“Ada di mana aku?” Ketika kubuka kelopak mataku, aku tersadar kalau aku sedang berada di tempat yang asing. Atapnya terbuat dari beton yang rapuh, dindingnya masih belum dicat, dan permukaan lantainya dari kayu. Aku juga menyadari kalau seluruh tubuhku dipakaikan dengan selimut tebal yang hangat. Aku mengambil napas panjang terlebih dahulu sebelum aku mulai membangunkan badanku untuk berdiri dan mengawasi tempat ini. Ada jendela di kamar ini, dan aku mulai melongokkan mukaku ke jendela, aku terkejut karena saat ini aku sedang berada di sebuah gereja yang berdiri di tengah-tengah kuburan.
“Aku berada di kuburan? Apa-apaan ini?” Aku benar-benar kaget bukan kepalang, aku tidak ingat pernah mengunjungi tempat ini, tunggu, sepertinya ada yang kulupakan, sesuatu yang sangat penting. Aku meremas rambutku kuat-kuat, memejamka mataku dan mencoba untuk mengingat sesuatu yang telah kulupakan. Dalam sedetik kemudian, mataku terbuka lebar, benar juga, seharusnya aku masih berada di rumahku, bersama kakek Roselied sialan itu yang telah membantai seluruh anggota keluargaku. Tapi mengapa aku bisa berada di sini? Apakah Kakek sialan itu telah membawaku ke sini? Lalu, bagaimana dengan keluargaku? Apakah mereka telah dikubur baik-baik? Ataukah, keluargaku sudah dikubur di kuburan ini oleh kakek sialan itu.
Aku yakin, saat ini aku sedang berada di gereja, tepatnya di lantai dua bangunan ini. Tapi, aku sama sekali tidak menemukan keberadaan dari kakek Roselied. Sebenarnya di mana dia? Aku massih tidak percaya kalau dia itu Iblis, aku yakin semua yang telah dia tunjukkan padaku, seperti sayap kelelawar, itu hanya efek saja, atau hanya halusinasiku saja, aku harap, sih, semua peristiwa sebelumnya hanyalah halusinasiku. Karena aku sangat menginginkan keluargaku hidup dan tetap di rumah bersamaku. Semoga saja itu benar-benar hanya halusinasiku saja.
Aku berjalan pelan, gaun pendek putih yang kukenakan penuh dengan cipratan darah karena sebelumnya memukul kepala kakek itu dengan tongkat bisbolku, sehingga darahnya muncrat ke pakaian yang kukenakan. Aku senang karena telah berani melakukan itu, kuanggap itu adalah serangan balasan karena dia sudah membunuh keluargaku. Aku masih tidak memaafkannya, dia benar-benar iblis! Tapi bukan iblis yang sesungguhnya. Dia hanya manusia biasa yang berhati iblis! Dan kurasa, dia juga punya gangguan jiwa! Entahlah, kesannya jadi sangat buruk saat aku menyimpulkan kalau keluargaku telah dibunuh oleh orang gila. Itu sangat menjengkelkan.
“Jadi, kau sudah sadar, ya?” Seketika, suara seseorang terdengar di ruangan ini dan saat aku membalikkan badanku, aku terkejut karena kakek sialan itu kini sedang berdiri di pintu kamar dengan menyenderkan punggungnya di tembok, dia tampak begitu santai dan tidak tahu diri, tapi aku heran bagaimana caranya dia masuk, kenapa aku tidak mendengar suara pintu digebruk atau langkah kaki seseorang, seolah-olah kakek sialan itu masuk begitu saja ke ruanganku dengan kekuatan sakti.
“Apanya yang sudah sadar! Seharusnya kau dipenjara karena telah membunuh keluargaku! Apa yang sedang kulakukan di sini! Apakah kau yang membawaku ke tempat ini!?” tanyaku dengan berseru-seru, mataku melotot sempurna, dan gigiku saling bergeremetuk saat berbicara, saking kesalnya pada kakek sialan itu.
“Ya, akulah yang telah membawamu kemari, dan jangan khawatir, seluruh keluargamu telah kukubur di kuburan ini. Maksud aku membawamu ke gereja ini, adalah karena kau akan bertemu dengan Tuanku. Dia ingin bertemu dan mengobrol denganmu, sebab dia akan menjadi suamimu, Cherry.” Disitu aku langsung melotot sangat lebar, rasa kesalku jadi semakin bertambah, aku tidak pernah menyangka harus berhadapan dengan banyak orang gila di hidupku.
“S-Suamiku, kau bilang!? Jangan bodoh! Aku tidak sudi menikah dengan orang asing yang aneh sepertimu! BERHENTILAH MEMBUAL! Sekarang, antarkan aku ke rumah! Aku tidak nyaman berada di tengah-tengah kuburan seperti ini! Bawa aku pulang, cepatlah!” Aku terus menjerit-jerit kepada Roselied, karena aku benar-benar muak pada segala yang dia ucapkan. Apapun yang dikatakan oleh kakek-kakek sialan itu selalu seenaknya, seolah-olah aku hanyalah mainan saja. Aku benar-benar merasa dipermainkan dan aku sangat tidak menyukai itu.
Sebenarnya apa dosa yang telah kulakukan sampai hidupku harus berakhir seperti ini, keluargaku terbunuh dan harus berurusan dengan orang gila, aku tidak tahu bagaimana masa depanku jika aku tidak bisa lolos dari orang-orang aneh ini. Aku yakin, Tuan yang Roselied maksudkan adalah boss dari semua orang gila, dan itu pasti mengerikan. Apa yang harus kulakukan, aku tidak tahu harus bagaimana sekarang. Di pikiranku hanya ingin pulang. Aku sudah lelah dengan semua ini. Aku ingin istirahat sendirian.
“Maafkan aku, Cherry, tapi aku tidak bisa membawamu atau membiarkanmu pulang ke rumah, aku akan mengawasimu sepanjang waktu atas perintah Tuanku. Aku tahu kau lelah dengan semua ini dan ingin istirahat sendirian di dalam kamarmu, tapi aku benar-benar minta maaf karena aku tidak bisa membiarkanmu begitu saja. Aku yakin kau tahu kalau aku ini orang sakti, aku bisa membawamu ke sini kapan saja, meskipun kau berhasil keluar dari tempat ini, sebab aku bisa mengawasimu di mana saja.”
Aku hanya menghela napas mendengarnya, karena aku merasa apa yang dia katakan, adalah kebenaran. Entahlah, meskipun aku menganggapnya sebagai orang gila, tapi aku tidak benar-benar merasa begitu. Aku merasa Roselied adalah orang yang punya kekuatan sakti, entah dia itu iblis atau penyihir atau apapun itu, tapi yang jelas, aku tidak bisa lepas darinya. Atau bisa dibilang, apapun yang kulakukan, pada akhirnya, aku tidak selalu gagal. Aku langsung mendaratkan pantatku dan memeluk dua lututku, menenggelamkan kepalaku di sana. Aku menangis dalam hening, aku benar-benar sedih sekarang.
“Aku lapar. Setidaknya, bawakan aku makanan.”
Mendengar itu, tiba-tiba saja, Roselied mendatangiku dan memberikanku semangkuk mie yang hangat, aku tidak tahu dia mengambil itu dari mana, tapi aku merasa seperti mendadak ada di tangannya begitu saja. Tanpa banyak pikir, aku langsung menerima mie pemberian Roselied dan segera menyantapnya dengan lahap, sebab aku sangat lapar. Tidak lupa, Roselied juga meletakkan sebotol air putih di dekatku, untuk minum diriku. Meskipun dia keji, tapi ternyata dia punya kebaikan juga.
Namun, meskipun begitu, aku tetap tidak memaafkannya, atas semua yang telah dia lakukan pada keluargaku. Aku tidak akan pernah memaafkannya sedikit pun. Aku akan mencari cara agar aku bisa lepas dan bebas dari pengawasannya. Aku tahu itu terkesan sangat mustahil, tapi aku percaya pasti ada caranya, aku hanya harus fokus.
Setelah selesai makan dan minum, aku bertanya pada Roselied dengan suara yang lirih. “Bisakah kau katakan padaku, siapa Tuanmu yang telah memerintahkanmu berbuat seperti ini padaku?” Sebelum menjawabnya, Roselied tampak diam sejenak, sepertinya dia sedang memikirkan apakah dia harus menjelaskan soal itu padaku atau tidak.
“Tuanku adalah Lucifer, dia adalah Raja Iblis dari segala Iblis di alam semesta. Apakah kau tertarik padanya?”
“Tidak, sama sekali tidak, aku hanya penasaran saja. Ah, ngomong-ngomong, apakah ada Iblis yang berani membangkang dan memberontak pada Lucifer?”
Roselied terdiam sejenak sebelum akhirnya, mulai berkata dengan tatapan yang tajam padaku. “Apa maksudmu bertanya begitu?”
Aku hanya tersenyum kecil.
“Ada di mana aku?” Ketika kubuka kelopak mataku, aku tersadar kalau aku sedang berada di tempat yang asing. Atapnya terbuat dari beton yang rapuh, dindingnya masih belum dicat, dan permukaan lantainya dari kayu. Aku juga menyadari kalau seluruh tubuhku dipakaikan dengan selimut tebal yang hangat. Aku mengambil napas panjang terlebih dahulu sebelum aku mulai membangunkan badanku untuk berdiri dan mengawasi tempat ini. Ada jendela di kamar ini, dan aku mulai melongokkan mukaku ke jendela, aku terkejut karena saat ini aku sedang berada di sebuah gereja yang berdiri di tengah-tengah kuburan.
“Aku berada di kuburan? Apa-apaan ini?” Aku benar-benar kaget bukan kepalang, aku tidak ingat pernah mengunjungi tempat ini, tunggu, sepertinya ada yang kulupakan, sesuatu yang sangat penting. Aku meremas rambutku kuat-kuat, memejamka mataku dan mencoba untuk mengingat sesuatu yang telah kulupakan. Dalam sedetik kemudian, mataku terbuka lebar, benar juga, seharusnya aku masih berada di rumahku, bersama kakek Roselied sialan itu yang telah membantai seluruh anggota keluargaku. Tapi mengapa aku bisa berada di sini? Apakah Kakek sialan itu telah membawaku ke sini? Lalu, bagaimana dengan keluargaku? Apakah mereka telah dikubur baik-baik? Ataukah, keluargaku sudah dikubur di kuburan ini oleh kakek sialan itu.
Aku yakin, saat ini aku sedang berada di gereja, tepatnya di lantai dua bangunan ini. Tapi, aku sama sekali tidak menemukan keberadaan dari kakek Roselied. Sebenarnya di mana dia? Aku massih tidak percaya kalau dia itu Iblis, aku yakin semua yang telah dia tunjukkan padaku, seperti sayap kelelawar, itu hanya efek saja, atau hanya halusinasiku saja, aku harap, sih, semua peristiwa sebelumnya hanyalah halusinasiku. Karena aku sangat menginginkan keluargaku hidup dan tetap di rumah bersamaku. Semoga saja itu benar-benar hanya halusinasiku saja.
Aku berjalan pelan, gaun pendek putih yang kukenakan penuh dengan cipratan darah karena sebelumnya memukul kepala kakek itu dengan tongkat bisbolku, sehingga darahnya muncrat ke pakaian yang kukenakan. Aku senang karena telah berani melakukan itu, kuanggap itu adalah serangan balasan karena dia sudah membunuh keluargaku. Aku masih tidak memaafkannya, dia benar-benar iblis! Tapi bukan iblis yang sesungguhnya. Dia hanya manusia biasa yang berhati iblis! Dan kurasa, dia juga punya gangguan jiwa! Entahlah, kesannya jadi sangat buruk saat aku menyimpulkan kalau keluargaku telah dibunuh oleh orang gila. Itu sangat menjengkelkan.
“Jadi, kau sudah sadar, ya?” Seketika, suara seseorang terdengar di ruangan ini dan saat aku membalikkan badanku, aku terkejut karena kakek sialan itu kini sedang berdiri di pintu kamar dengan menyenderkan punggungnya di tembok, dia tampak begitu santai dan tidak tahu diri, tapi aku heran bagaimana caranya dia masuk, kenapa aku tidak mendengar suara pintu digebruk atau langkah kaki seseorang, seolah-olah kakek sialan itu masuk begitu saja ke ruanganku dengan kekuatan sakti.
“Apanya yang sudah sadar! Seharusnya kau dipenjara karena telah membunuh keluargaku! Apa yang sedang kulakukan di sini! Apakah kau yang membawaku ke tempat ini!?” tanyaku dengan berseru-seru, mataku melotot sempurna, dan gigiku saling bergeremetuk saat berbicara, saking kesalnya pada kakek sialan itu.
“Ya, akulah yang telah membawamu kemari, dan jangan khawatir, seluruh keluargamu telah kukubur di kuburan ini. Maksud aku membawamu ke gereja ini, adalah karena kau akan bertemu dengan Tuanku. Dia ingin bertemu dan mengobrol denganmu, sebab dia akan menjadi suamimu, Cherry.” Disitu aku langsung melotot sangat lebar, rasa kesalku jadi semakin bertambah, aku tidak pernah menyangka harus berhadapan dengan banyak orang gila di hidupku.
“S-Suamiku, kau bilang!? Jangan bodoh! Aku tidak sudi menikah dengan orang asing yang aneh sepertimu! BERHENTILAH MEMBUAL! Sekarang, antarkan aku ke rumah! Aku tidak nyaman berada di tengah-tengah kuburan seperti ini! Bawa aku pulang, cepatlah!” Aku terus menjerit-jerit kepada Roselied, karena aku benar-benar muak pada segala yang dia ucapkan. Apapun yang dikatakan oleh kakek-kakek sialan itu selalu seenaknya, seolah-olah aku hanyalah mainan saja. Aku benar-benar merasa dipermainkan dan aku sangat tidak menyukai itu.
Sebenarnya apa dosa yang telah kulakukan sampai hidupku harus berakhir seperti ini, keluargaku terbunuh dan harus berurusan dengan orang gila, aku tidak tahu bagaimana masa depanku jika aku tidak bisa lolos dari orang-orang aneh ini. Aku yakin, Tuan yang Roselied maksudkan adalah boss dari semua orang gila, dan itu pasti mengerikan. Apa yang harus kulakukan, aku tidak tahu harus bagaimana sekarang. Di pikiranku hanya ingin pulang. Aku sudah lelah dengan semua ini. Aku ingin istirahat sendirian.
“Maafkan aku, Cherry, tapi aku tidak bisa membawamu atau membiarkanmu pulang ke rumah, aku akan mengawasimu sepanjang waktu atas perintah Tuanku. Aku tahu kau lelah dengan semua ini dan ingin istirahat sendirian di dalam kamarmu, tapi aku benar-benar minta maaf karena aku tidak bisa membiarkanmu begitu saja. Aku yakin kau tahu kalau aku ini orang sakti, aku bisa membawamu ke sini kapan saja, meskipun kau berhasil keluar dari tempat ini, sebab aku bisa mengawasimu di mana saja.”
Aku hanya menghela napas mendengarnya, karena aku merasa apa yang dia katakan, adalah kebenaran. Entahlah, meskipun aku menganggapnya sebagai orang gila, tapi aku tidak benar-benar merasa begitu. Aku merasa Roselied adalah orang yang punya kekuatan sakti, entah dia itu iblis atau penyihir atau apapun itu, tapi yang jelas, aku tidak bisa lepas darinya. Atau bisa dibilang, apapun yang kulakukan, pada akhirnya, aku tidak selalu gagal. Aku langsung mendaratkan pantatku dan memeluk dua lututku, menenggelamkan kepalaku di sana. Aku menangis dalam hening, aku benar-benar sedih sekarang.
“Aku lapar. Setidaknya, bawakan aku makanan.”
Mendengar itu, tiba-tiba saja, Roselied mendatangiku dan memberikanku semangkuk mie yang hangat, aku tidak tahu dia mengambil itu dari mana, tapi aku merasa seperti mendadak ada di tangannya begitu saja. Tanpa banyak pikir, aku langsung menerima mie pemberian Roselied dan segera menyantapnya dengan lahap, sebab aku sangat lapar. Tidak lupa, Roselied juga meletakkan sebotol air putih di dekatku, untuk minum diriku. Meskipun dia keji, tapi ternyata dia punya kebaikan juga.
Namun, meskipun begitu, aku tetap tidak memaafkannya, atas semua yang telah dia lakukan pada keluargaku. Aku tidak akan pernah memaafkannya sedikit pun. Aku akan mencari cara agar aku bisa lepas dan bebas dari pengawasannya. Aku tahu itu terkesan sangat mustahil, tapi aku percaya pasti ada caranya, aku hanya harus fokus.
Setelah selesai makan dan minum, aku bertanya pada Roselied dengan suara yang lirih. “Bisakah kau katakan padaku, siapa Tuanmu yang telah memerintahkanmu berbuat seperti ini padaku?” Sebelum menjawabnya, Roselied tampak diam sejenak, sepertinya dia sedang memikirkan apakah dia harus menjelaskan soal itu padaku atau tidak.
“Tuanku adalah Lucifer, dia adalah Raja Iblis dari segala Iblis di alam semesta. Apakah kau tertarik padanya?”
“Tidak, sama sekali tidak, aku hanya penasaran saja. Ah, ngomong-ngomong, apakah ada Iblis yang berani membangkang dan memberontak pada Lucifer?”
Roselied terdiam sejenak sebelum akhirnya, mulai berkata dengan tatapan yang tajam padaku. “Apa maksudmu bertanya begitu?”
Aku hanya tersenyum kecil.