17. A Date

1848 Kata

“Mau ke mana, Na?” tegur Seto saat turun dari motor. Tampak olehnya Luna tergesa-gesa keluar dari rumah.  “Rumah sakit,” jawab Luna singkat. “Siapa yang sakit?” “Anaknya Mbak Ambar.” “Siapa Ambar?” “Teman. Udah, ah, nggak usah banyak tanya!” Luna bergegas naik ke motornya. “Gue ikut!” cegat Seto secepat mungkin. Sebuah gagasan konyol terlintas di benaknya. “Tapi, gue mandi dulu.” “Ck! Gue buru-buru, nih!” decak Luna keberatan. Ia ingin menolak, tapi tahu Seto takkan mau mendengar alasannya. “Sebentar doang, nggak kayak elo, mandi aja satu jam.” “Kapan gue mandi satu jam?” bantah Luna. “Mana gue tahu? Biasanya perempuan mandinya lama.” Seto mengangkat kedua bahunya, tapi ujung bibirnya menyeringai jahil. “Kecuali kita mandi bareng, baru deh, gue bisa ngitung. Tapi kayaknya bakalan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN