Kiral pulang ke rumah dengan semua pemikiran yang berkecamuk di kepalanya. Nafia menyambutnya seperti biasa. Mereka makan malam, dan duduk bersama di ruang tengah. Kiral menatap wajah sang istri penuh kasih.
“Sayang, Abang sudah memikirkan semuanya. Kita akan ke Jakarta,” ujar Kiral dengan mantap yang membuat Nafia tercengang.
“Abang yakin? Lalu pekerjaan Abang bagaimana?” tanya Nafia sedikit ragu dengan keputusan suaminya.
“Abang akan minta cuti sampai kamu benar-benar sudah aman dan nyaman di sana.”
“Apa perusahaan akan memberikan izin Bang?”
“Yah, kalau mereka tidak mau memberikan izin Abang akan mengundurkan diri.”
“Tapi Bang. Kalau Abang sampai mengundurkan diri nanti kita bagaimana di sana?”
“Itu urusan Allah bagaimana caranya Allah mau kasih kita jalan.”
Nafia terdiam mende
