POV Dinaya Aku merasa bodoh telah melakukan hal ini. Demi mendapatkan cinta Abi, diri ini rela menyerahkan harta paling berharga untuk pria yang kucintai. Semua atas nama cinta, sehingga menjadi bodoh. Salahkah jika diri ini menginginkan Abi sepenuhnya menjadi milikku? Rasa yang kumiliki terhadap pria ganteng itu tidak pernah hilang bahkan semakin bertambah dan terus bertambah. Ada rasa kecewa saat dirinya menganggap kedekatan ini hanya sebuah pertemanan tidak lebih. Memanfaatkan situasi, itulah hal yang dulu kupikirkan. Di saat perusahaan Jusuf diambang kehancuran, segera mendekatkan diri pada Abi. Pria kesepian itu tidak menolak, kami layaknya orang yang sedang pacaran. Hal ini membuatku bahagia. Ada rasa puas ketika bisa mengalahkan lawan dengan memanfaatkan kondisi dan situasi. Sayan

