Bertemu

1054 Kata
Kedatangan Zee di cafe langsung disambut oleh Erland yang duduk di kursi kesayangannya, Zee tersenyum ke arah Erland dengan melangkah ke arahnya sedangkan Erland sendiri belum menyadari kehadiran Zee. “Sudah lama, mas?.” Erland menatap Zee yang tersenyum ke arahnya “jangan tersenyum seperti itu karena membuat aku semakin terpesona denganmu” Zee memutar kedua matanya malas membuat Erland tertawa melihat reaksi Zee “bukunya bagaimana?.” “Mereka suka banget” Erland tersenyum ketika melihat wajah bahagia Zee “lalu temanmu yang lain mana?.” “Irfan masih ada di sana membantu mereka belajar sedangkan dua lagi biasa pacaran” Erland mengangguk “bagaimana pekerjaan?.” “Apa itu penting?” Zee menggelengkan kepala “sudah masuk sana kasihan pegawai kamu itu kesusahan.” Zee menganggap Erland sebagai seorang kakak meski berkali – kali mengatakan perasaannya tetap tidak membuat Zee jatuh dalam pesonanya karena bagaimana pun Zee memiliki kekasih yang meski dirinya tidak yakin bagaimana perasaan mereka masing – masing. Zee melakukan tugasnya sedangkan Erland masih sibuk dengan pekerjaannya, Zee terkadang heran bagaimana bisa Erland dan Boy lebih menyukai bekerja di cafenya dibandingkan berada di kantor. Zee mengalihkan pandangan ke arah lain seketika dirinya membeku melihat seorang pria menatap kearahnya tajam seolah saling mengenal dan juga telah melakukan kesalahan, Zee mencoba mengingat pria tersebut tapi tidak mendapatkan apa – apa karena pada dasarnya tidak mengenal atau mungkin rekan dari masa lalu saat dirinya kecil tapi melihat pria itu jelas bukan orang yang seusia dengan dirinya atau pun Lucas dan Leo. “Melamun apa?” Zee menatap sumber suara yang ternyata Romeo “kejutan.” Zee berlari untuk memeluk Romeo karena cukup lama mereka tidak bertemu karena sibuk dengan kegiatannya, Romeo sendiri baru saja masuk ke perusahaan untuk mengejar cita – citanya menjadi pengacara. Zee selalu mendukung semua kegiatan Romeo karena baginya itu untuk masa depannya dan tidak ingin Romeo gagal mencapai apa yang dirinya cita – citakan. Zee menatap Romeo penuh cinta yang langsung dibalas dengan ciuman lembut dari Romeo membuat Zee mengalungkan tangannya pada leher Romeo, mereka berdua melupakan keberadaan saat ini bahkan Zee tidak menyadari ada dua pria yang menatap dengan cara berbeda. “Bagaimana keadaanmu?” Zee menatap Romeo yang tampak berbeda dari sebelumnya “apa kabar semua?.” “Baik dan merindukanmu tapi sayangnya kamu sibuk terus” Zee cemberut mendengar perkataan Romeo “ada yang ingin aku bicarakan” Zee menatap Romeo bingung “hubungan kita sepertinya harus diakhiri” Romeo memegang tangan Zee “kamu tahu jika orang tuaku tidak menyetujui hubungan kita jadi sepertinya kita lebih baik berpisah.” Zee melepaskan genggaman tangan dari Romeo “sampaikan salam untuk mereka dan mengenai hubungan kita mungkin lebih baik seperti apa yang kamu katakan” Zee menatap Romeo lembut “semoga kamu sukses dengan pekerjaan baru ini.” Zee berdiri meninggalkan Romeo setelah mengatakan hal tersebut dan berjalan ke ruangannya untuk menenangkan diri, Zee hanya diam meratapi apa yang terjadi pada hubungannya. Romeo mengatakan hal sebenarnya hanya saja bukan itu alasan utama karena sepertinya kehadiran wanita lain yang menjadi penyebab semuanya, Zee bukan tidak tahu hanya saja tidak ingin membahas hal itu pada Romeo dan membiarkan semuanya mungkin karena Zee tidak mencintai Romeo. “Mas” Zee terkejut Erland masuk ke dalam ruangannya “ada yang bisa dibantu?.” Erland langsung menarik Zee dalam pelukan “kamu gak papa?” membelai rambut Zee pelan membuat Zee tersenyum atas semua yang Erland lakukan “lupakan pria macam itu karena