1.Busy Day

834 Kata
    Maggie berjalan dengan langkah cepat menuju sebuah cafe, namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat beberapa orang memakai baju berpakaian formal serba hitam, 'apa disekitar sini ada pemakaman?' Batin Maggie menatap segerombolan orang-orang itu, anehnya bukan hanya satu gerombol namun banyak, Seperti tengah mencari sesuatu. orang-orang itu terus memeriksa setiap toko kecil maupun besar yang berada disana, merasa ada kejanggalan entah mengapa insting Maggie memerintahkannya untuk bersembunyi. jadilah ia bersembunyi di sebuah gang kecil di belakang tempat pembuangan, di antara ruko-ruko.     Sebelum akhirnya dia memastikan jika orang-orang berpakaian serba hitam itu telah pergi dari daerah itu. Akhirnya dia melanjutkan langkahnya menuju cafe menemui seseorang yang amat dikenalnya.     "Michelle!" Panggil Maggie saat menatap punggung wanita yang sedang duduk itu tak berada jauh darinya sambil mengangkat satu tangannya keatas.     Merasa namanya dipanggil, Michelle pun membalikan tubuhnya, dia menghembuskan nafasnya lega. bersyukur karena orang yang di tunggunya lama telah datang. Dia fikir Maggie tidak akan datang yang sama saja menolak tawaran pekerjaannya tadi malam.     Sebelumnya Maggie dan Michelle telah berhubungan via chat.     Maggie mengambil kursi dihadapan Michelle, "jadi kamu menerima tawaran ku?" Kata Michelle langsung to the point tanpa berbasa basi terlebih dahulu dan terlalu buru-buru.     Maggie menghela nafasnya, "setidaknya biarkan aku bernafas dahulu." Cibir Maggie yang hanya di tanggapi dengan kekehan oleh Michelle.     "Dan untuk pertanyaan mu sebelumnya, aku.." ***     "Kenalkan dia bernama Jannet, receptionist di kantor ini." Kata Michelle menjelaskan pada Maggie.     Maggie memutar bola matanya,"aku bisa melihatnya, tertulis jelas di namtag itu." Dia merasa jengah dengan tingkah laku Michelle yang sejak dia mendaratkan kaki di gedung super mewah ini tak henti-hentinya bicara menjelaskan satu persatu yang pada dasarnya adalah penggetahuan umum yang memang sudah ia ketahui.     Michelle terkekeh, "Baiklah kalau begitu aku akan meninggalkanmu disini. Jannet, tolong kau bantu Mrs.Taylor, dia adalah sekertaris baru Mr.Logan"     Jannet mengangguk tanda patuh pada perintah atasannya itu, "silahkan Mrs.Taylor ikut dengan saya." Kata Janet seraya menuntun Maggie kesebuah ruangan. Dari jauh Michelle menyemangati Maggie sebelum akhirnya menghilang. Maggie dituntun Jannet menuju Lantai 43 kedepan sebuah pintu yang sangat besar.     Tok!Tok!Tok!     Suara ketukan pintu mendominasi pendengaran karena heningnya ruangan yang berada di lantai 43 itu. "Mohon tunggu sebentar." Titah Jannet. hingga beberapa saat terdengar suara yang mengisyaratkan agar mereka masuk.     Dalam hati Maggie, Maggie bisa menebak ciri-ciri calon boss barunya ini, dingin, tegas dan pemarah, apakah usia bossnya sudah tua? Hingga bisa mengelola perusahaan sebesar ini.     Langkah Maggie terhenti saat melihat bossnya, sungguh diluar dugaan, bossnya masih kisaran 20tahun, masih sangat muda apa mungkin seumuran dengannya?     Mata pria itu tidak lepas dari layar laptopnya, entah apa yang sedang di perhatikannya begitu serius hingga tak mempalingkan wajahnya sama sekali.     Sesekali umpatan terdengar dari bibir pria itu, "sial! wajahnya benar-benar tidak terlihat jelas, jika saja aku bertemu dengannya pasti aku akan langsung mengenalinya." Gumam pria itu masih terdengar jelas di telinga mereka.     "Sir, ini adalah nona Taylor, dia adalah sekretaris baru anda." Kata Jannet, tidak digubris oleh sang empu yang masih fokus menatap layar laptopnya.     Hingga beberapa saat keheningan melanda, akhirnya pria itu mengeluarkan suaranya kembali, "ruangannya ada disebelah ruangan saya. Jannet kau bisa memberitahu apa saja pekerjaannya." Kata pria itu tanpa mengalihkan pandangannya, Maggie menjadi penasaran dengan yang ada di layar Laptop pria itu hingga dia tidak bisa mengalihkan matanya sesaatpun.     Maggie melangkahkan kakinya mengikuti Jannet menuju ruangan yang ditunjuk oleh boss barunya itu, dia sedikit mendengus menyadari betapa membosankan pekerjaannya nanti, ruangannya terpisah dari karyawan lainnya, belum lagi dia harus menghadapi boss yang sangat dingin.     Apa boleh buat, kontrak kerjanya masih berjalan selama 6 bulan, Jannet sudah menjelaskan pekerjaan apa saja yang akan dikerjakannya nanti, Dan Maggie sudah sangat paham dengan tugas-tugasnya.     Seperti sekarang ini, setelah dia membereskan berkas-berkas yang sudah beberapa hari tidak terurus. dia langsung merapihkan jadwal sang boss.     Hari pertama Maggie di penuhi tugas yang sangat menumpuk, bahkan Maggie tidak bisa menemani bossnya untuk pergi meeting. Untung saja boss barunya itu cukup mengerti keadaannya ini hingga membolehkan Maggie tidak ikut bersamanya.     Dan akhirnya Maggie mendesah lega begitu jam menunjukan waktu istirahat. Hal yang sangat ia tunggu. Kini dia bisa berinteraksi dengan teman-teman barunya di kantor, serta bercanda gurau.     Ahh.. waktu terbaik adalah waktu istirahatnya.     Maggie langsung membaur dengan karyawan lain. Dia adalah tipe orang yang mudah beradaptasi dan berteman, dia duduk bersama segerombol karyawan lainnya. sedang asik membicarakan hobi mereka masing-masing hingga film bioskop yang rencananya akan mereka tonton bersama-sama.     Maggie menyadari jika sedari tadi seorang pria menatapnya, bahkan Maggie kenal betul siapa pria itu, Dave Johansson. Pria yang sempat memiliki hubungan dengannya saat masih menginjak senior high school dulu.     "Apa?" Maggie mulai pembicaraan dengan Dave karena merasa Dave ingin bicara sesuatu padanya     "Kau semakin cantik, aku hanya berfikir tentang makan malam." Kata Dave dengan senyuman manisnya. Maggie terkekeh, dia menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "hanya makan malam oke?"     "Hanya makan malam." Kata Dave mengulangi pertanyaan Maggie, seulas senyum kemenangan menghiasi bibirnya.     Sepertinya Dave belum jera saat Maggie meninggalkan dirinya dulu, Maggie waktu itu mengakhiri hubungannya dengan Dave karena orang ketiga, yaitu sahabat Dave sendiri. Maggie tidak masalah jika dia dekat lagi dengan Dave, menurutnya Dave adalah pria yang baik.     Disisi lain.     Seorang pria menghentikan langkahnya begitu mendapati seseorang yang nampak tak asing dimatanya, pria itu tersenyum samar kemudian melanjutkan langkahnya lagi. "Jauh-jauh aku mencarimu, rupanya kau berada disekitarku." Kata pria itu dengan seringaian di bibirnya. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN