Pony itu tipikal perempuan dengan tubuh yang ideal, menurut gue sih. Sebab, selain dia menjaga pola makan, dia juga sering berolahraga. Gak heran kalau cowok liatin dia gak bisa sekali. Pasti dua kali, tiga kali dan berkali-kali.
Pagi ini sahabat gue itu sedikit lebih bersemangat, meski gue tahu kalau dia masih banyak pikiran, dan mungkin salah satunya mengenai kejadian semalam. Gue sudah siap dengan setelan trening kebesan namun tidak kepanjangan, serta kaus berwarna pink yang dibungkus dengan hoodie berwarna abu-abu. Lalu, khimar instan dengan bahan yang adem dan dengan ukuran yang sedang. Tidak terlalu singkat dan tidak terlalu panjang. Satu lagi, kaki gue udah siap melakukan joging pagi dengan sepatu kets berwarna biru dengan lis hitam.
"Al? Lo yakin, gak mau ganti trening lo itu?" tanya Pony seraya memindai penampilan gue dari atas sampai ke bawah.
Memangnya, apa yang salah dengan penampilan gue sekarang? Pikir gue dengan mengerutkan kening seraya mengedikkan bahu.
"Gak bisa lo pakai celana yang gak kebesaran gitu? Badan lo makin keliatan berisi tau gak?" ocehnya seraya menarik-narik kain trening yang gue kenakan.
"Yakin lah! Gue kasih tau nih, ya Pon. Kita itu sumber fitnah bagi lelaki. Jadi, sebisa mungkin kita meminimalisir kaum adam biar gak natap kita kayak singa natap mangsanya. Aurat Pon, aurat!" jelas gue dengan menggebu-gebu.
"Ya, bukan berarti gue nyuruh lo pamer aurat juga, kali Al! Maksud gue, nanti lo gerah kalo pakai celana yang kegedean gitu," balasnya seraya membenarkan ikat rambut di kepalanya.
"Justru gue lebih nyaman kalo pakai yang kegedean gini. Kalo yang pas-pasan suka bikin kulit gue gatel-gatel. Terus gerah. Udah ah, kita mau joging apa mau buka forum diskusi nih?" Pony terkekeh seraya memulai pergerakkam sederhana dengan mengeregangkan otot-otot tangan.
"Hayuk dah! Udah jam setengah delapan juga. Intinya senyaman lo aja la Al. Sebab, percuma juga terlihat bagus dan cocok di mata orang, kalau kita yang makainya gak nyaman dan kesiksa." Gue menahan senyum seraya berdehem singkat sesaat mendengar penuturan dan wejangannya barusan.
"Kenapa lo senyam senyum gitu?" sewot Pony seraya tetap berlari pelan di sisi kanan gue.
"Gak pa-pa. Gue cuma ngerasa kalo omongan lo barusan, itu semacam cara lo curhat secara gak langsung. Soal semalam," cicit gue di akhir kalimat. Pony hanya tersenyum seraya menyikut lengan gue pelan.
"Tau banget sih lo? Udah ah, males banget kalo ingat si cowok Oon itu." Aku terkikik saat mendengar panggilan Pony pada Rion, sang mantan kekasihnya.
Tujuan kami adalah sebuah taman yang letaknya sekitar kurang lebih 500 meter dari lokasi kampus. Semacam taman kota yang biasa dijadikan spot olahraga sekaligus foto-foto oleh masnyarakat. Eh gak hanya itu, tapi juga banyak penjual makanan dan pakaian serta aksesoris. Kalau dipikir-pikir, itu taman apa pasar Minggu yak?
Gue dan Pony sudah joging setengah perjalanan. Napas gue bahkan sudah mulai ngos-ngosan dan pergelangan kaki gue serasa mau menjerit, karena harus menopang masa tubuh gue yang makin hari makin bertambah.
"Pon?! Stop bentar!" Pekik gue seraya menunduk dengan kedua tangan bertumpa pada lutut. Pony mendesah seraya geleng-geleng kepala.
"Al! Al! Lo tuh, udah gue bilangin! Joging tuh yang teratur seengaknya sepekan sekali. Lah ini! Untung-untung sebulan sekali lo mau ke luar gua(kontrakan) lo itu. Gimana gak tambah keenakan lemak-lemak di perut lo." Et! Dah! Ni sahabat gue tega amat buka-buka kartu di tengah jalan begini. Gak tau aja, dari tadi orang-orang pada liatin kami berdua. Terutama para cowok-cowok yang matanya gak pernah liat cewek cantik. Sampai gak noleh dong!
"Lo gak tau aja, sih Pon. Gue itu sering bahkan hampir setiap hari olahraga. Mulai dari nyuci, jemur sampai angkat pakaian. Terus gue nyapu, ngepel, sama nimba bak mandi. Itu semua olahraga kan. Tulang gue bahkan rasanya mau remuk kalo lagi ketiban nyuci selimut yang kalo basah itu jadi berat banget! Kayak timbangan dosa gue. Istirahat bentar ya," curhat gue panjang lebar hingga akhirnya Pony mau mengalah dan ikut duduk di pinggiran aspal.
Lalu, beberapa menit kemudian, kami kembali melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya sampai di taman kota yang gue maksud, yang nyatanya lebih terlihat seperti pasar Minggu seperti yang gue bilang di awal.
Gue mungkin masih bisa menahan godaan pakaian yang terjejer di lapak penjual. Akan tetapi, gue gak bisa nolak saat mata gue menangkap keberadaan gerobak mie ayam, bubur ayam, sampai aneka nasi. Mulai dari nasi, kuning, merah, hijau di langit yang biru-eh! Itu kan pelangi. Pokonya gerobak mie ayam dan yang lainnya terasa melambai-lambai seraya memanggil-manggil nama gue dengan lembut dan syahdu.
Gue gak bisa nolak makanan!
======
Setelah berhasil mengabiskan satu mangkuk bubur ayam, gue masih saja hampir kalap ingin memesan semangkuk mie ayam. Kalau saja Pony tidak menyadarkan gue hingga kembali ke jalan yang benar.
"Al?! Lo joging capek-capek buat bakar lemak di badan lo, tapi abis itu lo makan kayak orang gak makan selama seminggu. Lo gak ingat perjuangan lo joging sampai sini? Buat bakar kalori? Sekarang lo malah konsumsi makanan yang kalorinya gak kalah gede dari yang barusan lo keluarin." Entah kenapa, sejak patah hati, Pony menjadi perempuan yang lebih bijak menurut gue. Kayaknya nih anak mau jadi motivator nih.
"Malah nyandar lagi! Gerak Al! Gerak! Abis makan lemak-lemak di perut lo itu makin sejahterah tau gak?!" Gue hanya menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan pelan seraya menegakkan punggung gue.
"Pon? Menurut lo, joging itu buat bikin kita sehat? Atau biar kita kurus sih?" tanya gue seraya menatap Pony dengan serius. Kami berdua sedang duduk di salah satu kursi yang menghadap meja kecil. Setelah menghabiskan bubur ayam. Bapak-bapak yang jual baik banget, karena gak ngusir kami walau kami udah gak pesan apa-apa.
"Menurut lo?!" Gue hanya mendengkus seraya memutar bola mata malas.
"Lah! Kan, tadi gue nanya Pony Putri Celalu Cetia di hatiiii! Napa lo nanya balik?" geram gue seraya diakhiri dengan istighfar. Pony benar-benar sahabat yang baik. Di dekatnya, gue merasa lebih sering bertobat dengan beristighfar. Sebenarnya kita saling memotivasi sih! Saling menstimulasi diri untuk ber-istighfar di setiap kesempatan.
"Kalo menurut gue, nih ya! Catet! Joging itu, ya biar tubuh kita sehat. Selain membakar lemak-lemak membandel di tubuh, joging juga bikin otot-otot kita jadi lebih rileks dan otak kita lebih fresh. Apalagi di pagi hari dan di taman dengan banyak pohon rindang kayak di sini. Oksigen yang kita hirup semakin banyak dan juga lebih sehat karena udara pagi masih terhindar dari polusi emisi gas kendaraan." Inilah yang kadang bikin gue tanpa sadar merasa inspektur-Eh! Insecure maksudnya. Sebab, selain cantik, Pony itu juga smart. Gimana si bawang(Orion) kagak mohon-mohon sama dia buat gak jadi putus, coba!
"Gue sepakat sama lo, kalo gitu! Banyak orang-orang yang salah tafsir mengenai manfaat dan tujuan dari olahraga, seperti joging ini. Satu lagi, yaitu diet. Gak sedikit orang dengan mindset kalau diet biar kurus. Padahal orang kurus juga harus mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan simbang lewat diet juga." Imbuh gue seraya meraih sebungkus keripik yang tergantung di tiang payung yang melindungi kami saat ini.
"Gak bisa ya, elo mengabaikan makanan di dekat lo? Kayaknya keripik itu dari tadi melambai-lambai dan merayu lo buat lo ambil, kayak yang lo bilang itu?" Gue hanya tergelak setelah berhasil membuka bungkus keripik berukuran kecil itu.
"Yaelah Pon! Keripik doang kok," ringis gue seraya tersenyum kuda. Sementara Pony benar-benar bertindak layaknya ahli gizi gue yang gak gue bayar. Baik banget memang nih anak. Sayang sekali, dia dapat dosbingnya Pak Asep.
=====
Gue sampai di kontrakan sekitar jam sepuluh pagi. Pony memutuskan untuk pulang, setelah mandi dan menitipkan salam buat Agas. Ya, pasalnya lelaki itu akan ke kontrakan gue setelah salat zuhur. Masih lama sih. Hanya saja gue sudah kepikiran, kenapa juga tuh anak repot-repot ke kontrakan gue buat minjam buku catatan gue selama semester tujuh. Katanya sih, gitu! Agas bukan tipikal cowok yang suka modus sih, walau dia suka putus-jadian dalam waktu singkat.
Gue baru selesai mandi dan beres-berea kontrakan, itu, jam setengah sebelas. Meskipun gue gak berniat membolehkan Agas masuk, namun tetap saja gue harus bersih-bersih terutama di teras depan kontrakan gue. Di sana debunya paling banyak karena letak kontrakan gue yang cukup dekat dengan jalan.
Bicara soal Agas, entah kenapa Pony tiba-tiba meminta disalamkan pada lelaki itu. Padahal selama ini, tuh anak hanya menyapa Agas seperlunya saja. Ah! Apa jangan-jangan karena Pony sekarang jomblo? Makanya dia mulai menargetkan Agas untuk didekati?
Astaghfirullah! Kenapa juga gue berprasangka yang enggak-enggak. Gue menggelengkan kepala kuat seraya meletakkan sapu yang tadinya gue pakai untuk bersih-bersih lantai teras.
Melangkah masuk dan mengunci pintu depan. Gue beranjak ke kamar dan mendaratkan p****t gue di kasur. Menghela napas pelan dan menatap benda kotak yang ada di atas nakas dengan lirih.
Gue sedih tiap kali mata gue menangkap keberadaan laptop pink pastel itu. Pasalnya, gue akan auto ingat dengan revisi proposal gue yang entah kapan selesainya. Mana besok udah hari Senin aja! Ahhh~~ rasanya Gue butuh dua hari sebelum hari Senin di mana gue harus melakukan bimbingan untuk kesekian kalinya.
Merebahkan tubuh gue seraya memejamkan mata sejenak. Bersamaan dengan itu, ponsel gue kembali berdering. Gue mendengkus pelan seraya mengedarkan pandangan mencari keberadaan benda pipih itu.
Ternyata masih gue biarin di dalam saku celana yang gue pakai buat joging tadi pagi. Gue rogoh saku celana gue yang tergantung bebas di samping lemari. Mennyentuh layar dan menarik garis membentuk huruf A hingga kuncinya terbuka.
Ternyata satu panggilan tak terjawab dari Agas. Gue mengetikkan pesan singkat dan mengirimkannya pada lelaki itu. Tidak sampai semenit, pesan gue sudah dibaca dan dilbalas olehnya.
Kenapa Gas? Maaf gak sempat ngangkat panggilan dr lo.
Ga pa-pa Al. Aku cuma salah tekan tadi. Maaf ya kalau ganggu.
Oh, kirain ada apa. Its ok Gas?
Gue melempar benda pipih itu di kasur tepatnya di samping tubuh gue. Gue kembali merebahkan tubuh gue dan menatap ke langit-langit kamar yang dicat dengan warna biru gelap.
Entah kenapa, gue tiba-tiba aja teringat notifikasi di i********: gue semalam. Iseng, gue raih ponsel yang tergeletak di samping tubuh gue dan menyentuh ikon i********:.
Gue masih penarasan kenapa akun dengan nama @gala_00 ini menyukai foto gue yang gur post udah lama banget, waktu gue masih semester lima kalau gak salah.
Saat itu juga jiwa stalking gue meronta-ronta ingin dibebaskan. Maka dari itu, gue memutuskan untuk menyentuh username itu hingga menampilkan profilnya.
Tak ada yang aneh di akun si @gala_00 ini. Hanya ada tiga postingan yang terdapat di akunnya dan ketiga-tiganya adalah gambar di sebuah laboratorium. Gue mulai cugira kalau-kalau Gala ini adalah Gala yang sama dengan yang gue temui di kampus.
Lalu, yang paling menyita atensi gue, yaitu jumlah followersnya yang mana sudah ada 'K' di belakang angkanya dong! 24K. Wihh!!! Selebgram nih orang. Pikir gue.
Tapi sepertinya gue salah deh, karena semula sempat mengira dia adalah Gala, si pria wajah kaku itu. Pasalnya, di bionya tertera kata-kata yang cukup manis.
"Senyumnya adalah canduku. Sebab, tak hanya manis, namun juga mistis dan magis."
Bisa-bisa gue muntah, kalau memang si Gala ini adalah orang yang sama dengan Mr.G. Gue gak bisa banyangin si pria batu berwajah kaku itu mengatakan kalimat yang barusan gue baca dengan begitu manisnya.
Gue sampai merinding saat membayangkan pria itu. Kenapa juga, gue mikiran tuh orang sih?!!! Kesal gue tak terima.
Saat gue ingin mematikan layar ponsel dan meletakkan ke tempat semula. Saat itu juga, gue mengurungkan niat itu. Pasalnya, ada beberapa notifikasi dari grup baru yang entah siapa yang udah masukin gue ke sana.
Saat mata gue menatap layar ponsel dan membaca nama grup tersebut, detik itu juga gue terperanjat kaget dengan mata yang membulat.
Grup Pak Gala Lovers♡
Hampir saja gue refleks melempar ponsel gue dengan keras saking kagetnya.
Apa-apaan ini?!!! Pikir gue tak terima. Entah siapa yang sudah kurang dihajarnya sampai-sampai berani masukin gue jadi anggota grup alay dan bikin gur geli-geli jijik. Sejak kapan gue jadi fans nya si pria mistis itu.
Baru saja gue akan menekan 'ke luar dari grup' saat bersamaan satu pesan muncul dari Mr.G? What!!!! Gue buru-buru bangkit dari posisi berbaring gue menjadi duduk sempurna.
Mr. G
Hanya karena saya mengganti jadwal bimbingan menjadi hari Senin, bukan berarti kamu tidak mengirimkan fie proposal kamu ke saya.
Argggghhhh!!!! Ingin sekali gue mencekik pria itu sekarang juga kalau saja gue gak ingat kalau dosa gue sudah makin menumpuk. Untuk itu, gue memutuskan untuk mengelus d**a pelan seraya ber-istighfar ria. Menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan kasar, sebelum mengirimkan pesan balasan.
Baik pak. Insya Allah akan saya kirimkan secepatnya :)
Setelah mengirimkan pesan singkat itu, gue benar-benar diliputi kekesalan pada pria batu di seberang sana. Bisa-bisanya dia menanyakan file proposal gue di hari Ahad seperti ini? Kenapa gak dari kemarin kemarin coba?!! Hah!
Benar-benar! Kayaknya dia punya dendam lama sama gue deh. Entah kenapa dan apa serta bagaimana bisa.
Gue bahkan belum revisi separagrafpun dari revisian yang ia warnai dengan warna kuning. Semoga saja gue masih bisa mempertahankan kewarasan gue sampai gue selesai berurusan dengan pria menyebalkan itu. Semoga saja.
Kasian banget gue, kalo ilang kewarasan. Udah jomlo, gila pulak.
Na'udzubillah!
Istighfar Al!
Astaghfirullahal'adzim.
=======