1, D & M

1455 Kata
"hey, apa kamu tidak bisa melihat," ucap seorang gadis pada pemuda yang baru saja menabraknya di gang home stay saat dirinya baru saja keluar dari salah satu gang home stay lain setelah mengunjungi sahabatnya. Pria itu mengenakkan sweeter huddy warna blue dan menutup kepalanya dengan huddy sweeternya. Tidak hanya itu dia juga menggunakan topi dan kacamata hitam. Dia tidak berbicara apapun, meski hanya mengucap maaf. Dia berlalu meninggalkanku yang masih kesal karena bahuku terasa nyeri saat menabrak tubuh tingginya. Aku mengghampirinya, menarik lengan sweeternya sampai dia berbalik menghadapku. "Hey. Apa kamu tidak tau cara meminta maaf," ucapku masih dengan kekesalan yang luar biasa di nada suaraku. "Jangan terlalu sombong jadi orang. Jika kau tidak mau minta maaf maka aku yang akan minta maaf padamu," sambungku. Karena tidak mendapatkan respon dari laki-laki itu dan akhirnya aku berlutut di depannya untuk meminta maaf atas kesalahan orang itu sendiri. Dia membuka huddy yang menutup kepalanya dan membuka kaca mata hitamnya. Kemudian menatapku sejenak. "Kamu tidak perlu minta maaf." Ucapnya sembari memasukkan kaca mata hitamnya ke kantong jaket yang dia kenakkan "baiklah aku minta maaf. Maafkan aku," ucapnya. Setelahnya aku bangun dari berlututku dan berlalu meninggalkan pemuda yang sedang terpaku di gang dengan tatapan heran. Dia menatap punggung gadis itu yang terlihat berlari kecil sambil sesekali melompat dengan satu kaki untuk menghindari genangan air bekas hujan sore itu gadis cantik dangan rambut panjang yang lurus. Dia sempat menatap wajah gadis manis bermata besar dan bulat itu dan gadis itu pun sempat mendongak menatap wajahnya. Tapi tidak ada respon terkejut sedikitpun pada wajah cantik itu dan kini dia berlalu begitu saja mengabaikannya setelah dia mengucap kata maaf padanya. Pemuda itu berpikir apa gadis itu tidak mengenal diriku? Aaah masak dia tidak mengenali diriku yang notabene seorang aktor sekaligus penyanyi solo terkenal yang sedang naik daun. Ya dia adalah Danny Faraero, aktor sekaligus penyanyi solo pendatang baru yang sedang naik daun dan banyak di gilai oleh kaum hawa, entah itu kalangann remaja ibu-ibu bahkan bapak-bapak banyak mengagumi dirinya karena ektingnya dalam sinetron yang tayang di salah satu stasiun televisi. Mengabaikan kejadian sore itu. Pemuda itu berlalu memasuki home stay yang dia boking selama berada di kute Lombok. Home stay yang letaknya di atas tebing dengan pemandangan pantai yang indah dengan kolam renang yang cukup besar di sisi balkon yang bisa dia gunakan untuk berendam sambil memanjakan Indra penglihatannya dengan pemandangan menghadap langsung ke pantai lepas.. Sore itu, dia hanya duduk di pagar balkon sambil menenggelamkan kakinya, dengan bertelanjang d**a dan kaca mata hitamnya yang bertengger di hidung exsotisnya yang sedikit mancung menghadap ke pantai melihat semburan jingga menghiasi langit di seputaran pantai kute waktu itu. Tatapannya terfokus pada satu objek di depannya. Seorang wanita berdiri dengan rambut tergerai indah yang tertiup angin dengan ujung kain yang dia tengger di pinggangnya berkibar layaknya bendera karena angin pantai saat sore lumayan kencang. Dia masih fokus menatap wanita yang berdiri membelakangi dirinya yang sejatinya berada di atas home stay yang dia tempati, wanita itu hanya diam di tempatnya berdiri. Sudah satu jam lebih dia melihat wanita itu, namun dia masih saja berdiri di bibir pantai itu tanpa melakukan apapun atau bergerak dari tempatnya berdiri dari satu jam yang lalu. Senja semakin meredup tergantikan gelap namun wanita itu masih bertahan di tempat dia berdiri sedari tadi. Aku masuk ke kamarku mengambil baju kemeja lengan pendek bermotip safari yang asal aku ambil dan bergegas ke bibir pantai di mana wanita itu berdiri. Sayang. Saat aku sampai di bibir pantai wanita itu sudah tidak ada lagi di tempatnya. Namun jejek kakinya masih tertinggal di pasir putih itu, bahkan dia sepertinya sempat menjatuhkan kain pantai berwarna kuning bermotip kembang kamboja di bibir pantai itu. Aku mengambil kain itu, ada aroma parfum khas bayi yang terciup dari kain pantai itu. Dan aku memutuskan membawanya kembali ke kamar home stay yang aku tempati. Saat aku di perjalanan menuju kamar aku kembali menabrak seseorang dan orang itu sampai terjatuh. Persis seperti kejadian beberapa jam yang lalu. Aku menatap sekilas pada orang yang aku tabrak tadi. "Kenapa hari ini aku selalu di tabrak sih," gerutu orang yang aku tabrak itu yang sepertinya adalah orang yang sama dengan orang yang aku tabrak sore tadi di gang luar home stay. Aku buru-buru mengulurkan tangan untuk bisa membantu dia untuk berdiri, kali ini aku lebih dulu mengucap maaf sebelum dia memintaku atau bahkan meminta maaf lebih dulu. Karena sungguh rasanya malu jika karena kesalahan kita namun justru orang lain yang akan minta maaf. Aku tau aku yang salah, karena berjalan sambil menyembunyikan sedikit wajahku agar tidak ada orang yang mengenaliku di tempat ini. Dia menerima uluran tanganku dan berdiri menatapku. "Tidak apa-apa," ucapnya singkat. Aku menatap wajahnya sejenak begitupun dia. Tatapan kami bertemu sepersekian detik sebelum akhirnya dia mengatakan "ini kain milikku, dimana kamu menemukannya?" Ku pikir dia sedang menatapku atau mungkin sedang berpikir siapa aku tapi ternyata dugaan ku salah. Dia hanya memperhatikan kain yang aku pegang dan gunakan untuk menutup setengah wajahku. Aku tercengang saat dia menarik kain pantai berwarna kuning itu begitu saja dari tanganku. "Aku menemukannya di bibir pantai. Sepertinya kau sengaja menjatuhkannya tadi," jawabku asal cepat. "Sengaja!" Kutipnya dengan alis yang menukik sebelah bertanda tidak mengerti. Aku hanya mengangguk dengan kedua tangan aku masukan kedalam saku celana jeans selutut yang aku kenakkan. "Untuk apa aku sengaja menjatuhkan kainku. Kayak tidak ada kerjaan saja," sambungnya dan kini malah sudah mengikat kedua ujung kain itu, membentuk simpul agar dia bisa gunakan sebagai candi atau blazer di tubuh bagian atasnya, lalu memasangnya santai di depanku tanpa malu. Aku mengulurkan tanganku, niatnya untuk memperkenalkan diriku pada gadis itu. Dia hanya memandang tanganku yang kini berada di depannya menunggu balasan dari tangganya. "Aku Danny. Danny Faraero," ucapku memperkenalkan diri . Dia masih saja menatapku kemudian beralih menatap tangan yang aku ulurkan. Dia tersenyum, tersenyum sangat manis, sampai kedua lekukan kecil di kedua pipinya terlihat dan semakin menyempurnakan senyum manisnya "Aku Maya." Balasnya setelah menjabat tanganku. Aku tersenyum membalas senyumnya yang sangat manis. "Apa kamu juga menginap di sini?" Tanyaku lagi berusaha seakrab mungkin dengan gadis itu. Karena aku yakin dia bukan orang asli Lombok, karena wajahnya sedikit kebule-bulean. Dia menggeleng "Aku sedang mengunjungi temanku di sini, dan menginap di kamar temanku," jawabnya. Kini giliran aku yang mengangguk mengerti. "Apa kau tidak mengenalku?" Tanyaku kembali seolah tidak percaya jika ada orang yang tidak mengenalku di belahan kecil Indonesia yang tidak bisa di katakan pulau terbelakang. Buktinya pulau ini sudah dilengkapi dengan jaringan internet 4G yang sinyalnya cukup baik. Terlebih lagi Lombok juga memiliki bandara internasional dan tentu saja di jaman modern seperti saat ini para anak-anak pun sudah mengenal yang namanya internet. Namun apa? gadis itu pun kembali menggeleng. "Benar kamu tidak mengenalku," tegasku kembali. Dan dia kembali mengangguk. "Apa kamu lupa kalo kita baru saja kenalan? Dan sekarang aku sudah mengenalmu," ucapnya ramah dengan wajah ceria. Aku mengangguk sambil menggaruk alisku yang tidak gatal sama sekali. Namun masih dengan ketidak percayaannya. "Apa dia tidak pernah menonton televisi atau tidak pernah membuka internet sehinga dia tidak mengenal aku yang bisa di katakan sedang viral dan selalu menjadi tranding topik di setiap acara, di semua stasiun televisi," batinku. Tapi sudahlah. Aku cukup lega jika ternyata di sini, di tempat ini orang-orang tidak mengenalku dan itu artinya aku tidak perlu bersembunyi dengan wajah tampanku ini. Keduanya berakhir di kafe tepi pantai yang memang banyak di temui di sepanjang pantai kute , atau pantai Ann dan saling bertukar nomer ponsel agar mereka bisa lebih bersahabat. Danny melirik gadis itu saat mengeluarkan ponselnya. Ponsel berlogo apel yang sebelah sisinya ada belas gigitan, dan Danny yakin itu adalah keluaran terbaru dari merek tersebut. Menatap layar ponsel itu sejenak. Tidak ada aplikasi yang yang akan menghubungkan gadis itu ke situs publik. Meski gadis itu menggenakkan ponsel canggih namun dia cukup salut jika masih ada gadis yang tidak menggunakan sosial media untuk mengenal dunia luar. "Kamu asli Lombok?" Tanya Danny saat mereka sudah cukup akrab. "Tentu saja," jawab Maya "Apa besok kamu gak punya acara. Aku ingin mengunjungi beberapa tempat tapi tidak begitu mengenal pulau ini!" Ucap Danny, terdengar seperti kata ajakan. "Apa kamu sedang menawarku untuk jadi pemandu wisata?" Tebak Maya Danny tersenyum kecil, pikirnya gadis ini terlalu naif tapi dia suka. Dia tidak bertele-tele dan ucapannya spontan begitu saja lolos dari bibir tipisnya " anggap saja begitu," jawab Danny sambil tersenyum dan menyeruput minuman bersoda yang sudah di antar sang pelayan kafe "Ada bayarannya gak?" Tanya Maya sambil bersidekap d**a dan memainkan kedua alisnya naik turun. Punggungnya dia sandarkan di sandaran kursi besi yang berbentuk setengah lingkaran. Aku berpikir sejenak. "Tentu. Kamu bisa minta berapapun yang kamu minta, asal jangan terlalu mahal," aku berusaha menawar dan berhasil dia menjawab dengan tersenyum sambil menyodorkan tangan kanannya kedepanku kemudian mengucap satu kata. "Deal."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN