguku atau langsung mandi di kamar mandi kamarku."
Begitulah sekiranya pesan yang Ren tinggalkan pada Arisa. Hal yang sebenarnya biasa terjadi di dunia seperti itu. Bahkan biasanya orang-orang yang seperti itu akan membayar besar wanita panggilanya. Meski sebenarnya Arisa tak membutuhkan uang tersebut. Ia hanya terlalu terbakar dan merasa haus sebab Ren yang sempat menggodanya itu membuat dahaga Arisa memuncak dan menginginkan darah segar yang manis sesegera mungkin.
"Ren ....."
Sudah bisa dibayangkan betapa terkejutnya Arisa saat melihat Ren yang masuk ke kamar tersebut. Arisa tertangkap basah dan tak bisa mengelak sedikit pun.
Pasalnya memang Ren yang memanggil wanita penghibur dan yang datang malah Arisa.
Ren yang sebenarnya memang sengaja memanggil Arisa itu juga memainkan perannya. Ia berpura-pura kaget dan kebingungannya. Ia memasang wajah sedih dan kecewa secara bersamaan.
"A-aku tak bisa berdalih apapun. Semua yang kamu pikirkan adalah benar."
Arisa tidak menyangkal dan Ren pun semakin memasang wajah sedihnya.
"Ta-tapi kamu saja memanggil wanita penghibur!" dalih Arisa yang mencoba membalikkan keadaan.
Faktanya memang seperti itu, Ren sendiri mencari kehangatan dari wanita penghibur, sedangkan Arisa juga merupakan wanita penghibur. Rasanya seperti sesuatu yang adil di antara mereka. Namun, Ren yang sudah merencanakan ini semua tentu sudah menebak akan hal tersebut.
Ren menghampiri sebuah nakas yang berada tepat di samping tempat tidur. Ada sebuah kotak cukup besar di sana dan Ren meraih kotak tersebut. Ia membawanya ke pangkuan Arisa dan meminta Arisa untuk membukanya.
"Buka lah, nanti kamu akan paham maksud tujuanku!"
"Eh.. Ren, ini?"
"Iya benar ..." Ren meng-iya-kan hal tersebut sambil menganggukkan kepalanya.
Begitu di buka, sebuah kue ulang tahun terpampang di dalam kotak tersebut. Semua jelas dari sebuah tulisan yang tertera di atas kue tersebut.
"Selamat ulang tahun, Ren!"
Begitulah yang tertulis di atas kue tersebut. Ren pun tak ragu merogoh dompetnya yang ia simpan di dalam laci dan memperlihatkannya pada Arisa.
"Hari ini aku ulang tahun."
Suasana pun hening seketika, menyisakan dentingan jam yang terus berdetak.
"Aku ulang tahun dan itulah alasanku ingin menghabiskan malam denganmu, merayakan hari ulang tahunku."
Ucapan Ren sengaja ia jeda untuk mengambil napas yang dalam. Pandangan mata Ren pun terlihat sendu dan nyaris menitikkan air mata. Mata itu berkaca-kaca dengan ujung bibirnya yang sudah bergetar. Menahan segala gejolak emosi yang akan siap meledak.
"Sebelumnya aku sangat benci dengan hari kelahiranku. Namun, Jimmy yang menyadari itu akhirnya mencoba merayakan ulang tahunku secara rutin."
"Biasanya memang hanya Jimmy akan merayakannya denganku. Tapi, anak itu menghilang dengan pesan singkatnya yang menyebalkan. Ia mungkin sedang ternggelam dalam pelukan wanita jika mengingat sifatnya yang playboy itu."
Ren mengeluhkan segalanya pada Arisa, lalu ia kembali pada tujuannya. Ia melancarkan aksi berikutnya untuk lebih membuat Arisa menjadi miliknya. Pesona yang menjerat dengan penuh trik kotor duniawi.
"Aku tidak ingin di hari ulang tahunku, aku sendirian. Apa lagi, kamu adalah wanita yang istimewa di hatiku Arisa, dan aku hanya ingin menyambut hari kelahiranku dengan kamu berada di sisiku."
"Tapi, kamu menolakku Arisa. Lalu, aku tak menyangka justru kamu yang ada di sini!"
"Aku berniat memanggil wanita penghibur seperti itu, murni demi bisa mendapatkan teman malam ini. Aku tak ingin merasa sia-sia telah menyiapkan banyak hal untuk di lalui bersama denganmu malam ini. Aku sungguh menyiapkan segalanya dan aku sangat tidak menyangka jika kamu akan menolakku Arisa setelah banyak ciuman yang kita lakukan bersama!"
Saat itu, Ren mendapati Arisa yang sedikit panik. Tapi, seperti yang Ren duga lagi. Arisa bertindak sangat tepat dengan rencana Ren yang selanjutnya.
"Kenapa kamu tidak bilang jika kamu akan merayakan ulang tahun? Jika aku tahu. Aku tidak akan mungkin menolak ajakanmu!"
Ren pun menggelengkan kepalanya. "Aku kira hubungan kita sudah sedekat itu dan aku kira kamu percaya padaku."
Arisa tampak semakin merasa bersalah, sehingga ia tak punya pilihan lain selain menyerah dan siapa pula yang menyangka jika tiba-tiba keadaan berubah menjadi sangat panas.
"Ah... Ren.. hentikan!!!" Arisa mengerang dengan sisa tenaganya. Tapi, tampaknya Ren tak bisa menyerah meski apapun yang keluar dari bibir ranum Arisa.
Ren malah tersenyum kecil sambil menatap lekat ke arah Arisa dan kembali bertanya, "Kamu yakin mau berhenti?"
Arisa menggelengkan kepalanya, ia sudah pasrah dengan apapun yang akan Ren lakukan padanya. Sehingga dengan gugup Arisa pun berkata, "Kalau begitu pelan-pelan ya.."
Senyuman Ren semakin lebar begitu mendengar akan hal tersebut. Bak memenangkan hadiah utama dari sebuah lotre Ren pun merasa jika kini rencananya sudah benar-benar berhasil.
"Ya, akan aku lakukan dengan perlahan!"