Awal Baru

1328 Kata
Sampailah Anna di sebuah pondok pemuda yang menolongnya tadi, sebuah rumah yang sederhana dan pemuda itu tinggal bersama Ayahnya, Alberto Bastian. "Siapa gadis kecil yang bersamamu Andreas?" "Tadi aku bertemu dengannya saat memetik tanaman, dia nampak lemas. Katanya dia melewati pengunungan untuk sampai di sini. Jadi aku menolongnya dan membawanya kemari." Anna melihat Alberto, perawakannya seperti Papanya, hanya saja Alberto cacat, dia tidak memiliki kaki kanan. Lalu Anna menyapa Alberto dengan sopan. "Halo, Paman. Namaku Anna Balcon. Aku berasal dari kota Marlin." "Andreas bawakan air dan roti gandum serta s**u untuk gadis kecil ini." "Baik Ayah." "Jadi namamu Anna, aku Andreas Bastian. Sebentar aku ke dapur untuk mengambilkan makanan." "Duduklah Anna, aku ini Ayahnya Andreas, namaku Alberto Bastian, kau bisa panggil aku Alberto." "Paman Alberto." "Gadis kecil ini anak yang sopan, aku rasa dia berasal dari keluarga berpendidikan tapi mengapa penampilannya seperti ini", Alberto bergumam sambil memandangi Anna. Andreas kembali dari dapur dengan membawa beberapa roti gandum, segelas s**u dan sebotol air. "Minumlah air ini dulu lalu makanlah." "Terimakasih." Anna makan dengan perlahan dan tak berasa air matanya menetes begitu saja. "Ada apa denganmu? Mengapa kamu malah menangis?" "Aku tidak tahu bagaimana keadaan temanku di luar sana?" "Temanmu? Jadi kamu pergi berdua dengannya tapi dimana dia sekarang?" "Kami terpisah di pelarian karena kami dikejar penjahat. Dia mencoba mengalihkan perhatian para penjahat itu agar tak mengejarku sehingga aku bisa sampai di kota Firland ini dengan selamat", sambil menangis sesegukan. Alberto bisa melihat kesedihan di mata Anna, "Anna, aku rasa kamu telah melalui banyak kesulitan. Makanlah dulu lalu istirahat, jika sudah tenang kamu bisa menceritakan apa yang terjadi kepadamu." "Iya Anna, kamu makanlah dulu." Anna menyeka air matanya dan melanjutkan makannya. Setelah makan, Anna pergi beristirahat. "Anna, kamu bisa pakai tempat tidurku meskipun kurang nyaman tapi ini bersih." "Terimakasih Kak Andreas." Anna merebahkan dirinya sebentar dan dia baru teringat dengan gucci tempat abu Papanya. Gucci itu ada di ransel dan ransel itu dibawa Winaga. "Gucci abu Papa. Iya itu ada di ransel Winaga. Aku harus mencari gucci abu Papa", Anna tampak gelisah. "Anna, ada apa? Tenangkan dirimu." "Aku harus kembali ke pegunungan mencari temanku. Dia membawa gucci abu Papa. Aku harus membawa kembali gucci abu Papa." "Kamu ini masih lemah. Sebaiknya istirahat dulu. Nanti aku akan menemanimu untuk mencari temanmu itu." "Tapi..." "Ini juga sudah gelap. Bagaimana mungkin kita bisa menemukan temanmu? Istirahatlah, aku akan menyiapkan makan malam untuk kita." Dengan berat hati, Anna mengiyakan saran Andreas. "Tapi betul ya Kak Andreas akan menemani aku mencari temanku." "Iya", sambil mengacak-acak rambut Anna. "Kak Andreas...," "Sudah, aku ke dapur dulu." Anna mencoba menenangkan hatinya dan berdoa dalam hatinya semoga Winaga selamat dan mereka dapat bertemu kembali. Sementara itu, kondisi Winaga yang terjatuh ke jurang cukup parah ditambah lagi luka tembak di kakinya namun Winaga mempunyai keinginan hidup yang kuat. Dia bertahan sekuat tenaga untuk tetap tersadar meskipun keadaannya sangat parah. Dia berusaha mengatur napasnya dan berusaha untuk duduk. Napasnya terengah-engah, lalu dari kejauhan Winaga dapat mendengar suara tembakan. "Itu suara tembakan? Apa para penjahat itu masih mengejar Anna? Tidak mungkin, ini sudah gelap, Anna pasti sudah sampai di kota Firland." Lalu dari balik rerumputan, muncul sesosok wanita berpakaian pria membawa senapan. Wanita itu menodongkan senapan ke arah Winaga. "Apa kamu komplotan mereka?" "Bukan." Wanita itu mendekat lalu memperhatikan Winaga terluka. "Apa yang kamu lakukan disini? Sepertinya kamu terluka parah." "Bisakah Anda menolong saya. Saya dikejar penjahat lalu terjatuh dari sana." "Kamu terjatuh dari atas sana. Dan kamu beruntung masih hidup." "Aku harus tetap hidup. Aku masih mempunyai tujuan untuk hidup." "Pemuda ini mempunyai semangat dan kegigihan. Haruskah aku membantunya? Mungkin suatu hari, dia bisa berguna untukku", gumam wanita itu dalam hatinya. "Baiklah, aku akan membantumu, tapi ini semua tidak gratis. Kelak kamu harus membayarnya." "Pasti, aku bukan orang yang lupa kebaikan orang lain padaku." Tak lama, wanita itu memberikan tanda berupa siulan. Lalu datanglah beberapa orang, mereka adalah anak buah wanita itu. "Bagaimana kalian sudah membereskan mereka?" "Sudah bos, mereka sudah kita bereskan dan kita sudah mengambil harta benda mereka." "Bagus, sekarang kita kembali ke markas. Bawalah pemuda ini ke markas, aku ingin mengobati lukanya." "Tapi, siapa pemuda ini? Kenapa kau ingin menolongnya?" "Lakukan sesuai perintahku. Jangan banyak bertanya." "Maaf Bee." Lalu 2 orang anak buah wanita itu membantu Winaga berdiri dan memapahnya. Mereka menuju ke pedalaman hutan dan sampailah mereka di markas. Disana, ada banyak penjaga bersenjata api dengan tugasnya masing-masing. Winaga dibawa ke sebuah ruangan lalu di rebahkan. Wanita tadi menyuruh anak buahnya membawa obat-obatan dan memanggil Bryan ke ruangan itu. "Aku Beatrix Thomp, kamu bisa panggil aku Bee. Siapa namamu?" "Winaga Gultom." Tak lama datanglah Bryan, lelaki berbadan tinggi dan tegap, dia ahli dalam ilmu pengobatan. "Hai, Bee, siapa pemuda ini?" "Aku ingin kau mengobati pemuda ini, dia terluka parah. Namanya Winaga Gultom." "Aku Bryan. Coba aku lihat lukamu." Bryan memeriksa kondisi Winaga dan mengobati lukanya terutama luka tembak di kakinya. Luka itu sudah sangat serius karena peluru yang masih bersarang di dalamnya. Winaga juga mengalami cedera di tulang rusuknya akibat terjatuh dari jurang. Bryan mengeluarkan peluru itu dengan menyuntikkan obat penahan rasa sakit dan akhirnya peluru itu dapat dikeluarkan. Kemudian, Bryan memberi obat dan membalut luka itu. Dia juga menempelkan obat pada luka-luka luar di tubuh Winaga. Lalu memberinya beberapa pil tidur agar dapat mengurangi sakitnya. "Luka di kakimu mungkin akan lama pulih. Tulang rusukmu juga cedera, kau tidak boleh banyak bergerak. Selebihnya tidak ada luka yang serius. Ini aku beri pil tidur agar kau dapat beristirahat." "Terimakasih, Anda sudah mengobati saya." "Bee, aku keluar dulu." "Baiklah, aku juga harus keluar. Winaga, kau istirahatlah, besok baru kau bisa ceritakan apa yang terjadi padamu?" Beatrix dan Bryan meninggalkan ruangan tersebut. Lalu Winaga meraih ranselnya dan membukanya, untunglah gucci abu Roman tidak pecah karena terlindung mantel miliknya. Winaga mengkhawatirkan Anna, "Apa Anna sudah sampai dengan selamat di kota Firland?" Tapi karena pengaruh pil tidur, Winaga tertidur sambil memegangi gucci abu di sampingnya. Keesokkan harinya, Anna sudah bangun dan bersiap untuk mencari Winaga. Andreas pun sudah menyiapkan sarapan untuk mereka di meja makan. Mereka bertiga makan bersama. "Anna, bagaimana tidurmu? Kita makan dulu sebelum berangkat." "Aku tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan banyak hal." "Anna, bisa kamu ceritakan kepada Paman apa yang menimpamu?" Lalu Anna menceritakan kejadian malam itu saat rumah mereka di serang dan Roman terkena ledakan. Lalu dirinya dan Paula juga di serang saat di rumah Winaga dan karena penyerangan itu Paula meninggal di saat mereka harus melarikan diri dan dia membuat kuburan untuk Paula di dekat hutan. Kemudian untuk mengalihkan perhatian penjahat Winaga dan dirinya terpisah. "Begitu ceritanya Paman dan sekarang aku ingin mencari Winaga karena dia yang membawa gucci abu Papa", mata Anna berkaca menceritakan kejadian itu. "Gadis sekecilmu harus melihat orangtuamu terbunuh, sungguh penjahat tidak bermoral. Apa kamu tahu siapa pemimpin penjahat itu?" "Mama bilang namanya Carlos Santos." "Carlos Santos, penjahat itu kejahatannya makin merajarela." "Apa Paman kenal dengan penjahat itu?" "Penjahat itu yang menyebabkan aku kehilangan kaki kananku juga putriku." "Putri, Paman punya seorang putri dan dia meninggal karena Carlos Santos." "Benar, dia memasang bom di mobilku. Saat itu Aletta berada sendiri di mobil itu. Aku hendak menolongnya tapi terlambat." "Mengapa orang itu sungguh kejam?" "Manusia seperti itu harus dimusnahkan dari muka bumi ini. Anna, Paman akan membantumu untuk membalas kematian kedua orangtuamu. Apa kamu mau menjadi putriku? Aku akan membekalimu dengan ilmu menembak dan beladiri. Aku akan melatihmu bersama Andreas. Kalian harus membasmi penjahat seperti Carlos Santos agar tidak ada lagi yang kehilangan keluarganya." "Aku mau Paman, aku akan menjadi putrimu mulai hari ini dan melatih diriku untuk bisa menghancurkan Carlos Santos. Itu adalah tujuan hidupku mulai hari ini." "Baiklah, hari ini adalah awal baru untukmu. Sekarang namamu bukan lagi Anna Balcon, namamu Aletta Bastian." "Iya, Paman." "Dan Andreas, kalian sekarang bersaudara, kalian harus saling menjaga." "Iya, Ayah, aku akan menjaga Aletta." "Sekarang aku akan pergi mencari temanku, Winaga." "Kamu harus berhati-hati." "Tenang Yah, Andreas akan menemani Aletta." Anna sekarang berganti nama menjadi Aletta. Aletta dan Andreas pergi ke pegunungan untuk mencari Winaga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN