Hari Pertama (3)

1033 Kata
"ada syaratnya manis... Enggak ada yang gratis." Mendengarkan ucapan kakak kelasnya Bela pun kesal. Kakak kelasnya itu seperti sedang mempermainkan temannya. Apa sulitnya tinggal mengembalikan benda kepada sang pemilik. "kok ada syaratnya kak. kalau kakak tau mending kakak kasihin atau kakak kasih tau kakak ketemu dimana." "Gue enggak lagi ngomong sama lu, gue ngomong sama cewek mungil ini, manusia kecil ini." Sean tidak menyukai nada bicara adik kelas berwajah galak yang terkesan menantang dirinya, Sean tidak suka di remehkan, tidak oleh siapapun. Dari awal Sean memang berniat mengerjai si pemilik anting karena kesal sudah menghambat perjalanannya menuju kelas dan membuat sean jadi tidak sempat menyalin tugas dari temannya. Akhirnya nilai Sean jadi tidak sesuai target Sean untuk membujuk ayahnya agar bisa meminta di belikan sebuah helikopter untuknya. "Udah Bela enggak papa, emang apa kak syaratnya? Kalau aku sanggup aku pasti penuhin kak. Tapi tolong kembalikan antingnya kak itu anting pemberian nenek aku yang sudah meninggal 1 bulan lalu." Mendengarkan penjelasan gadis mungil itu hati Sean yang biasanya kaku tiba tiba melemas, dia tau rasanya di tinggalkan oleh orang tercintanya sehingga membuat dia kesepian dan mulai suka memberontak dan sulit di atur di sekolah. Sebenarnya dia tidak sepenuhnya menyedihkan karena ayahnya masih mau peduli dan memanjakan dirinya. Tapi menurut Sean tanpa adanya wanita yang memiliki pelukan hangat itu hati Sean tetaplah kesepian. "Cih, sengaja ya lu cerita ke gue kisah sedih lu. Dasar manusia kecil, pendek lagi. Nih antingnya gue balikin." "Astaga makasih banyak ya kak, kakak baik banget. Makasih kak hiks." Auris menerima anting yang di berikan kakak kelasnya itu dengan senang hati. Dia lega anting pemberian sang nenek tidak jadi hilang, saking senangnya dia menitihkan air mata. Sean yang melihat itu jadi keki. 'dasar gadis cengeng gitu aja nangis.' Batin Sean kesal. "Iya iya cengeng banget sih lu Manusia kecil." "Kak aku denger dari tadi risih tau. Temen aku punya nama kak, dia pendek karena dia cewek. Jadi kakak jangan sombong pakek ngatain dia Manusi kecil." "Udah Bel, enggak papa kok lagian kakak ini udah baik mau kembalikan antingnya. Mendingan kita balik kekelas bentar lagi udah masuk." Auristela memutuskan untuk kembali kekelas, dia merasa Bela mulai membencin sifat angkuh Kakak kelasnya. Walau Auris tau kakak itu adalah anak yang angkuh tapi bagaimana pun dia orang yang sudah mengembalikan anting berharga nya. "Emm kak sekali lagi terimakasih ya kak. Kakak udah mau balikin anting aku. Aku sama temenku balik kekelas dulu kak." "Hmm iya sana." Sean melihat punggung 2 gadis yang mulai menjauh lalu Sean memutar badan untuk menaiki tangga dan menuju kekelasnya. Hah Sial gagal rencananya membuat sang pemilik anting menangis. "Lagian gue sedikit kasihan manusia kecil itu pasti kurang makan. Kalau nangis makin kempes tu badan." "Woii gila ya lu ngomong sendirian ahaha." "Anjing bikin kaget gue aja Matthew bangsad." "Ngomong kotor lu nanti Bu Rosa denger di hukum push up 100 kali lagi gue mampusin ya." Matthew tadi melihat Sean yang menaiki tangga sendirian berniat mengageti kawannya itu namun saat di dengarnya Sean bergumam sendiri Matthew jadi kasian, pasti gara gara dia tidak sempat menyalin tugas Hana si rangking satu. Matthew mengetahui itu pun dari Bima saat dia kekelas untuk menyerahkan buku tugas kimia untuk di koreksi nantinya karena seperti yang kita tau Matthew merupakan anggota OSIS dan harus izin dispensasi selama 3 hari untuk melakukan kegiatan MOS di sekolahnya. Jadi setiap ada tugas akan di berikan ke temannya untuk di koreksi. Melihat Sean yang diam dan tidak menanggapi ucapannya membuat Matthew buka suara lagi kali ini untuk menggoda Sean atas kegagalan temannya meminta helikopter kepada ayahnya. Yahh Sean memanglah putra bungsu dari pengusaha kaya raya di Indonesia tidak heran jika meminta helikopter bukanlah hal besar bagi ayahnya. Sean juga memiliki ibu yang cantik seorang artis bernama Suji Rassya. "Kucel amat muka lu, gagal ya lu dapetin helikopter impian lu? Hahaha." "Bacot dah." Matthew yang melihat kawannya mempercepat langkahnya pun tertawa puas, senang bisa menjahili Sean si anak bengal itu. "Gue balik nge MOSin dulu ya, jangan rindu ahaha." "Najis!" Sean begidik dengan candaan Matthew, menyeramkan sekali. Sedangkan Matthew berbelok untuk menuju tangga yang lain untuk menuju kelas Sumatra. ****** Sesampainya Auris dan Bela sampai di kelas, Bela langsung menyeramahi Auris karena terlalu terlihat lemah di hadapan kakak kelasnya itu, Bela khawatir Auris bisa di target kan untuk menjadi bahan bully an. "Auris, lu enggak seharusnya terlalu kalem. Lu jadi cewek jangan terlalu polos, nanti lu di jadiin bahan bully sama kakak kelas tadi." "Makasih ya bel udah Karwatirin gue, tapi kakak tadi baik kok. Kalau enggak baik enggak mungkin juga dia batalin persyaratan buat kembaliin anting gue. Lu jangan terlalu Karwatir ya" "Astaga oke, tapi gue ingetin sekali lagi buat jangan terlalu Kelihatan kalem ngerti?" "Iya Bela.. makasih ya sekali lagi" Auris senang ada orang yang mau memperdulikan nya, mengingat dia dan Bela belum berapa lama berkenalan tapi dia senang bisa berteman baik dengan bela. Auris berharap mereka bisa menjadi sahabat baik kedepannya. Kegiatan MOS hari pertama pun berlangsung dengan lancar. Kak Matthew, Iris, dan bang Andri melakukan game seru dan di akhiri dengan pemberitahuan barang barang apa saja yang harus mereka bawa besok. Bel pulang pun sudah berbunyi Bela pulang lebih dahulu karena sudah di jemput Ayahnya. Dan Auris masih menunggu Ayahnya datang. Tin! Tin! Auris terkejut, di lihatnya mobil sang ayah sudah ada di depan lobi sekolah. Auris segera memasuki mobil itu untuk menghindari kemacetan di depan lobi. "Halo anak ayah yang cantik, gimana sekolahnya?" "Seru yah, Auris dapat beberapa teman namanya Bela, Ramon, dan Johan. Claire sahabat aku juga sekolah di sini tapi beda kelas yah" Auris menceritakan semua kegiatan dan tentang anting nya yang sempat hilang, ayahnya hanya menggelengkan kepala dan mendengarkan sambil fokus menyetir. Putri kecilnya sudah tumbuh besar, dia takut bila suatu saat sudah waktunya melepaskan gadis itu untuk laki laki yang akan menikahi nya. "Auris jangan gede kecepatan ya nak." Rama bergumam lirih dan mengacak rambut putri nya itu. Auris menatap ayahnya aneh, lalu memeluk kekilas ayahnya dari samping. "Ayah juga jangan tua kecepetan ya.. ehehehe." "Astaga dasar anak nakal.." Mereka tertawa di sisa perjalan menuju rumah. Hingga saat akan memasuki kawasan perumahan ayahnya lupa akan sesuatu, menjemput putranya David yang pulang lebih awal. Astaga kasihan anak laki laki keluarga Haditama itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN