Rihar mengantarku sampai dirumah.
"langsung pulang yah, gak enak udah malam" pintaku
"iya aku langsung pulang, tp boleh gak numpang ke toilet bentar. perutku mulas" Rihar
"ooh tentu aja boleh, kalau gitu motornya diparkir dalam aja biar aman"
Rihar bergegas menuju toilet dengan sedikit berlari. Tak lama kemudian dia keluar dengan memegang perutnya.
"masih sakit?" tanyaku
"hmmm" jawab Rihar sambil menganggukkan kepalanya.
"muka kamu kayanya agak pucat" Tanyaku
Rihar yang tak menjawab, kembali masuk ke toilet.
Hampir 5 menit sekali ia bolak balik ke toilet. Ini sudah yang ke tujuh kalinya. wajahnya terlihat begitu pucat dan lemas. Aku menyuruh untuk merebahkan dirinya di sofa ruang tamu.
"kamu masuk angin?" tanyaku sambil memegang dahinya.
ia tak menjawab.
"kamu tadi makan steak aja kan? ko bisa begini?" aku melanjutkan pertanyaan tapi ia masih tetap saja berdiam diri memegang perutnya.
Aku menuju ke dapur membuatkan teh hangat untuknya dan juga mengambil stok persediaan obat masuk angin. Aku mencampur teh dan obat itu menjadi satu lalu ku berikan kepadanya.
"Minum ini dulu ya.." Sambil ku bantu ia untuk bangun dari tidurnya
"ini apa?" tanyanya
"aku biasa bikin itu kalau lagi masuk angin" jawabku.
"Kamu gak mau ngeracunin aku kan?" tanyanya sambil melirik dan mengulas senyuman tipis dibibirnya
"Gak perlu aku racunin toh kamu udah klepek klepek sama aku" jawabku sambil mecubit hidungnya
Rihar tersenyum sambil menghabiskan segelas ramuan teh yang kubuat lalu kemudian ia merebahkan dirinya lagi di sofa.
"aku boleh menginap semalam disini?" tanyanya dengan wajahnya yang lesu.
aku kembali memegang dahinya yang ternyata masih terasa panas.
"hmmm gimana ya, aku gak enak sama tetangga. tapi kalau kamu pulang dalam kondisi begini kayanya juga gak mungkin" jawabku
"gak papa sayang, nanti aku pelan pelan aja dijalan" sahut Rihar
"jangan deh, aku takut kamu kenapa kenapa dijalan. gpp kamu nginep disini. nanti aku telfon abangku mas dewo buat izin" jawabku
"gak usah sayang, nanti kamu kena marah" sahut Rihar
"Kita coba dulu ya"
Aku berusaha menghubungi mas dewo tapi tidak ada jawaban. Lalu kucoba mengirimkan pesan untuknya "
"mas dewo, ini ada teman luna lagi main dirumah dan tiba tiba dia sakit perut sampe lemes banget. gpp ya dia nginep semalam disini?"
Setelah menunggu beberapa menit kemudian mas Dewo membalas
"cewek apa cowok?"
dengan sedikit rasa takut lalu ku balas pesannya
"cowok tadi habis kondangan ditempat teman trus dia anter luna pulang, tiba tiba perutnya sakit sampai lemes gini"
terpaksa aku sedikit berbohong agar mas Dewo mengizinkan.
"ya oke, tapi suruh tidur dibawah. jangan di kamar" jawabnya.
Aku segera berbalik kearah Rihar untuk memberitahunya tapi kulihat ia sudah tertidur pulas sambil melipat tangan didadanya.
Ku perhatikan wajahnya, pria ini sangatlah tampan. Betapa beruntungnya aku menjadi pacarnya. Bulu mata yang lentik, hidung yang berdiri tegak, bentuk alis yang menjulang dan tebal dan bibir yang sexy. Ya, bibir inilah yang pernah menc*umku. Hatiku berdesir mengingatnya namun rasanya ingin sekali aku merasakan hangatnya bibir itu lagi.
Segera aku tersadar dan langsung menghela nafas untuk membuyarkan lamunanku. Aku bergegas mandi dan berganti piyama tidur lalu membawakan selimut untuknya. Sebelum tidur, aku menutup dan mengunci semua pintu dan jendela rumah. Lalu kembali kuhampiri Rihar dengan bantal dan selimut ditanganku.
Aku sedikit mengangkat kepalanya untuk kuselipkan bantal. Dia hanya menghembuskan nafas tanpa membuka matanya. Lalu aku menyelimuti tubuhnya dan meletakkan tanganku didahinya untuk mengetahui suhu pada tubuhnya, agak sedikit mendingan dari sebelumnya. Saat aku menatap kembali wajahnya, aku tidak tahan menahan nafsuku untuk tidak menc*um bibirnya.
Kudekatkan wajahku padanya hingga aku bisa menc*um aroma nafasnya. Nafasnya sangat segar padahal ia adalah seorang perokok. lalu kukecup kening, mata, hidungnya dan turun ke bibirnya.
Kurasakan lembut bibirnya menyatu dengan bibirku. Aku sedikit melumatnya, hingga kurasakan lumatan pada bibirku. mataku melirik kearahnya dan kudapati matanya yang sudah terbuka kini tengah menatapku. kemudian tangannya kepinggangku dan membawaku kedalam pelukannya hingga aku terjatuh dan menindihnya.
Aku sangat menikmati ci*uman ini, sungguh sangat menikmati. Kali ini posisi kami saling berhadapan dan sangat dekat hingga tidak ada jarak. Rihar terus saja menghisap bibir dan lidahku bahkan aku pun juga melakukan hal yang sama. Lidahku mencoba masuk kedalam mulutnya dan lidah kami saling beradu didalamnya.
Rihar yang lebih dulu menghentikan aksinya lalu berkata
"aku kehabisan nafas sayang, badanmu diatasku berasa berat banget" ledeknya sambil tertawa.
"enak aja.!! lagian kamu narik narik aku sampai aku jatuh keatas badanmu" sahutku sambil menahan malu.
"loh yang mulain c*um aku siapa hayooo" ledeknya lagi sambil tertawa.
Kali ini posisi kami duduk berdampingan. Rihar menoleh dan menatap kearahku. Aku masih tertunduk menahan rasa malu ku. Rasanya jantungku sedang bedisko, dag dig dug tiada henti.
"ko diem sayang, aku suka kamu yang tadi" sahut Rihar.
Aku masih tidak sanggup berkata kata, lalu aku menutup muka dengan kedua tanganku
"Rihar aku maluuu"
Rihar mendengar itu langsung tertawa dan memelukku.
Dia memegang kedua tanganku agar aku membuka wajahku. Tapi aku masih saja memejamkan mataku, tiba tiba kurasakan hangatnya bibirku yang kini kembali di lumat olehnya. Rupanya ia masih belum puas.
Kali ini tangannya meraba untuk membuka kancing piyamaku sambil bibirnya yang terus saja menelusuri isi mulutku. Aku yang terlalu menikmati hingga tak sadar kalau kancing bajuku sudah terlepas semua hingga terlihat p*yud*ra ku yang menyembul keluar dari tempatnya.
Lalu dengan sigapnya Rihar berpindah lumatan dari bibir menuju ke dadaku. ia menenggelamkan kepalanya disana. Entah apa yang dia lakukan, aku hanya bisa merasakan kenikmatan. Nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Aku melihat kearah dadaku dan kini telah terpampang nyata keduanya tanpa kain penutup. Rihar tak henti hentinya meremas dan melumatnya secara bergantian yang membuatku mendesah tidak karuan.
Aku tersadar oleh perbuatanku lalu berusaha mendorong tubuh Rihar. Rihar mengerti maksudku dan ia berhenti melakukan aksinya tetapi matanya tidak berhenti berpaling dari dadaku lalu kemudian ia menutup dan kembali memasang kancing bajuku.
Sejenak keheningan diantara kami. Aku masih terdiam dan merasa lemas oleh perbuatannya.
"Luna, aku minta maaf ya sayang. ehm... a.. Aku terbawa suasana." sahutnya terbata bata
Aku hanya menganggukkan kepala dan berkata,
"Aku tidur diatas ya" lalu segera kulangkahkan kakiku menaiki tangga menuju kamarku.
Saat menuju kamarku, aku langsung berbaring dan menutup kepalaku dengan bantal. Aku mencoba melupakan semua yang terjadi tapi rasa itu masih terasa dibibir hingga menusuk ke hatiku.
Ya Tuhan apa yang telah aku lakukan? Bagaimana besok aku berhadapan dengan Rihar? aku tidak bisa menahan malu. Dia telah melihat sebagian tubuhku. oh Tuhaan....