masih banyak yang lebih baik dari dia.” “Termasuk mas?” Zee melepaskan pelukan dengan memberikan tatapan menggoda “makasih sudah menenangkan diriku dan aku gak papa karena aku tahu alasan sebenarnya ya semoga dia bahagia.” Zee melangkah menjauh dari Erland dengan kembali ke tempatnya sedangkan Erland sendiri memutuskan untuk kembali ke tempatnya di luar, memberikan ruang pada Zee untuk berpikir dan memikirkan semuanya. Zee memutuskan mengerjakan pekerjaannya yang tertunda karena kehadiran Romeo dan tidak peduli dengan sekitar, bahkan ketika Yusron datang untuk membicarakan keadaan dapur. “Kalau ada masalah jangan dibawa ke tempat kerja kaya bukan kamu aja” sindiran Yusron mampu membuat Zee mengalihkan pandangan dan dibalas dengan senyuman oleh Yusron “ada pelanggan yang komplain mengenai menu barusan masalah rasa yang katanya asin padahal sudah kami tes ulang tidak ada yang asin, bisa kamu bantu tangani?.” Zee mengikuti Yusron untuk bertemu dengan pelanggan yang komplain, Erland menatap Zee bersama Yusron bergantian dan Zee memberi kode untuk tetap di tempat. Zee terkejut dengan kenyataan di mana Yusron membawanya ke tempat pria yang tadi menatap dirinya tajam dan kali ini tatapan mereka bertemu membuat Zee harus bisa mengendalikan emosinya, beberapa kali menarik dan menghembuskan nafas perlahan sebelum berada di hadapan pria tersebut. “Maafkan atas pelayanan kami yang membuat bapak merasa tidak nyaman,” ucap Zee sopan sambil membungkuk. Pria tersebut tersenyum sinis “makanan asin disajikan apa seperti ini kualitas makanan di tempat ini?” menatap Zee tajam. “Kami akan mengganti dengan lebih baik jadi...” “Tidak usah sudah cukup dengan makanan yang berkali – kali dan hasilnya sama” potong pria tersebut “saya punya cara mengganti masalah ini yaitu kamu yang memasak di apartemen saya.” “Lebih baik saya saja karena saya adalah koki di tempat ini” bela Yusron membuat pria tersebut menatap malas “atau anda tidak perlu membayar?.” “Saya rasa ini permasalahan cafe dengan anda jadi tidak seharusnya saya menjadi tukang masak di tempat anda” Zee menatap pria dihadapannya tajam “sebenarnya apa yang anda inginkan?.” Pria tersebut berdiri dengan tatapan penuh emosi membuat Zee sempat mundur ke belakang yang untungnya langsung dipegang oleh Yusron, pria tersebut melangkah mendekat ke arah Zee yang membuat dirinya membeku sedangkan Yusron sendiri tidak tahu harus berbuat apa tentang masalah ini. “Suatu saat kamu akan berada di apartemenku dan aku pastikan akan menyambutmu dengan senyum lebar,” bisik pria itu membuat bulu kuduk Zee berdiri “Billy namaku dan kita bertemu kembali.” Zee masih diam membeku mendengar kata – kata pria tersebut karena bagaimana mungkin mereka bertemu, tapi kata – katanya bertemu kembali di mana mereka pernah bertemu. Zee sama sekali tidak merasa bertemu dengan pria tersebut yang bernama Billy ya Billy namanya, tapi di mana mereka pernah bertemu lantas kesalahan apa yang pernah dirinya perbuat pada pria bernama Billy tersebut. “Bilang sama pelayan membersihkan meja ini” Zee melangkah kembali ke ruangannya untuk menenangkan diri. Langkah Zee terhenti dengan Erland memegang tangannya membuat pandangan mereka bertemu dan Zee hanya bisa memberikan senyuman terbaik agar Erland tidak curiga dengan dirinya dan meyakinkan bahwa dirinya baik – baik saja. Zee mencoba mengingat pria bernama Billy tersebut di dalam ruangannya tapi sayangnya tidak ada satu pun ingatan yang masuk dalam kepalanya, Zee menyerah untuk mengingat pria tersebut dengan memilih melakukan pekerjaaan lain. “Rasanya aku perlu menenangkan diri di suatu tempat malam ini.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN