Awal Keterikatan

861 Kata
Daren menatap malas ke arah ponselnya yang berdering. Nama kontak dari seseorang muncul di sana. Melihat namanya saja sudah mampu membuat Daren muak sendiri. Elyse Rae, tunangannya itu benar-benar tidak tahu waktu sekali jika menghubunginya. Sebelumnya pun, Daren sudah membalas pesannya dan memberikan peringatan jika ia tidak sedang ingin diganggu. Tapi apa? Wanita itu tetap nekat. Bahkan sampai meneleponnya sekarang. “Wanita satu ini benar-benar membuatku pusing!” gerutu Daren geram sendiri. Baru saja hendak mematikan ponselnya, tanpa sengaja Daren justru menerima panggilan tersebut, yang mana suara wanita itu langsung terdengar nyaring dari seberang sana. “Akhirnya kau mau juga menerima panggilanku, Daren! Kenapa juga sih harus menolak panggilanku terus sebelumnya? Kau sedang sibuk apa?” Daren mendesah pelan, lalu mulai bangkit dari atas ranjang sembari menjawab, “untuk apa juga kau bertanya kesibukanku apa? Karena percuma saja, kau tidak akan mengerti, El.” “Tinggal jawab saja apa susahnya sih, Daren? Lagi pula apa yang kau kerjakan tengah malam begini? Sibuk apa kau sebenarnya, hah?!” Daren sedikit menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya, saat suara Elyse terdengar begitu nyaring. Mungkin, gendang telinganya akan bermasalah jika tidak dengan segera bertindak. “Jawab, Daren Cyrill! Jangan diam saja!” “Astaga, bisakah kau kecilkan suaramu itu? Kau pikir aku ini tuli apa? Aku masih bisa mendengar suaramu, Elyse! Jangan sok keras begitu padaku.” Terdengar decihan dari seberang sana, dan Daren tampak semakin kesal, sekaligus malas. “Jawab, sedang sibuk apa kau sekarang? Kau tidak sedang aneh-aneh kan di sana, Daren?” tanya Elyse penuh dengan kecurigaan. “Kenapa memangnya? Kau mencurigai aku lagi? Jika kau mulai bertanya begini pasti ujung-ujungnya kita akan bertengkar. Jadi sudahlah, tidak perlu bertanya. Aku ingin istirahat sekarang, Elyse. Aku tutup telepon—” “Setiap ditanya kau selalu menghindar begini. Wajar jika aku selalu menaruh curiga padamu, Daren. Bahkan jika bukan aku yang menghubungi lebih dulu, kau pasti tidak akan menghubungiku sama sekali.” sela puan itu di seberang sana. “Masalahnya, bukan sekali dua kali kau begini, Elyse! Lagi pula kenapa kau semakin menjadi-jadi saja? Kau masih ingat kan dengan perjanjian rahasia kita dan alasan kenapa aku menyetujui pertunangan kita waktu itu? Aku harap kau tidak lupa, Elyse. Tolong jangan bersikap seakan-akan hubungan ini serius.” “Daren—” Daren dengan segera mengakhiri panggilan tersebut secara sepihak. Bahkan di saat Elyse Rae baru akan menyahuti ucapannya. Daren juga lebih memilih untuk mematikan ponselnya karena tak mau diganggu oleh tunangannya itu. Sungguh, rasanya ia benar-benar bisa stres jika terus menerus berdebat dengan Elyse Rae. Wanita itu kerap kali membuatnya kesal dan emosi. Daren jadi ingin cepat-cepat mengakhiri hubungan pertunangan yang sejak awal sama sekali tidak ia inginkan. “Kau marah-marah pada siapa?” Daren dengan cepat menoleh, saat pintu kamar mandi terbuka. Hazel, wanita yang ia temui di club malam tadi baru saja keluar dari sana dengan rambutnya yang basah. “Bukan siapa-siapa,” jawab Daren dengan cepat, lalu berangsur duduk di tepi ranjang. Hazel memperhatikan bagaimana gerak-gerik dan raut wajah Daren saat ini. Ia dapat pastikan jika Daren sepertinya masih diliputi oleh rasa kesal sekarang. Memang sih, ia tidak begitu mendengar apa yang sedang pria itu bicarakan tadi, sebab debit air yang mengalir cukup besar, tapi Hazel dapat mengerti jika seseorang yang baru saja marah-marah pasti moodnya sangat buruk. Karena itulah, Hazel mendekat untuk menghiburnya. Menghibur pria yang baru saja menggempurnya di atas ranjang bukan hal yang buruk, kan? “Aku tidak tahu apa masalahmu dan alasan kenapa kau marah-marah barusan, tapi aku tahu caranya untuk menenangkan diri. Kau mau—” “Kau mendengar semua percakapanku?” sela Daren menyela dengan cepat. Hazel menggeleng. “Bukankah sudah aku katakan jika aku tidak tahu apa masalahmu dan alasanmu marah-marah tadi? Tentu aku tidak begitu mendengar. Yang aku tahu, suaramu terdengar sangat galak!” “Kau—” “Lebih baik minum dulu,” potong Hazel. Puan itu menuangkan wine ke dalam gelas yang kosong, lalu menyodorkan minuman tersebut pada Daren. “Kau mau minum sendiri atau mau aku bantu untuk meminumnya?” Daren menyipitkan matanya saat pertanyaan nakal itu keluar. Dia lantas menarik pinggang Hazel dan menjawab, “tidak masalah jika kau bersedia. Tapi, bagaimana caranya kau membantuku untuk meminum wine-nya, hm?” Hazel tersenyum tipis, lalu dengan sengaja mendekatkan wajahnya pada Daren. “Sangat mudah, Tuan! Tinggal pilih saja, ingin tetap minum dari gelasnya, atau dari...” Hazel sengaja menggantung kalimatnya, lalu kemudian ia melanjutkan dengan nada bicaranya yang terkesan menggoda. “...mulutku? Pilih yang mana?” “Sepertinya akan lebih terasa manis jika meminumnya langsung dari mulutmu ini!” ujar Daren, seraya mengusap bibir bawah Hazel sensual. Ada sensasi panas yang mulai menjalar, baik pada tubuh Daren ataupun Hazel. Permainan panas sebelumnya mungkin bisa menjadi pemicu tubuh keduanya sama-sama terikat dan saling tertarik. Bahkan hanya dengan kode-kode kecil seperti ini sudah mampu membuat keduanya saling mengerti apa yang diinginkan selanjutnya. Ini mungkin adalah hal yang menjijikkan menurut beberapa orang jika minum melalui mulut seseorang. Tapi tidak bagi Daren dan Hazel yang sudah diselimuti dengan gairah. Dan selanjutnya apa yang terjadi? Tentu saja, ronde kedua dimulai! Ini juga merupakan yang pertama bagi Daren melakukan one night stand dengan seseorang, sampai melakukannya beronde-ronde begini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN