Dia Yang Mana?

1036 Kata
Naya mengerutkan kening menatap dua orang sahabatnya yang memasang tampang bingung, “ Kalian juga gak tahu? “ “ Nay… “ Riska mengguncang lengannya, “ Serius kamu gak tahu Pak Narend? “ Winda menghela nafas, “ Kemana aja non… . Itu Riska malah sudah jadi pengurus nya NL. “ “ NL? “ Riska tersenyum lebar pada gadis dengan rambut melewati bahu yang diikat sederhana ditengkuknya itu, “ Narend Lovers “ Naya menghela nafas, “ Sudah ke fans club lokalan di kampus. “ Entah sudah berapa banyak fans club yang diikuti gadis imut berambut hitam lebat yang dipotong pendek itu, mulai dari boyband, aktor dram, atlit, penulis sampai politisi dan influencer, “ Sudahlah, kalau kamu fans nya, pasti tahu wajahnya seperti apa? Kalau perlu cari tahu dimana aku bisa menemuinya sekarang. “ “ Gampang ..” Riska meraih ponselnya ,” Setengah jam lagi selesai ngajar, kamu tunggu aja diruang dosen fakultas Tehnik, mejanya setelah pintu masuk ke kanan, paling ujung dekat jendela.” “ Astaga …. gak sekalian pakai denah ?’ Riska tertawa ,” Tenang nanti begitu kamu masuk dan tanya mejanya Pak Narend bakal ada satpam yang bereaksi.” ia menggerakkan jarinya membentuk tanda kutip. “ Satpam ?” “Kamu akan tahu nanti. Sudah ada nomernya ? Fotonya ?” diulurkannya ponsel ,” Kita NL tahu rumahnya juga, tapi jangan sekali sekali kesana tanpa persetujuan pemiliknya. Area privat banget.” Naya menepuk dahinya ,” Ris … coba kamu pakai jiwa reporter dan detektifmu ini untuk mencari data skripsimu …" ditatapnya seraut wajah di ponsel Riska. “ Kenapa ?” sela Winda melihat Naya sedikit termenung ,” Mau daftar NL juga ?” Naya menggeleng ,” Sepertinya aku bakal bisa mengenalinya, gak jauh beda sama Kak Jendra.” gumannya pelan. “ Masih ada waktu sedikit, pertanyaanku mau apa kamu tiba tiba nyari Pak Narend kalau gak kenal ?” Naya menepuk ranselnya yang menggembung ,” Ada titipan dari omanya dan nenekku.” “ Kalian kenal ?” “ Keluarga kami kenal. Tapi aku gak pernah ketemu sejak aku SD.” “ Bisa mengenali ?” Naya tersenyum ,” Gen opanya terlalu kuat …. Opa, papa dan adik lelakinya setipe.” Riska menarik nafas dengan dramatis ,” Bibit unggul dari sananya. Blasteran ya ?” Naya tertawa ,” Kak Jendra lebih cakep, dokter bedah di UK. Campuran darah keluarga mereka kayak nasi rames ….” dilihatnya Rio melambaikan tangan ,” Tuh, Rio sudah jemput. Jaga toko baik baik ya.” Riska meraih tasnya dan berlari menghampiri lelaki yang duduk diatas motor. “ Temenin aku Win ….” “ Aku ada janji sama Andre mau belanja sebentar lagi.” Winda menghabiskan minumannya ,” Nay … Pak Narend sudah lebih dari setahun disini, dan kamu baru tahu sementara keluarga kalian kenal.” “ Opa sama omanya memutuskan kembali ke rumah perkebunan mereka, disamping rumah kakek nenek. Sebelumnya mereka di rumah om Hendry.” “ Jangan jangan kalian dijodohkan.” Naya mendorong dahi Winda ,” Jangan ikutan halu seperti Riska. Aku bulan lalu baru dua puluh satu.” “ Sudah cukup umur, sudah legal menurut hukum.” “ Belum masuk usia kejar tayang.” “ Kamu belum, tapi dia sudah. Beberapa bulan lagi dia sudah tigapuluh dua.” “ Woooow setua itu …" “ Matang, dodol …. bukan tua.” gerutu Winda ,” Walaupun tampang kulkas tapi cukup imut juga kok … gak kelihatan om om gitu.” Naya mengeryit ,” tumben kamu ikut ikutan Riska.” Winda tertawa ,” Setidaknya kali ini yang diidolakan Riska bukan hanya tampang dan sensasinya.” diraihnya tas lalu melangkah ke tempat parkir ,” Aku pergi dulu … sampai ketemu di toko.” Naya melambaikan tangan dan melangkah ke fakultas tehnik, masih ada waktu … ia memilih duduk di bangku kayu dibawah pohon besar. Naya : Siang Pak, ini Naya Naya : Saya ada titipan dari Oma Raharsya Narend : Iya, Oma sudah bilang. Kamu dimana Naya : Didepan gedung fakultas. Seseorang menatapnya dari lantai dua setelah membaca pesan diponselnya. Sekali lagi ia menatap foto yang dikirimkan mamanya, dan menatap gadis dengan celana gelap dan kemeja lengan panjang yang lengannya digulung sampai dibawah siku. Rambut yang melewati bahu itu diikat seadanya di tengkuk. Tersenyum tipis menyadari tas punggung bergaris yang dipakainya terlihat menggembung. “siang. “ Narend menganggukkan kepala singkat pada beberapa mahasiswa yang menyapanya. Narend : Ke ruang dosen aja. Tunggu disana Naya : Baik, Pak Narend menyimpan ponsel di sakunya lalu melangkah meninggalkan lorong. “ Selamat siang.” Naya mengetuk pintu. “ Cari siapa ?” Seorang perempuan berdiri saat melihat pandangan Naya tertuju pada meja disampingnya. “ Pak Narend.” “ Ada perlu apa ?” “ Ada yang harus saya serahkan.” “ Titipkan saya saja. Tugas ?” Apakah ini satpam yang dimaksud Riska ? Naya menggeleng dan tersenyum sesopan mungkin ,” Maaf, tadi Pak Narend meminta saya mengantarnya kemari.” “ Naya ?” suara berat menyela dibelakangnya ,” Cepet juga kamu sampai lantai dua. Lari ?” Naya menggeleng dan mengikutimya. “ Duduklah.” Narend menunjuk kursi dihadapannya lalu menyimpan berkas ngajar ke dalam kabinet disampingnya ,” Kapan datang ?” “ Tadi pagi.” Naya mengeluarkan kantong kertas dari ranselnya dan meletakkan diatas meja ,” Itu titipannya.” Aroma kopi menyeruak ketika Narend membuka kaleng kecil disamping kotak berisi makanan kesukaannya ,” Ini kopi kakek ?” Narend mengedusnya. “ Ya, kebetulan baru roasting.” Naya menarik nafas dan menghembuskan perlahan, merasa tidak nyaman dengan pandangan perempuan disamping meja Narend ,” Kalau gitu permisi.” “ Tunggu, kamu belum makan siang kan ?” “ Ehm ….” Narend menarik ujung bibirnya mendengar suara itu ,” Cacingmu sudah protes, ayo …" dibereskannya kantong kertas dan tas kerjanya. “ Makan siang, Rend ? Bareng dong, aku juga belum makan siang.” “ Maaf, gak usah.” Narend memilih mengabaikannya dan melangkah keluar ,” Ayo, Naya !” Naya tersentak dan bergegas pergi setelah mengangguk singkat pada perempuan yang menatapnya dengan pandangan kesal. Mengambil sedikit jarak saat berjalan meningalkan gedung menuju tempat parkir.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN