Part 01

1109 Kata
Jello mendesah kasar melihat majalah-majalah yang penuh dengan gosip tentang dirinya. Sebentar lagi pasti  orangtuanya akan menelepon Jello dan memarahi Jello. Padahal Jello hanya bersenang-senang dengan wanita-wanita malam itu, tak ada maksud untuk membuat nama keluarganya akan sejelek ini sekarang. Bagaimana tidak buruk? Di koran ini dituliskan kalau dirinya bukanlah contoh baik untuk keluarga Cullens, malahan Jello dibilang sebagai pria tidak punya pendirian dan selalu memainkan hati wanita. Dari mana Jello memainkan hati wanita? Jello tidak pernah menjalin kasih dengan satu orang wanitapun, wanita-wanita sialan itu yang membuat Jello dalam kesulitan seperti ini. Bagaimana mungkin mereka mengatakan pada media, kalau Jello adalah kekasih mereka. Dan lebih parahnya lagi, mereka mengatakan kalau Jello selingkuh dari mereka dan mengkhianati cinta mereka. Pada akhirnya reputasi keluarga Cullens yang selama ini baik, harus dirusak oleh wanita-wanita sialan. Para keluarga Cullens tidak akan menerima, karena keluarga Cullens terkenal dengan kesetiaan mereka pada wanita mereka. Sial. Jello ingin melempar majalah-majalah itu, tapi, ponselnya sudah berbunyi dan memekakkan telinga Jello. Jello melihat siapa yang menghubungi dirinya. Ayahnya. Pria itu akan memarahi Jello habis-habisan. Jello mematikan ponselnya, sangat malas mendengar kemarahan dari ayahnya dan saudaranya yang lain. Ibunya juga akan ikut-ikutan menceramahi dirinya. "Kau kenapa? Kusut seperti itu?" Jello melihat pada sahabatnya yang memasuki ruangan Jello, sahabat sekaligus sekretaris Jello. Jello tidak akan mau mempekerjakan sekretaris wanita, bukannya mengerjakan tugas mereka, malah mereka akan menggoda Jello. "Aku tidak menyangka kalau gosip murahan ini cepat sekali menyebar!" Jello menghempaskan majalah itu depan Gavin—sahabatnya. Gavin mengambil majalah dan membacanya, pria itu menahan tawanya. Pasti ayah pria itu sudah menelepon Jello dan marah-marah, karena keluarga Cullens sangat tidak suka dengan hal-hal berbau seperti ini. "Kau sudah diteror oleh keluargamu?" tanya Gavin dengan santai. Jello mengangguk, meremas kuat majalah yang berada di tangannya. Ia sangat kesal pada wanita-wanita sialan itu. Karena mereka, Jello harus mebghadapi keluargnya sekarang. "Kenapa kau tidak menikah saja. Kalau kau menikah, gosip-gosip murahan ini tidak akan tersebar lagi!" Jello menyeringai mendengar ucapan dari sahabatnya, sebuah ide yang akan membawa nama keluarganya kembali baik lagi dan Jello tidak akan dimarahi oleh keluarganya. Tapi, Jello harus mencari di mana wanita yang mau menikah sementara saja dengannya. Jello tidak akan mau terikat seumur hidup dengan sebuah pernikahan. Menikah bukanlah gayanya, karena menikah dan menjalaninya seumur hidup membuat Jello merasa terkekang. "Idemu bagus juga. Tapi, di mana aku mencari wanita yang mau aku nikahi sementara saja!" Gavin tercengang mendengar ucapan Jello, sahabatnya itu hanya ingin menikah sementara saja. Padahal Gavin ingin Jello bertaubat. Dan tidak ingin Jello selalu seperti ini. "Kau gila! Cari saja sendiri!" Gavin berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari ruangan Jello. Jello hanya diam menatap kepergian dari sahabatnya itu, tampak berpikir di mana dirinya akan menemukan wanita yang mau menikah sementara dengannya. Wanita yang akan mudah diatur oleh Jello. *** Bella menatap nanar pada ibunya yang sedang dirawat di rumah sakit, padahal uang tabungan mereka semuanya sudah habis. Namun, Bella ingin ibunya sembuh dan sehat kembali. Bella rela bekerja siang dan malam, agar ibunya kembali sehat dan mendapatkan penanganan yang terbaik dari ruang sakit. Sudah dua hari ibunya dirawat, selama dua hari ini, Bella selalu mencari uang dengan terus bekerja. Dirinya hanya beristirahat beberapa jam saja. Bella melirik jam di ruang rawat ibunya sudah menunjukkan pukul satu siang, sudah waktunya Bella bekerja di restoran. Gadis itu bergegas untuk berangkat ke restoran tempatnya bekerja. Jam enam sampai jam sebelas pagi Bella akan bekerja di toko bungga. Jam satu siang sampai jam enam sore Bella akan bekerja di restoran. Dan jam tujuh malam sampai jam tiga malam Bella akan bekerja di klub malam sebagai pengantar minuman. Bella tiba di restoran dengan senyuman manisnya menyapa rekan-rekan kerjanya, selama bekerja di sini. Bella tidak pernah mendapatkan perlakuan buruk, sangat menyenangkan bagi Bella bekerja di sini. Di klub malam Bella harus mendapatkan perlakuan yang sangat tidak pantas dari pelanggan-pelanggan klub malam, mereka seringkali menggoda Bella dan membawa Bella untuk tidur dengan mereka. Demi apapun Bella tidak akan mau menjual tubuhnya. "Bella, kau tampak lelah sekali." Bella melihat pada temannya dan sekaligus sahabatnya. "Aku sangat lelah Hester. Tapi, mau bagaimana lagi, ibu harus dirawat dan biayanya tidak sedikit," ucap Bella menunduk. Hester menghampiri Bella, memeluk gadis itu dan mengusap punggung Bella. Hester tidak tega melihat sahabatnya menderita seperti ini, kalau saja Hester memiliki uang. Hester pasti sudah membantu Bella dan tidak akan membiarkan Bella menderita seperti ini. "Bella, kalau saja aku banyak uang. Pasti aku sudah membantu biaya pengobatanmu, kau tahu sendiri, aku tidak memiliki uang. Adik-adikku harus sekolah dan aku sudah tidak mempunyai ayah dan ibu." Bella melepaskan pelukan Hester, ia menggeleng. "Tidak apa-apa Hester. Aku akan berusaha mencari uang untuk biaya pengobatan ibuku," ucapnya sembari tersenyum. "Bella, kau antarkan minuman dan makanan ke meja nomor 25." Bella menatap pada rekan kerjanya dan mengangguk, Bella segera menuju dapur restoran dan mengambil pesanan meja nomor 25. Bella berusaha tersenyum, walau dalam hatinya ia ingin sekali menangis. "Selamat menikmati hidangan anda," Bella meletakkan makanan dan minuman di atas meja tanpa melihat pada pelanggannya. Jello yang sedari tadi menunggu makanannya, melihat pada pelayan yang terlihat sangat cantik dan seksi. Sebagai pria yang menyukai wanita cantik dan seksi, tentu saja membuat Jello bernafsu mencicipi tubuh pelayan ini. Ahh, gadis yang menjadi pelayan ini jarang terlihat oleh Jello di restoran ini, pasalnya ia sering makan di restoran ini dan tidak pernah melihat gadis ini. "Saya permisi dulu. Selamat makan." Jello terus saja memerhatikan gadis itu dan tidak terlihat di pelupuk matanya lagi. Gavin mendesah kasar melihat mata jelalatan dari sahabatnya ini. Gavin ingin mencuci otak Jello, sehingga Jello tidak berpikir ke arah itu lagi. "Hem, kau tidak perlu melihatnya begitu. Nanti juniormu bisa terbang!" Jello mendengkus mendengar ucapan dari Gavin. Merusak sesuasana saja pria satu ini. "Kau diam saja! Kau tidak akan bisa memikirkan bagaimana aku memuja tubuh wanita-wanita seksi dan cantik, mereka sangat indah sia-sia kalau dilihat saja!" Gavin memutar bola matanya. Otak Jello memang sangat ajaib sekali, tidak bisa ditebak oleh akal sehat. Atau Jello memang sangat gila. Pantas saja keluarga Cullens marah dengan pria itu, Jello tidak bisa menahan nafsu bejatnya dan malah menyepelekan sebuah pernikahan. Pernikahan itu sakral bukan musibah, seperti yang Jello bilang. Jello sangat alergi pada pernikahan, sehingga pria itu mengatakan kalau pernikahan adalah sebuah musibah. Tapi, pria itu harus segera menikah agar gosip dan nama baik keluarga Cullens tidak terlihat buruk. "Kau benar-benar harus segera menikah!" "Ya, aku akan mencari wanita yang mau menikah secara kontrak denganku. Sampai aku merasa bosan dengan pernikahan itu, setelah aku bosan aku akan menceraikan wanita itu dan mulai hidup sendiri dengan wanita-wanita disekelilingku." Gavin mengutuk sahabatnya dalam. Semoga Jello mendapatkan istri yang mampu membuat Jello jatuh hati dan tahu arti berjuang! *olc*
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN