Kepalanya berdenyut- denyut saat gadis itu mulai membuka mata. Dan sekali lagi, seorang Kalina terkapar dikamar entah siapa. Gadis itu memijat kepalanya yang pusing. “ Bagaimana tidurmu?” Kalina langsung terduduk dengan tegak dan menatap sosok yang menjulang disana. Menatapnya dengan tajam dan keras. Dia marah! “ Nyenyak.” Gadis itu meringis. Pasti ada yang salah semalam tapi dia tidak tahu apa, karena seingatnya dia masih bersama dengan Nindya sampai gadis itu mendapatkan telepon dan meninggalkannya sebentar untuk ke toilet. Hanya itu. “ Minumlah!” Adam menyerahkan air putih hangat dan sebutir aspirin. Dan Kalina tidak berani menatap matanya yang seribu kali lebih tajam dari biasanya. “ Sebaiknya saya permisi pulang.” Kalina bangkit dari ranjang dan tangannya langsung dicekal

