Bab 2 | Kak Laila Pulang, tapi Marahan

1132 Kata
.“Assalamualaikum” aku mengucapkan salam sembari membuka pintu rumah. Wah, aku kaget ada Abah sedang duduk menyesap teh panas diruang tamu. Aku spontan merapikan penampilanku. Yah, aku ga mau yah kena ceramah Abahku selalu. Aku kan sudah memperbaiki akhlakku. “Abah, ada disini? Bukannya hari ini harusnya di rumah Kak Laila ?” sambutku menghampiri Abah sembari mencium punggung tangan Abah. Abah mengecup kenngku sambil membalas salam yang aku ucapkan tadi. “Wa’alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh.” Lirih dan lembut terdengar oleh telingaku. Aku tersenyum dan menyengir kuda kepada Abah. Aku tahu ketika Abah membalas salam dengan suara lirih begitu artinya salamku tadi, oh bukan suaraku tadi terdengar terlalu keras untuk seorang perempuan. Abah tidak suka. Kata abah suara perempuan termasuk aurat. Aku menatap Aba dengan malu malu dan berangsur mengambil duduk disamping Abah, tapi tiba tiba,... “ Assalamualaikum sayangku Matsnaa ku babyku” Suara kak Laila menggema dirumahku. Waaaaah senangnya hatiku. “Wa’alaikumussalam haaaah Kak Lailaaaa, kakak kapan pulang nya.” Aku memeluk Kak Laila yang tiba tiba muncul dari balik kelambu pembatas ruangan dalam dengan ruang tamu. Aku dan Kak Laila melompat lompat kegirangan. Sudah 6 bulan aku dan Kak Laila tidak bertemu dan itu saaaaaaaangat lama bagiku. “Barusan, tadi dijemput sama Abah, pan kakak liburan kuliah nya.” Kata Kak Laila menjawab pertanyaaanku. Aku dan Kak Laila kemudian mengambil duduk disamping Abah. Abah hanya tersenyum melihat kehebohan ku dan kak Laila. “Oh gitu, kenapa ga kayah biasanya ajah sih, Abah yang nganter aku buat ke tempat kak Laila.” aku menoleh ke arah Abah, menanti penjelasan Abah jika aku tak puas dengan jawaban kak Laila. “Ihhh, kakak kan juga kangen pingin pulang dek, ketemu sama kamu ketemu Abah, ketemu Ummi Sarah, Ummi Asiyah, Ummi Fatimah, Ummi Salamah – “ketemu Bang Ali.” sahut ku menggoda kak Laila lengkap dengan kawanku kemudian “Kok Bang Ali, sih “ kak Laila manyun tapi jelas diwajahnya ada wajah malu malu tapi mau gitu. “Ihhh kan memang iyah kakak kalau ketemu Bang Ali itu mukanya suka merah merah gitu.” godaku lagi seakan akan tidak ada Abah diantara aku dan kak Laila. “Ihh sok tau keliatan darimana orang kakak ditutupin mukanya inih.” balas Kak Laila sambil sesekali matanya melirik ke arah Abah. Aku cuek saja, Abah pasti paham jika perempuan saling bertemu dunia pasti akan ramai dan penuh dengan cerita. “ Kan aku perempuan jadi bisa tau dong, kalau muka kakak akan memerah kalau ada Bang Ali lewat.” Kataku lagi sambil terus terkekeh menggoda Kak Laila. “Sudah sudah, ikhwan muLu yang dibicarakan, hafalan sudah sampai mana ?” Akhirnya Abah bersuara dan aku seketika menghentikan tertawaku dan kak Laila berhasil menoyor kepalaku lembut. “Abah nginep disini ?” Ummi datang dari balik kelambu membawa senampan gorengan, kulihat ada bala-bala dan gehu. Yaaah tidak ada yang manis-manisnya desisku. Kak Laila selalu tahu apa yang ada pikiranku lagilagi ditoyorkanlah lagi kepalaku. Isssh perbuatan tercela. “Terserah ummi maunya Abah nginep disini atau pulang ke Ummu Laila ?” aku menyimak pembicaraan Abah dan Ummi sembari menikmati bala bala dan gehu. “Ummi akan senang kalau Abah nginep disini, tapi sekarang kan harusnya Abah dirumah Ummu Laila.” Kata Ummiku lagi “Jadi ?” Abah menggoda Ummi, hmmmm “Jadi, Abah nginep disini ! “ spontan mulutku bersuara dan seketika kututup muutku dengan gehu. “Astaghfirullohaladzim Matsnaa !” Ummi beristighfar lembut sambil menatapku. Aku ? Aku meringis sembari terus mengunyah gehu. “Ummu Laila itu paaaaasti ga apa apa kalau Abah nginep disini, Ummu Laila itu sabaaaaar nya minta ampun, kayah kakak nih sabarnya.” Aku kemudian mencoba untuk memperbaiki kesalaanku, aku berbicara dengan cukup lembut dan santun seperti Ummiku tapi sepertinya aku masih membuat kesalahan , Ummi membulatkan matanya kepadaku. Aku menoleh ke arah kak Laila untuk memberi pertolongan kepadaku. “Iyah, tapi ga boleh begitu. Itu namanya zholim. Ga boleh !” Ummi menanggapi ucapanku. “Abah tadi memang sudah ijin sama Ummu Laila, dan Ummu Laila memang ngasih ijin Abah kalau memang Abah harus ngomel disini.” Abah memberi penjelasan, dan aku legah mendengar penjelasan Abah. “Tapi sebaiknya, Abah pulang ke rumah Ummu Laila, kan Lailanya juga ada disini.” Ummi menepuk bahu kak Laila yang duduknya memang berdampingan dengan kak Laila, berhadapan dengan Abah. “Iyah nih kakak nih, kasian Ummi Sarah ditinggalin anaknya mulu.” Aku mencubit pinggang kak Laila memggodanya “Ihhh kamu, jewer nih kupingnya nyela mulu” Abah dan Ummi kompak tertawa ketika kak Laila berhasil menjewer telingaku. “Ya udah makan dulu ayo, ngobrol nya nanti lagi.” Yeeeeh makan makan, waktunya makan, aku selalu senang ketika Ummi mengumumkan waktu nya makan. *** “Laila.” “Iyah Bah.” Aku mendengar Abah memanggil Kak Laila. Aku berada di meja makan, membantu Ummi membereskan meja makan. Sementara Abah dan Kak Laila ada di ruang tamu, ruang makan dan ruang tamu hanya dipisah oleh lemari buku yang tinggi dan panjang, kemudian disamping lemari buku itu dipasang kelambu. “Kamu ada masalah sama ummi kamu?” “Enggak Bah,” “Kamu, kalau ga bisa cerita sama Abah, kamu bisa cerita sama salah satu ummi kamu yang kamu percayai. Jangan disimpan sendiri.” “Iyah Bah.” Hmmm, aku mendengus sudah kuduga. Pasti Kak Laila sedang ada masalah. “Abah mau pulang ke rumah Ummi kamu, kamu ada titip pesan apa ?” kata Abah kemudian “Abah ga nginep disini ajah ?” Kak Laila memberi saran Abah untuk nginep dirumahku ? Waow,.. “Hmmm, Laila ga ada pesan apa apa Bah.” “Ya sudah, baik-baik disini yah. Abah titip ummi Asiyah sama Matsnaa. Matsnaa jangan boleh tidur terlalu malam, nanti susah bangun Qiyamulail nya.” “Iyah Bah, siap.” Hmmm, Abah selalu tahu kalau aku susah tidur cepat, tapi Abah rupanya belum tahu aku belum pernah terlambat bangun duapertiga malam, karena aku belum tidur ha ha ha. “Matsnaa, Abah mau pulang nak.” Tiba tiba terdengar suara Ummi dari depan, wah, semoga Ummi tidak tahu kalau aku nguping pembicaraan Abah dan Kak Laila , huuuu bisa mati aku. “Iyaaaaah.” Jawabku buru-buru. “Jagain Ummi sama kakak, jangan tidur malem, jangan ngobrolin ikhwan terus, dan jaga hafalan nya.” Abah mengusap usap kepalaku. “Yess siap, salam muwanis buat Ummi Sarah yah Bah, dari anak Ummi yang paling cantik” kataku penuh semangat “InsyaaAlloh.” Ucap Abah lengkap dengan seyumannya yang begitu indah. “Abah pulang, hati-hati dirumah.” Aba megecup kening Ummiku dan aku menutup mukaku malu. “Iyah Bah, “sahut Ummi takzim “Assalamualaikum” Abah mengucap salam dan kami mengantar hingga teras rumah sementara Ummi mengantar Abah hingga Abah masuk ke mobilnya. “Wa’alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh” jawab ku dan kak Laila serentak
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN