kepulangan Aira di hari pernikahan

1829 Kata
Imam pun meminta izin untuk membawa pulang Syakila kerumahnya dan menjelaskan Yang telah terjadi kepada orang tua Imam, sebelum sampai dirumah terlebih dulu aku telah mengirim chat kepada kakak perempuanku yang tinggal dekat dengan Abah dan umi ku. Namanya Mbak Ainun, dalam chat tersebut aku menjelaskan batalnya aku menikahi Aira dan menjadikan Syakila sebagai penggantinya, aku meminta Mbakku itu untuk mengabarkannya kepada Abah dan Umi,supaya mereka tidak kaget. Sesampai kami dirumah, kami disambut dengan kemurkaan Abah, "apa-apaan ini Imam? gadis seperti apa yang telah kau pilih? kenapa justru dia minggat saat menjelang hari pernikahan kalian? apa yang kamu sembunyikan dari Abah? jawab Imam!!!, jawab pertanyaan Abah. Abah membesarkanmu bukan untuk mencoreng muka Abah seperti ini". Dia, Abah menunjuk Syakila dengan berang, "untuk apa kamu bawa dia kerumah? untuk menambah mencoreng muka Abah? untuk semakin membuat Abah malu? tak punyakah kamu sedikit iba kepada Abahmu yang telah renta ini Imam?" Abah menunduk, Abah menitikkan air matanya, saat aku hendak menjawab dan menjelaskan, tiba-tiba saja Syakila menjawab perkataan Abah. "Maaf Bah, maaf atas kesalahan kakak saya yang telah mencoreng nama Abah dan membuat Abah malu. Atas nama keluarga saya, saya mohon maaf, saya kesini untuk menebus kesalahan kakak saya, saya akan menggantikan posisi kakak saya menjadi mempelai wanita sebagai istri dari Mas Imam, saya akan menjadi penutup aib untuk keluarga saya dan keluarga Abah, pernikahan ini akan tetap berjalan seperti yang terjadwalkan, maafkan kakak saya yang bertindak semau sendiri tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya. Seperti yang Mas Imam minta, saya akan bersedia menikah dengan Mas Imam. Nggak perlu memikirkan tentang perhitungan lagi, karena weton saya dan Kak Aira sama. jadi semua tinggal melaksanakan saja. Tiba-tiba Umi memeluk Syakila, terimakasih nduk kamu sudah bersedia menjadi penolong kami atas rasa malu yang akan terjadi, maaf karena kami egois. "Imam, Abah, dengan ini Umi memutuskan untuk menerima Syakila sebagai menantu Umi dan menjadi istri dari Imam. keputusan Umi tidak bisa diganggu gugat, pernikahan akan tetap berjalan seperti yang terjadwalkan, untuk malam ini Umi mau syakila menginap dirumah kita". "Tapi umi?", belum sempat aku melanjutkan perkataanku Umi sudah mengangkat tangan sebagai tanda tak bisa dibantah. Aku dan Abah hanya pasrah, "nduk syakila kekamar Umi ya nduk, kita perlu berbincang -bincang, ada sesuatu yang harus Umi bicarakan sama kamu", Syakila hanya mengangguk tanda setuju. *** Sementara itu, Aira sedang termenung sendiri dirumah temannya yang jauh dari kampung, dia sedang merenungi keputusannya yang telah melarikan diri dari pernikahannya yang tinggal beberapa hari lagi. Berbagai perasaan berkecamuk dihatinya, ada perasaan bersalah terhadap orang tuanya yang seolah mempermainkan keputusannya menerima perjodohan tersebut. "Apa yang harus aku lakukan? ", kata Aira dalam hati, selenting kabar dia mendengar bahwa Syakila akan menggantikan pernikahannya. Sakila menerima menjadi pengganti, Aira sedih, tapi entah, dia dilema antara ingin menyelamatkan adiknya dari pernikahan tersebut, tapi disisi lain rasa ego sangat menguasai hatinya, ada rasa bahagia saat dia bisa lepas dari pernikahan yang tak diharapkannya. "Maafkan kakak Syakila, maaf kakak telah menjadikanmu tumbal, seharusnya kamu jangan maju sebagai penggantiku. Seharusnya kau biarkan saja pernikahan itu batal, dengan begini kakak akan sangat merasa bersalah kepadamu, masa muda mu terenggut dek, apa yang harus kakak lakukan sekarang? sedangkan nomor kakak saja kamu telah memblokirnya. Besok adalah hari pernikahan, apakah pernikahan itu akan tetap berjalan?, apa yang harus aku lakukan? sangking lelahnya Aira berfikir, Aira tertidur didalam ruangan tersebut, dalam mimpinya seolah dia didatangi seorang lelaki lusuh tapi sangat berkharisma, siapapun yang memandangnya akan takjub akan pesonanya. lelaki tersebut mengatakan sebuah kata, pulang nduk, Ibu mu menunggumu. Aira kaget dan terbangun dari tidurnya, apa ini? apakah ini pertanda aku harus pulang? apa yang akan aku jelaskan jika aku pulang? ada dorongan kuat yang memaksa Aira untuk pulang. "Baiklah dek, aku akan datang untuk mengambil tempatmu kembali, semoga belum terlambat, kata Aira dalam hati. Tak menunggu lama Aira bergegas untuk berkemas, ia pulang menggunakan angkutan umum, Aira sampai lupa untuk berpamitan kepada temannya. Dalam perjalanan Aira tak henti-hentinya merapalkan do'a semoga semua belum terlambat, tak menunggu lama Aira pun sampai kerumahnya, saat sampai didepan rumah, semua mata memandang sinis kearah Aira, terutama orang tua dan saudara saudaranya. "Untuk apa kamu pulang nduk? bukankah ini maumu? kamu ingin mencoreng muka kami dengan arang? kamu ingin mempermalukan kami kan nduk?" kata ibu dengan mata membasah. "untuk apa kamu pulang nduk? semua sudah terlambat, adikmu sudah menjadi tumbal akan keegoisanmu, adikmu yang masih kecil menyelamatkan aib yang telah kau tebar, terimakasih nduk sudah memberi pelajaran paling indah dan manis kepada kami, kamu hebat Aira, kamu hebat telah merampas masa remaja adik kecilmu, berbahagialah Aira, jangan membuat pengorbanan adikmu sia-sia . biarkan adik kecilmu berbahagia dengan pengorbanannya, maafkan Ibu yang telah memaksakan perjodohan ini, maafkan Ibu yang tak memahami keinginanmu, maafkan Ibu Aira". Kata-kata ibu sangat menusuk hati aira. Aira segera bersimpuh dikaki ibunya, "Maafkan kehilafan Aira Bu, Aira minta maaf, Aira tidak bermaksud menyakiti Bapak dan Ibu, maafkan kebodohan Aira Bu, Aira pulang untuk memperbaiki semuanya, Aira akan datang untuk menjadi mempelai perempuan atas pernikahan ini, maafkan Aira Bu, izinkan Aira memperbaiki keadaan yang kacau karena ulah Aira". Ibu mengangkat tubuh Aira, dan mengatakan sesuatu yang sangat tak terduga oleh Aira. "Aira, adikmu sudah resmi jadi istri dari Imam, sehari setelah kamu kabur dari rumah, Syakila langsung dinikahi secara siri oleh Imam, dan hari ini adalah hari akan dilaksanakan ijab kabul, nanti jam 13.00 ijab qobul itu akan dilaksanakan. "Semua sudah terlambat nak, mungkin takdir Syakila memang harus begini, nggak ada yang bisa diperbaiki lagi, semoga Syakila menemukan kebahagiaan dipernikahannya, jangan sekalipun kamu usik kebahagiaan pernikahannya, biarkan mereka fokus dengan pernikahan mereka, mungkin kamu hanya jembatan bertemunya jodoh Syakila dan Imam". Aira semakin tertunduk menyesali perbuatannya. "Adek di mana Bu?" tanya Aira ke Ibunya. " Adekmu dirumah mertuanya Aira", kita nanti akan kesana sebagai pihak dari pengantin perempuan", kata Ibu menjelaskan, "kamu mau ikut?" tanya ibu lagi, "apa tidak akan merusak acara Bu kalau Aira ikut? Aira takut mengganggu acara pernikahan tersebut" Aira bertanya kepada Ibunya. Ikhlaskan nduk, toh pernikahan ini tak pernah kamu harapkan. Aira tak menjawab perkataan Ibunya. Saat pernikahan, Syakila terlihat binar bahagia, Dia tidak tahu apa yang akan menunggunya, yang dia tahu dia akan menjalankan pernikahannya dengan ketulusan, Syakila melangkah dengan Bismillah dan karena Alloh, apapun yang terjadi akan dijalankan dengan ikhlas. Beda dengan acara di kota, acara pernikahan dikampung berlangsung dirumah dengan memanggil group qosidah modern, dan acara berlangsung sampai sore dengan berganti pakaian pengantin 3 kali, Syakila terlihat anggun dengan semua baju pengantin yang dipakainya, apalagi usia Syakila yang masih belia, usia Syakila menginjak 19 tahun, membuatnya menjadi pengantin wanita yang sangat cantik menawan. Usia antara Imam dan Syakila terpaut 13 tahun, tapi saat mereka bersanding. tak seperti terpaut jauh, perias pengantinnya sangat pandai meriasnya. bisa menyamarkan perbedaan usia yang sangat jauh. *** 40 hari telah berlalu dari acara pernikahan Imam dan Syakila, hari ini adalah syukuran acara selapanan bagi pasangan pengantin antara Syakila dan Imam. Abah dan Umi dari Imam membuat nasi ingkung untuk diantar kerumah Ibunya Syakila sebagai syarat acara itu dilakukan. "Assalamu'alaikum", ucap Syakila saat memasuki rumah, "Wa'alaikumsalam dek", Aira datang menyahut salam dari Syakila, "ini ada nasi dari Abah dan Umi kak, Ibu sama Bapak dimana?" tanya Syakila kemudian. "Bapak sama ibu di belakang dek", lagi lihatin ayam di belakang rumah, "sini nasinya biar Kak Aira bawa", lantas Aira mengambil nasi dan rantang yang dibawa oleh Syakila, setelah menaruhnya didapur Aira pun kembali dan menghampiri Syakila, Aira memeluk adik kecilnya tersebut, "maafkan kakak dek, maaf karena kakak kamu harus merelakan masa remajamu, maaf karena kebodohan kakak kamu harus menggantikan kakak sebagai istri Mas Imam, kata Aira ke adiknya dengan derai air mata. "Semua sudah berlalu Kak, semua sudah terjadi, jujur kalau aku mengingat kebodohan Kakak saat itu, rasanya aku tak Sudi mengakuimu sebagai kakak, aku sangat marah kak, saat kutahu kakak yang sangat aku kagumi kesholehannya ternyata mampu melempar kotoran kemuka orang tua kita, seketika kekagumanku ke kakak hilang, berganti dengan kebencian yang tak terkira kepada kakak, apa salahnya sih kak mengakui yang sebenarnya, tak perlu ada acara kabur-kaburan segala, seperti anak kecil saja, pernikahan itupun tak akan pernah terjadi seandainya kakak menolak. Tapi, ya sudahlah semua sudah jadi jalan takdir yang harus kita jalani, sekarang yang menjadi nyonya Imam susilo adalah aku Syakila wardani. Aku tak menyesal kak, karena pada dasarnya niat awalku memang hanya ingin menyelamatkan rasa malu Bapak dan Ibu, dengan Bismillah kuambil keputusan yang sangat berat ini kak. Aku seorang gadis yang belum genap berusia 19 tahun harus menggantikan kakaknya, kakak tahu rasanya? cukup aku saja dan Alloh yang tahu, apapun yang terjadi di pernikahanku, aku tak akan pernah mengeluh", Syakila menjelaskan dengan panjang lebar ke Aira . "Dek, maafkan kakak," hanya kata itu yang terucap di bibir Aira. "Sudahlah Kak, semua sudah berlalu, Syakila hanya mengungkapkan apa yang ingin Syakila katakan saja. Perlu kakak ingat, Syakila tidak menyesal dengan keputusan Syakila, semoga Kakak juga tidak menyesal dengan keputusan Kakak dihari itu. Bagimanapun kita saudara kan kak?" Aira mengangguk menjawab pertanyaan Syakila, "peluk syakila kak, Syakila kangen", mereka pun berpelukan seperti teletubies. "Kita lupakan semua yang terjadi Kak, kita tetap kakak beradik, aku menyayangi Kakak, kesalahan kakak yang telah menghancurkan cita-citaku, tak mampu membuatku membencimu, rasa sayangku jauh lebih tinggi dari kekecewaanku Kak". Tanpa mereka sadari ada 4 pasang mata ditempat yang berbeda tengah memperhatikan mereka, Imam diluar rumah dan Ibu di pintu belakang antara dapur dan ruang Tamu. Imam menyaksikan Aira dengan penuh rindu, rasa cinta itu masih ada walaupun disampingnya telah ada Syakila yang telah menemaninya. Syakila tak mampu menggeser posisi Aira dihati Imam, secara fisik, Syakila tentu lebih cantik dan lebih muda dari Aira, akan tetapi semua itu tak lantas bisa membuang begitu saja Aira dihatinya, Imam masih mencintai Aira. Ada kebencian saat Imam mengingat hari itu, hari dimana saat Imam mengetahui bahwa Aira kabur dari rumah dan menolak pernikahan mereka, tapi hatinya tak bisa dibohongi bahwa cinta itu tak mudah Sirna begitu saja, Imam masih berandai-andai menikahi Aira, dan memiliki anak-anak dari Aira. Tapi semua itu tak mungkin, apalagi ada Syakila disisinya sebagai istri, keadaan itu akan sulit untuk mewujudkan semua keinginan Imam . andai Imam pun melepaskan Syakila belum tentu Aira akan mau menikah dengannya, semua terasa sangat sulit bagi Imam. "Baiklah Aira, aku tak bahagia, maka kamu juga tak akan bahagia, begitu juga adikmu akan menjadi sarana untukmu agar tak bahagia, setiap detik akan sangat menyiksa adikmu, ingat janjiku itu Aira", Imam bergumam dalam hati. Beda dengan Imam, Ibu mertua Imam justru bahagia dengan pemandangan dihadapannya, kedua putrinya telah berpelukan penuh rindu, saling mengeluarkan rasa hati, saling meminta maaf dan saling melepas rindu, kedua putri kembar wetonnya telah saling berpelukan. Sayang semua tak bisa merubah keadaan juga, Syakila tetaplah seorang istri dari pemuda yang pernah akan menikahi kakaknya dulu. Sang Ibu hanya bisa menatap pilu, semarah apapun seorang Ibu, pastilah pintu maaf akan selalu terbuka untuk mereka anak-anaknya, tak terkecuali untuk Aira. Ibu muncul diantara kedua putrinya yang tengah mengharu biru. "Ada apa ini, kok kalian seperti teletubies?, peluk pelukan, mana nggak ajak-ajak Ibu lagi, bahagia kok nggak di bagi-bagi!" kata Ibu berseloroh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN