2. Pecundang

1066 Kata
Jared melangkah dengan cepat setelah turun dari taksi yang membawanya ke cafe Rose La Diva. Sebagai salah seorang yang bernaung di agensi bergengsi, dia harus tetap eksis dan menampilkan kehadirannya. Mungkin saja dengan begitu, ada satu atau dua buah film yang bisa didapatkannya. Jared sudah sering mendengar orang-orang mengatakan jika wajahnya lumayan tampan, beberapa darinya malah tidak segan-segan memujinya di depannya. Hanya sayang, wajahnya yang tampan ini tidak sebanding dengan keberuntungannya. Walaupun tampan, Jared selalu kesulitan mendekati seorang wanita. Sebelum berhasil, dia sudah rendah diri memikirkan tidak memiliki harta apa pun yang biasa aku pamerkan. "Di sini, bro!" Mata Jared mengedar dan mendapatkan tubuh jangkung Mark terlihat mencolok di antara yang lainnya. Dia melambaikan tangannya sedangkan di sekelilingnya beberapa orang lelaki dan wanita sedang berbincang sambil menikmati minuman mereka. "Aku kira kau tidak akan datang," katanya. Jared terkekeh mendengar ucapannya. Tentu saja untuk hal seperti ini Jared harus datang. Jared tidak mungkin menghabiskan malamnya seorang diri di apartemen yang penuh dengan tikus itu. "Tuanglah minuman sendiri. Bos memberi kebebasan untuk kita hanya malam ini," ucap Mark dengan bersemangat. Jared mengedarkan mata dan menatap wajah-wajah yang dikenalnya berada di ruangan ini. Kebanyakan mereka adalah aktor dan aktris pendatang baru yang namanya langsung meroket di film pertama mereka. Jared mendesah kesal saat mengingat kenyataan yang terjadi. Sudah hampir sepuluh tahun dia tenggelam di dunia perfilman, tapi tidak ada kesuksesan yang diraih. "Ah! Lihat itu Mandy bukan?" Suara Mark terdengar sangat keras dan membuat Jared segera mengikuti arah matanya. "Amanda Rowles?" tanya Jared memastikan. "Sejak kapan kau memanggilnya seakrab itu," lanjut Jared. Amanda Rowles adalah aktris wanita paling cantik di masanya. Saat ini dia malah terlihat semakin cantik dan menggoda, apalagi setelah bercerai dengan suaminya yang juga adalah seorang aktor. "Aku akan menghampirinya dulu," ucap Mark dan segera meninggalkan Jared. Mark memang selalu seperti itu pada wanita cantik. Jared sudah mengenal Mark seumurnya menjadi aktor. Dulu mereka dipertemukan saat sama-sama menjadi stunt man. Tapi nasib Mark setidaknya sedikit lebih baik dari Jared. Selalu saja ada tawaran pekerjaan buatnya, walaupun bukan peran utama, tapi peran yang muncul lumayan sering. Namanya juga lumayan dikenal. "Lihat, siapa yang ada di sini. J. A in the house." Suara keras dan menyebalkan itu membuat Jared meneguk lebih banyak brandy yang berada di hadapannya. Dia tahu siapa yang sering memanggilnya dengan singkatan namanya itu, siapa lagi kalau bukan Denvor dan teman-temannya. Jared tidak pernah cocok dengan Denvor, karena selain sering berbicara kasar dan penuh umpatan, mereka juga sering menatap Jared dengan tatapan mata merendahkan. Sebenarnya tidak ada prestasi apa-apa untuk Denvor, hanya kebetulan ayahnya adalah pemilik saham terbesar agensi ini membuatnya selalu semena-mena pada setiap orang. "Tidak ada wanita yang bersamamu?" tanyanya sambil memamerkan dua orang wanita yang berada di sebelah kanan dan kirinya. "Tidak ada, aku memang sedang ingin sendiri," sahut Jared dan membuat Denvor tertawa dengan kerasnya. Dia kemudian membalikkan jempolnya ke bawah seolah ingin mengatakan jika Jared sangat buruk. Jared bahkan tidak peduli jika dia menghinanya saat ini, yang penting dia bisa bersenang-senang dengan makan dan minum gratis di sini. "Kenapa kau diam saja saat Denvor dan gerombolannya menghinamu." Jared menoleh dan mendapatkan Mark telah kembali duduk di sebelahnya. "Kau ingin aku mengajaknya berduel di sini?" tanya Jared sambil terkekeh. "Aku sudah tahu jawabannya karena kau tidak mungkin melakukan semua itu," sahut Mark sambil terkekeh. "Ah! Aku akan meninggalkanmu sejenak karena ingin menghabiskan waktu berdua dengan Mandy selama beberapa saat. Kau tidak perlu khawatir, aku akan segera kembali," ucap Mark. Jared hanya bergumam menjawab ucapannya karena Jared sendiri tahu apa yang akan dilakukan playboy seperti Mark jika dia mengatakan ingin menghabiskan waktu berdua dengan seorang wanita. Tidak mungkin mereka hanya mengobrol sampai pagi. "Kau tidak perlu kembali kalau sulit untuk melakukannya. Bersenang-senanglah," ucap Jared dan membuat Mark tertawa lebar. Jared beranjak dari duduknya dan menuju meja panjang di depan bartender. Dia butuh beberapa potong makanan agar lambungnya tidak perih karena siraman brandy. "Hai," sapa seorang wanita yang sedang duduk menikmati koktailnya. Jared menoleh dan sepertinya mengingat wajahnya. Dia adalah salah seorang wanita yang bersama Denvor tadi. Dia mengenakan pakaian berpotongan rendah yang memamerkan lekuk tubuhnya. "Mau menemaniku untuk minum?" pintanya sambil mengangkat gelas. Jared mengangkat bahunya menunjukan ketidak tarikannya. Tapi wanita ini seperti tidak peduli, dia kemudian meminta bartender untuk membuatkan minuman untuk Jared. Jared menemukan sepotong kue dengan topping buah segar dan segera melahapnya dalam satu gigitan. Lumayan bisa meredakan rasa lapar perutnya. "Siapa namamu?" tanya wanita tadi sambil menggeser minuman yang telah dibuatkan bartender untuk Jared. "Jared Adam," sahut Jared singkat tanpa berniat bertanya siapa namanya. "Oh maafkan aku. Aku tidak mendengar dengan jelas bagaimana Denvor memanggilmu tadi,” ucapnya dengan nada menyesal tapi di telinga Jared kalimatnya tadi lebih mirip sebuah ejekan karena dia mengetahui dengan jelas apa yang dilakukan Denvor padaku tadi. “Mau bersulang?” tanyanya sambil mengangkat gelasnya tinggi-tinggi. Dengan malas Jared mengangkat gelasnya dan menyentuh ujung gelas mereka hingga menimbulkan bunyi dentingan. “Wah…wah…lihat siapa yang berani menggoda wanitaku di sini.” Jared tidak perlu menoleh untuk melihat siapa yang sedang berbicara dengannya saat ini. Sudah pasti itu adalah Denvor. “Kemarilah semuanya, aku dan J. A akan bertanding siapa yang bisa minum paling banyak dan bertahan tidak tumbang. Yang menang akan mendapatkan kesempatan berkencan dengan Lilian. Bukan begitu, Lily?” tanyanya pada wanita yang sedang bersama Jared. Lilian terlihat tidak menjawab pertanyaan Denvor, dia malah beranjak dari duduknya dan meninggalkan hanya Jared dan Denvor berdua. “Siapkan minuman paling berkualitas di sini,” pintanya pada bartender. Harusnya saat ini Jared menghindar dan tidak menghiraukan tantangan Denvor. Tapi melihat sikapnya yang begitu angkuh, Jared menjadi tertantang untuk mengalahkannya. Lelaki seperti Denvor harus dipermalukan dengan caranya sendiri. Bartender kemudian menyiapkan dua botol besar whiskey yang dari sekilas dilihat merupakan whiskey jenis termahal. Jared tidak pernah minum banyak dan sebenarnya tidak begitu yakin apa bisa melawan Denvor dengan bertanding minum seperti ini. “Habiskan satu botolmu, dan aku akan melakukan hal yang sama. Kita lihat siapa yang paling bisa bertahan,” ujar Denvor sambil terkekeh. “Kurasa kaulah yang pecundang,” ejek Denvor lagi sambil menuangkan gelas pertamanya. Merasa ditantang dengan kalimatnya, Jared kemudian meneguk gelas pertamanya dengan cepat, begitu seterusnya hingga Jared tidak mengingat sudah gelas ke berapa saat ini. Kepalanya terasa berat dan pandangannya mulai tidak fokus. Hanya suara Denvor dan sorak-sorai orang-orang yang masih bisa didengar. Jared berusaha memejamkan matanya dan di saat yang bersamaan tubuhnya terasa lemas dan terjatuh tanpa bisa ditahan lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN