Aylisya duduk di sofa, sambil memandangi ponselnya dengan ekspresi cemas, setelah siang tadi tak sengaja melihat suaminya keluar dari restoran dengan seorang wanita yang tidak Aylisya kenal.
Memang, tidak ada yang aneh antara Samuel dan wanita itu. Tapi ketika mendapati seseorang dengan nomor ponsel yang sengaja tidak di simpan oleh Samuel, mengirimkan rentetan pesan, membuat Aylisya kembali menaruh rasa curiga.
Apakah si pengirim pesan ini adalah orang yang sama dengan wanita yang tadi dia lihat keluar restoran bersama dengan suaminya. Karena, dari isi pesan yang sempat Aylisya baca, Aylisya yakin kalau itu adalah wanita yang sama.
Karena terlalu fokus memikirkan hal itu, membuat Aylisya tak sadar kalau Samuel masuk ke ruangan dan duduk di sebelahnya.
"Ada apa, sayang? Aku lihat kamu melamun dari tadi?"
Aylisya menatap Samuel dengan tatapan tajam, "Kamu enggak sedang selingkuh di belakangku kan Sam?"
Samuel yang mendengar itu terkejut, "Apa? Bagaimana bisa kamu berpikir seperti itu Ay? Lagipula hal apa yang mendasari kamu nuduh aku selingkuh?"
Aylisya menggelengkan kepala, dia tidak berniat menuduh, tapi lebih ke pertanyaan yang harus dijawab oleh Samuel. Lagipula akhir-akhir ini juga Samuel semakin gila dengan pekerjaannya, sering lembur bahkan bolak-balik luar kota hanya karena urusan pekerjaan. Sebenarnya Aylisya tak masalah, tapi setelah tadi melihat Samuel keluar dari restoran dengan seorang wanita, Aylisya kembali berpikir yang tidak-tidak kepada suaminya.
Bisa saja Aylisya beranggapan bahwa wanita tadi adalah rekan bisnis suaminya. Tapi setelah membaca pesan dari nomor tidak dikenal, rasanya itu bukan sekedar rekan bisnis.
"Enggak, tapi aku merasa kamu terlalu sering sibuk dan sulit dihubungi. Kamu juga sering terlambat pulang dengan alasan kerja. Kamu kurang ada waktu buat aku Sam."
Samuel tersenyum, dan menarik tangan Aylisya untuk digenggamnya, "Tapi, sayang, kamu harus percaya sama aku. Kamu tahu kan kalau aku sangat mencintai kamu dan tidak akan pernah melakukan hal seperti itu."
"Lagipula kalau kamu merasa aku kurang memperhatikan kamu, dan terlalu sibuk sama pekerjaan, seharusnya kamu bilang. Jangan tiba-tiba tanya aku diluar selingkuh apa enggak." lanjutnya.
Aylisya mengerutkan keningnya. "Tapi, bagaimana kalau kamu memang berselingkuh dan mencoba menyembunyikannya dari aku?" Aylisya kembali memancing suaminya, bagaimanapun dia terlanjur curiga dan butuh penjelasan pasti dari Samuel.
Samuel menggelengkan kepala dengan tegas. "Tidak, sayang. Kamu harus percaya sama aku. Aku cinta sama kamu dan enggak akan pernah melakukan hal seperti itu. Jangan biarkan curiga mu itu merusak hubungan kita." jelas Samuel lagi.
Aylisya menghela nafas panjang, sebenarnya dia juga tidak mau seperti ini. Tapi, ah entalah dia sendiri juga bingung. "Baiklah, aku akan mencoba percaya sama ucapan kamu. Tapi, kamu harus berjanji bahwa akan selalu jujur dengan aku. Kamu tahu kan kalau kebohongan itu awal mula kehancuran.
Samuel memeluk Aylisya . "Tentu saja, sayang. Aku akan selalu jujur denganmu. Kita tidak boleh membiarkan kecurigaan merusak cinta kita. Bukankah begitu?"
Aylisya mengangguk dan tersenyum di dalam dekapan suaminya. Meskipun di hatinya masih ada banyak pertanyaan yang belum bisa dia tanyakan langsung pada Samuel.
Samuel sendiri adalah seorang pengusaha yang terbilang cukup sukses di bidang properti. Dia telah mengembangkan beberapa proyek properti di berbagai tempat. Namun, meskipun keberhasilannya dalam dunia bisnis, Samuel selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Selalu berambisi dalam pekerjaan sampai-sampai lupa kalau sudah memiliki seorang istri.
Ya, meskipun benar ada yang kurang. Yaitu anak. Pernikahan mereka sudah menginjak usia 3 tahun, tapi Aylisya sendiri belum hamil sampai sekarang. Sebenarnya hal itu tak menjadi masalah untuk keduanya, sebab perkara anak sudah selesai dibahas sebelum mereka memutuskan untuk menikah. Samuel tak mempermasalahkan kalau sampai sekarang istrinya belum juga hamil, apalagi mereka juga sudah melakukan program kehamilan. Jadi tinggal menunggu hasilnya saja.
Sedangkan Aylisya sendiri adalah seorang desainer yang memiliki beberapa butik dengan brand terkenal. Kesibukannya hanya mengontrol butik utama, itupun hanya sekadar datang dan melihat kinerja pegawainya. Aylisya juga tak sebegitu sibuk dengan pekerjaan, bahkan wanita itu cenderung memiliki banyak waktu luang.
Ya mungkin mereka memang membutuhkan quality time berdua. Dan deep talk untuk kembali menjaga keharmonisan rumah tangga mereka.
***
Keesokan harinya, Aylisya sudah memberitahu Samuel bahwa dia akan ke butik siang hari ini. Lagipula Samuel juga ke kantor yang otomatis Aylisya akan sendirian di rumah.
Menghabiskan waktu di butik itu tak terlalu buruk. Dan hampir satu jam di butik, Aylisya sudah menghasilkan 4 desain gaun yang nantinya hasil dari desainnya, akan dia tampilkan di grand opening cabang terbarunya.
Tapi, fokus Aylisya terpecah saat tak sengaja melihat wanita kemarin memasuki butik miliknya.
Iya, Aylisya yakin kalau wanita itu adalah wanita yang sama dengan yang keluar bersama Samuel dari restoran.
Aylisya menatap ke arah wanita di seberang ruangan, dia kembali mengamati wajah wanita itu. Benar, Aylisya tak salah lihat. "Tunggu, apakah itu dia?" tanyanya mencoba memastikan.
"Siapa Bu?" tanya salah satu Asisten butik yang berada di dekat Aylisya.
Aylisya menoleh, dan mengarahkan kembali pandangannya ke wanita tadi, "Tidak. Tapi sepertinya saya tak asing dengan wanita itu. Sepertinya saya pernah bertemu dengannya, tapi entalah mungkin saya salah lihat."
Asisten butik bertag nama Maya itu hanya mengangguk, "Iya, mungkin Bu Aylisya salah lihat."
"Mungkin. Ya sudah tolong kamu bereskan ini ya dan taruh di ruangan kerja saya. Saya mau menyapa beberapa pelanggan dulu."
Maya mengangguk dan segera merapikan beberapa kertas yang berceceran di meja. Sedangkan Aylisya berjalan menuju kasir, lebih tepatnya berjalan mendekati wanita itu.
"Selamat siang, mungkin ada yang bisa saya bantu?" tanya Aylisya dengan senyum ramahnya.
Wanita itu menoleh, dan menatap Aylisya dari atas sampai bawah, "Pegawai juga disini?"
Pegawai dia bilang? Ah, apakah tidak bisa melihat kalau pegawai di butik ini memiliki baju tersendiri. Padahal sudah jelas, Aylisya dengan penampilannya yang fashionable ini disebut sebagai pegawai?
"Maaf Bu. Beliau ini Bu Aylisya, pemilik butik ini." jelas salah satu pegawai.
"Oh, pemilik butik ini?"
Aylisya tersenyum pahit, "Ya, itu benar."
Wanita terlihat canggung, "Maaf, saya tidak bermaksud menyakiti perasaanmu."
Aylisya hanya tersenyum dan mengangguk pertanda dia tak masalah.
"Tidak apa-apa. Bagaimana kalau saya membantu Anda mencari sesuatu yang sesuai untuk Anda?"
Wanita itu tersenyum senang, merasa menjadi pelanggan prioritas karena dilayani langsung oleh pemilik butik. Padahal dia baru pertama kali berbelanja di butik ini, itupun karena rekomendasi dari beberapa temannya.
"Ya, boleh. Saya suka koleksi disini, juga saya dengar ini butik ternama dengan desain-desain yang bagus."
Aylisya tersenyum, "Terima kasih. Ayo, kita mulai dari sini." Aylisya membawa wanita itu untuk memilih beberapa pakaian dengan mata yang tak lepas memandangi wanita tersebut.
Dalam situasi ini, Aylisya menunjukkan reaksi yang lebih terkendali saat melihat wanita itu keluar dari restoran bersama Samuel.
***