Perkenalan

1093 Kata
Lucas putra pertama dari pasangan Wijaya dan Tania, di mana Wijaya yang merupakan papinya adalah pengusaha terkenal dan memiliki kekayaan yang tidak ada habisnya. H&D Group bekerja di bidang pariwisata, bangunan, properti sampai kuliner. Sebelum Lucas ditempatkan di posisi pimpinan resmi harus melewati beberapa tes termasuk belajar tentang teknik pemasaran agar nantinya bisa tahu bagaimana kinerja bawahannya. Perusahaan tempat Lucas bekerja tidak tahu jika dirinya adalah pimpinan tertinggi di perusahaan ini, yang tahu hanya orang petinggi dan juga Anggi. Anggi adalah sahabat kedua adik Lucas tapi selalu berada dalam lingkaran Lucas ke mana saja pergi, bagaimana Anggi bisa tahu sudah pasti karena mengenal Lucas di samping itu kerja di tempat Lucas yang untuk masuk saja butuh perjuangan karena tidak mudah, awalnya Lucas mengira jika Anggi masuk karena bantuan dari mereka dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari papinya karena mereka anti dengan hal – hal begitu. “Kamu pelajari apa yang menjadi dasar dari pemasaran ya meskipun sudah kamu dapatkan ketika duduk di bangku kuliah hanya saja teori dan lapangan sangat berbeda jauh,” Lucas menatap Wijaya yang serius menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan. “Berapa lama?,” Lucas penasaran dengan rencana papinya. “Sampai papi merasa kamu siap.” Lucas sudah tahu jawaban Wijaya akan seperti itu karena sudah mengenal dari kecil, meskipun begitu apa yang direncanakan dan perhitungkan selalu tepat sasaran dan tidak pernah salah. Terkadang Lucas penasaran bagaimana papinya mempunyai insting tepat bahkan ketika menyelamatkan maminya dahulu. Lucas tahu apa yang terjadi pada keluarganya dan bersyukur lahir dari keluarga yang penuh cinta, tapi Lucas tidak menyukai jika papinya sudah memonopoli maminya. Lucas kecil selalu merebutkan perhatian Tania agar tidak hanya tertuju pada Wijaya, meski sudah mempunyai adik tetap saja menginginkan mami memperhatikan dirinya bukan orang lain. Bagi Lucas di mana Tania adalah sosok wanita yang sempurna bahkan tidak pantas untuk papinya yang suka menyiksa maminya apa lagi malam hari tanpa henti. Lucas pernah melihat bagaimana mereka bermain di ranjang sampai maminya teriak kesakitan dan semenjak itu Lucas selalu mencari cara agar maminya tidak bersama papinya. “Rifat nanti yang akan membantu dirimu sementara,” perkataan Devan kakak Lucas dari istri pertama papinya membuyarkan lamunan Lucas. “Selama aku di pemasaran yang ada di lantai atas siapa?,” Lucas menatap Devan. “Sementara memang aku tapi jelas gak bisa secara aku harus berada di perusahaan yang satunya dan setelah pembicaraan berat kami memutuskan agar Rifat yang berada di atas tapi kamu tetap harus ke atas untuk bertanya.” “Ribet.” Devan menatap Lucas tajam tapi tampaknya tidak dipedulikan Lucas, sikap Lucas sudah sangat berbeda dengan Lucas kecil yang menggemaskan karena Lucas yang saat ini adalah sosok dingin dan kaku jika berhadapan dengan orang baru bahkan akan diam apabila tidak diajak bicara. Alasan ini juga yang memutuskan untuk menempatkan dirinya di pemasaran dari pada langsung menempatkan di posisi penting yang membutuhkan pemikiran dalam dan juga kepekaan pada sekitar. “Abang,” panggilan seseorang menghentikan langkah Lucas yang akan ke mobil “bareng.” “Kapan kamu pulang?,” tanya Lucas curiga. “Di jemput Leo malamnya karena ada acara sama anak – anak.” Lucas tidak mendengar jawaban gadis yang berada di depannya dengan memasuki mobil yang akan membawanya ke kantor, Lucas membawa mobil sederhana yang sudah menemani dirinya semenjak kuliah dan belum berencana mengganti mobil meskipun bisa membeli kapan dibutuhkan. Bersama gadis di samping Lucas membuat suasana sedikit ramai karena ada saja yang dibicarakan oleh gadis di sampingnya yang merupakan sahabat adiknya Leo sejak mereka sekolah sampai sekarang, bahkan gadis ini dekat dengan kedua orang tua dan juga keluarganya. “Anggi, bisakah kamu diam?,” Anggi nama gadis yang ada di sampingnya dan saat ini juga bekerja di tempat yang sama dengan Lucas atau bisa disebut satu perusahaan dengan dirinya, Lucas sempat bertanya bagaimana gadis ini bisa masuk dengan mudah di perusahaan karena untuk masuk sangat susah dan sempat berpikir bahwa dibantu oleh keluarganya yang langsung membuat Tania marah atas tuduhan Lucas dan setelah Lucas selidiki ternyata memang gadis di sebelahnya sangat pintar bahkan mendapatkan nilai sempurna selama kuliah. “Abang nanti ke apartemen?,” Anggi membuyarkan lamunan Lucas. “Gak usah masak karena aku ada urusan.” Lucas dapat melihat bagaimana reaksi Anggi namun justru membuat dirinya semakin sebal karena bagi Lucas itu adalah sikap anak kecil bukan wanita dewasa seperti mami atau kakak perempuannya. Lucas menghabiskan sisa perjalanannya dengan suara Anggi yang tanpa henti berbicara dan seharusnya Anggi berada di bagian pemasaran bukan keuangan karena kemampuannya berbicara. “Tadi mami minta aku kasih ini ke abang untuk di makan pas istirahat,” meletakkan wadah makan di samping Lucas sebelum turun dari mobil. Lucas menatap wadah dan hanya bisa menghembuskan nafas panjang karena sikap maminya dan itu membuat Lucas tersentuh, Lucas hanya berharap semoga hubungan dirinya dengan kekasih sama seperti kedua orang tuanya. Lucas sangat mencintai kekasihnya tersebut dan satu lagi kekasihnya sangat dewasa seperti maminya jadi tidak perlu lagi dirinya mencari wanita lain jika sudah mendapatkan di depan mata. Suasana bagian pemasaran sangat ramai membuat Lucas menghembuskan nafas panjang melihat kelakuan rekan kerjanya, biasanya mereka akan membahas gosip yang beredar di kantor atau permasalahan mendapatkan kerja sama sampai wanita seksi yang menjadi objek fantasi mereka semua termasuk dirinya. “Kenapa,” Lucas mendatangi mereka yang tampak sedih. “Klien marah karena hasil yang diharapkan tidak sesuai,” jawab Reno tanpa menatap Lucas. Reno menjelaskan bahwa sesuai kesepakatan rumah yang akan ditempati akan selesai akhir bulan ini tapi sampai saat ini belum mendekati sempurna dan pihak yang berada di lapangan selalu memberi alasan kenapa tidak selesai, Reno menduga ada hal yang janggal karena seperti di tutupi kenapa tidak selesai. Lucas hanya mendengarkan semua keluhan Reno agar nanti bisa dibicarakan dengan Rifat ketika jam istirahat. “Ya udah nanti kita cari jalan keluarnya yang penting kamu sudah mencari semua buktinya,” Reno mengangguk lemas. Lucas kembali ke mejanya dan menghabiskan waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya agar bisa berbicara dengan Rifat dan sangat kebetulan sekali Lucas tidak memiliki jadwal untuk bertemu dengan klien. Setelah merasa semua pekerjaan beres dengan cepat Lucas melangkah ke lantai atas dengan lift khusus sambil membawa bekal yang dibawa maminya melalui Anggi, suasana lantai yang sepi menyambut kedatangan Lucas tanpa menunggu langsung melangkah ke tempat Rifat yang menatap Lucas dengan bingung pasalnya langsung masuk dan tanpa membuat janji terlebih dahulu. “Pembangunan rumah di tempat baru itu belum selesai kenapa?,” Lucas menghembuskan nafas panjang melihat reaksi Rifat dengan cepat menceritakan semua yang di dapatnya tapi reaksi Rifat hanya tersenyum mendengarnya seolah tidak peduli dengan emosi Lucas. Tanpa banyak bicara Rifat memberikan berkas yang langsung di baca Lucas dengan perlahan dan ternyata sudah di tanda tangani. “Seharusnya kamu bisa lebih cermat ketika membaca berkas.” Lucas memandang Rifat malas karena selalu memberikan kritikan apabila dirinya melewatkan beberapa hal yang seharusnya sudah tertera dalam perjanjian yang telah disepakati bersama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN