Bab 01 [ Iharasi Sousuke POV ]

881 Kata
"Sudah kuduga...." Aku memegang perutku penuh kesadaran. Ini bukan pertama kalinya aku mencoba menggunakan test pack seperti ini, sudah sejak dua bulan lalu setelah aku merasakan hal tidak nyaman hampir setiap pagi pada tubuhku, aku sudah mulai melakukan ini hampir setiap hari. Aku bahkan membeli satu dus test pack hanya untuk memastikan rasa tidak percayaku. Entah ini test pack keberapa yang sudah kucoba dan hasilnya tetap sama, positif, dan itu artinya kalau aku memang sedang hamil sekarang. Sejak dua bulan lalu nafsu makanku menurun drastis, aku yang lebih sering makan makanan cepat saji sekarang malah akan muntah hanya dengan mencium aromanya saja. Bahkan akhir-akhir ini aku lebih sering bangun sangat pagi hanya untuk muntah di kamar mandi. Awalnya kupikir kalau badanku tidak enak karena aku kurang istirahat saja, nyatanya aku mengalami hal yang di luar prediksiku. Aku mendesah di depan cermin wastafel kamar mandi. Mengusap wajahku frustrasi kemudian mengigit bibir bawahku perlahan. "Sekarang, apa yang harus kulakukan...?" Kalau terhitung sejak masa heat-ku berakhir, itu artinya anak ini sudah berusia hampir tiga bulan di dalam sana. "Kenapa aku harus tidak sadar hal sepenting itu...?" gumamku sambil mendesah lagi. Ding.... Dong.... Kulemparkan test pack terakhir yang kugunakan ke tempat sampah lalu berjalan untuk melihat siapa yang datang pagi-pagi begini. Ya, ini baru pukul tujuh pagi, hanya orang bodoh yang datang sepagi ini untuk bertamu. "Hei Souchan, kemana saja kau? Aku sama sekali tidak bisa menghubungimu., Kau baik-baik saja?" Gerutunya sambil memaksa masuk padahal aku baru membuka setengah daun pintu tapi, sekarang lihat dia. Pria ini sudah masuk sangat jauh ke dalam rumahku dan berkacak pinggang sambil memandangku sinis. Namanya Kuji Mihara. Aku bertemu dengannya saat aku sedang mencari pasangan untuk masa heat-ku di tempat kencan buta. Aku Omega dan Kuji yang seorang alpha sama-sama cocok dan tidak ingin punya keterikatan, akhirnya aku selalu menemuinya setiap kali heat-ku tiba. "Maaf, aku tidak enak badan beberapa hari ini." "Benarkah? Bagaimana dengan heat-mu?" Aku lupa. Aku sama sekali tidak memberitahu Kuji soal semua ini, padahal setiap kali masa heat-ku tiba aku selalu menghubunginya hanya untuk sekedar berhubungan badan. Siapapun tahu kalau saat heat tiba, tidak akan ada siapapun yang bisa menahannya kecuali obat khusus yang diberikan oleh dokter spesialis sementara aku belum bisa menemukan obat yang cocok untuk menekan feromon yang kukeluarkan saat masa heat itu datang. Dan saat itu terjadi, Kuji adalah orang pertama yang akan kutelepon. "Kau mengunci diri lagi di kamar ini?" "Uh?" Iya, aku memang pernah melakukan itu. Mengurung diriku di kamar dan menghabiskan masa heat ku sendirian, mencoba tidak keluar sekalipun hingga itu semua berakhir. Tapi kadang, itu semua tidak pernah berhasil. Heat ku bisa jadi lebih buruk kalau tidak disalurkan dengan baik. Dan sialnya, aku tidak pernah punya pasangan tetap untuk itu, tapi setelah bertemu Kuji setahun lalu, setidaknya aku punya alpha yang bisa kuandalkan. Meskipun Kuji sering jadi pasanganku setiap heat ku tiba, tapi dia bukan pasanganku. Katakan kalau kami hanya teman s*x dan tidak pernah terikat untuk apapun, mungkin Kuji juga tidak tertarik denganku karena terakhir kudengar kalau dia punya seorang omega yang sedang dekat dengannya sejak beberapa bulan terakhir, dan mungkin aku memang harus mengakhiri hubungan simbiosis mutualisme di antara kami. Meski sejauh yang kutahu hanya aku yang selalu membutuhkan dia. "Kau yakin tidak apa-apa?" Kuji mengibaskan tangannya di depan mataku. Dia memang bukan pasanganku, tapi dia termasuk pria baik yang pernah kutemui selama ini. "Tidak, kau pulang saja. Bukankah ini masih jam kerjamu?" "Aku ambil cuti setengah hari pagi ini. Kupikir kau sakit karena akhir-akhir ini kudengar pekerjaanmu semakin banyak sejak insiden pengeboman di stasiun Tennoji sebulan lalu." "Iya, tapi aku tidak bertugas di sana." "Benarkah? Kupikir kau ikut mengurus kasus itu, soalnya kepolisian prefektur ini kan sedang sibuk mengurus kasus itu." "Tidak," jawabku singkat, "kepala bagian divisi ku memang menawariku masuk jajaran penyidik,tapi aku menolak. Karena kesehatanku sedang tidak baik akhir-akhir ini." "Eh? Kau bilang kalau kau tidak apa-apa tadi." Kuji histeris lalu menyentuh pundaku panik, tapi segera kusingkirkan tangan pria itu lalu berjalan ke kamar. Kurasa aku tidak perlu menawarinya makanan ataupun minuman untuk sekedar basa-basi. Biasanya kalau dia datang kemari, kami hanya melakukan s*x seperlu kami lalu pergi tanpa meninggalkan jejak apapun lagi. Dan sekarang karena dia sudah dapat jawaban yang dia inginkan, kurasa dia akan segera meninggalkan tempat ini. Tapi kurasa aku salah.... Kuji mengikutiku masuk ke dalam kamar, menyentuhkan tangannya ke dahiku seolah sedang mengukur suhu tubuh. "Apa yang kau lakukan?" "Kau yakin kau tidak apa-apa?" Ini pertanyaan ketiga yang kudengar pagi ini dari orang yang sama. "Sudah kubilang aku sudah tidak apa-apa. Kenapa kau tidak segera kejar kereta. Bukannya kau bilang kalau kau hanya ambil cuti setengah hari?" "Iya ... tapi, aku tidak ingin kau sakit." "Aku memang seorang omega, tapi bukan berarti aku ini selemah perempuan. Aku tak butuh dikasihani." Aku menepis tangan Kuji dan kembali memintanya untuk kembali ke kantornya. Tapi pria itu malah menatapku dengan raut wajah khawatir dan sepasang alis yang melengkung ke atas. "Kau sendiri? Apa kau mengambil cuti hari ini? Bukankah kau bilang kalau kepala divisi mu itu orangnya keras?" Kepala divisi.... Kuroda Shouhei.... Aku menatap ke dalam mata Kuji sementara sebelah tanganku kugunakan untuk menyentuh perut datar di mana ada segumpal darah yang mulai berkembang di sana. "Hei, Kuji...," kuambil perhatian pria dihadapanku, "kurasa kita sudahi saja hubungan Alpha dan Omega ini...." _
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN