Beatrix memikirkan sebuah cara untuk membuktikan, siapa sebenarnya Aletta dan Andreas. Dia teringat kalau putranya memiliki alergi terhadap kue kacang almond. Lalu muncul sebuah ide agar kakaknya Aletta, Andreas bisa mengonsumsi kue tersebut tanpa menimbulkan kecurigaan siapapun. Beatrix meminta Winaga untuk mengadakan perjamuan makan malam.
Perjamuan ini diadakan untuk menyambut Aletta sebagai bagian dari mereka. Perjamuan ini akan diadakan di kediamannya dan dia ingin mengundang Andreas sebagai kakak Aletta dalam perjamuan ini. Beatrix akan menyajikan kue kacang almond buatannya sebagai makanan pembuka dalam perjamuan.
Keadaan Andreas berangsur membaik. Winaga juga sudah memberitahu Aletta mengenai perjamuan yang ingin di adakan oleh Beatrix. Dan juga mengundang Andreas ke acara tersebut.
"Aku akan menyiapkan gaun untuk acara perjamuan nanti, kamu hanya perlu berias yang cantik."
"Bang, aku juga akan menyiapkan setelan jas untuk Bang Andre. Bang Andre hanya perlu fokus untuk pemulihan."
"Baik, terimakasih Tuan Naga."
Wesley mendapatkan kabar mengenai Andreas dari salah satu anak buah Winaga yang kembali dari balai pengobatan. Mengetahui kondisi Andreas berangsur membaik, hatinya sedikit lega. Bila nyawanya tidak tertolong, dia tidak tahu apa yang akan menimpa dirinya. Meskipun sampai hari ini, Winaga belum menemuinya sejak hari itu, mengetahui sifat Winaga, dia pasti membuat perhitungan dengannya.
"Syukurlah bila dia baik-baik saja."
Jeanette mendengar percakapan Wesley dengan anak buah itu dan bertanya.
"Siapa yang baik-baik saja?"
"Bukan siapa-siapa, tidak penting."
"Atau kamu mengkhawatirkan p*****r itu?"
"Dia tidak ada hubungannya, sayang."
"Ini sudah 3 hari sejak kejadian di klub tapi Naga belum kembali. Apa mungkin p*****r itu terluka parah? Mungkin aku harus mengunjunginya untuk melihatnya terakhir kali."
"Tidak perlu, sayang."
"Tapi aku mau pergi, kamu mau ikut atau tidak, terserah."
Wesley dan Jeane datang ke balai pengobatan. Namun, Jeane merasa kecewa saat Aletta terlihat sehat bahkan tidak terluka sedikitpun. Jeane bertemu Aletta dan Andreas yang sedang bersama.
"Gua kira elu sekarat dan sedang terbaring menunggu ajal, ternyata masih sehat."
"Jeane, terimakasih sudah mengkhawatirkanku. Tapi seperti kamu tahu, Tuan Naga pasti tidak akan membiarkan siapapun melukaiku. Dia melindungiku jadi pasti aku baik-baik saja."
Jeane melihat Andreas yang bersama Aletta. Mereka tampak mesra dan dia juga mengenali Andreas.
"Elu bukannya pria yang bekerja di rumah bordil. Kenapa elu ada disini dan kalian berdua tampak menjijikkan? Bermesraan di belakang Naga. Gua bakal laporin kalian ke Naga."
"Jeane...., lebih baik kamu berpikir jernih sebelum bertindak jangan seperti tunanganmu, Tuan Wesley. Aku yakin Tuan Naga sekarang sedang memberinya sedikit pelajaran."
"Apa maksud elu? Tidak mungkin abang gua menghajar Wesley."
"Tuan Wesley sudah membuat abangku seperti ini. Menurutmu, apa Tuan Naga akan tinggal diam?"
"Dia.... abang elu?"
"Sama sepertimu memiliki seorang abang yang menyayangimu. Aku juga memilikinya."
Jeane berpikir sejenak, dari pertama kali mereka bertemu, pria ini memang begitu melindungi Aletta. Ternyata, dia abangnya, pantas dia melindunginya. Lalu apa maksud perkataan Winaga akan memberi pelajaran kepada Wesley? Wesley yang menghajar pria ini sampai babak belur? Gawat, bila begitu, Naga akan menghajarnya. Aku harus menemui Naga sekarang.
Jeane mencari Wesley di sekelilingnya. Tadi Wesley mengikutinya dari belakang tapi sekarang kemana dia. Jeane berubah panik lalu segera mencari Wesley di ruangan Winaga.
"Awas kalian, gua belum selesai dengan kalian. Bila terjadi hal buruk sama tunangan gua, gua akan buat perhitungan dengan kalian."
Jeane meninggalkan mereka dengan sedikit berlari. Dan benar saja Wesley sedang berada di ruangan Winaga. Wesley tersungkur ke lantai setelah menerima serangan tinju Winaga.
"Elu sudah tahu kan kesalahan elu?"
"Iya Naga, gua tahu. Harusnya gua tidak menghakimi kakaknya Aletta sendiri sebelum masalahnya jelas."
"Bagus, kalau elu paham. Gua tidak ingin hal seperti ini terulang jadi pakai logika elu sebelum bertindak."
Winaga hendak meninjunya sekali lagi namun tepat saat itu Jeane datang dan berteriak.
"Hentikan.... Kenapa abang memukul Wesley? Ingat, dia ini adik ipar abang."
"Jeane..., Abang cuma memberinya peringatan kecil."
"Abang melakukan ini karena w************n itu kan. Abang baru mengenalnya tapi abang begitu membelanya."
"Jangan panggil Aletta seperti itu. Dia adalah kakak iparmu sekarang."
"Aku tidak sudi mengakuinya sebagai kakak ipar."
"Jeane, kamu membantahku."
"Iya", tatap Jeane marah.
Winaga mengepalkan tangannya. Baru kali ini, dirinya dan Jeane bertengkar. Dia meminta Jeane pergi.
"Tinggalkan tempat ini dan bawa dia. Aku akan memberimu waktu untuk merenungkan kesalahanmu. Bila kamu belum menyadari kesalahanmu, aku akan menghukummu saat kembali."
Jeane tidak percaya dengan perkataan yang baru terucap dari mulut Winaga. Demi w************n itu, Naga tega menghukumnya. Wesley segera menghampiri Jeane yang masih berdiri mematung.
"Jeane, sudahlah. Ayo kita pulang."
Wesley merangkul Jeane dan mereka meninggalkan ruangan Winaga. Jeane tidak terima dirinya kalah dengan Aletta. Di dalam mobil, dia melampiaskan kemarahannya dengan memukul setir kemudi berkali-kali dan Wesley mencoba menenangkannya.
"Sial, sial, sial, dasar w************n. Elu pikir elu udah menang. Gua enggak terima..... Naga lebih membela elu ketimbang gua, adik kandungnya sendiri. Sedangkan elu yang baru dikenalnya, elu pasti sudah meracuni otak Naga. Gua enggak akan biarin elu hidup tenang. Elu dan abang elu. Lihat aja nanti."
"Sayang, sayang.... dengarkan aku. Tenangkan dirimu. Kamu adiknya Naga. Kamu pasti lebih mengerti dia. Dia pasti hanya menggertakmu tadi. Dia hanya ingin kamu dan Aletta hidup rukun. Jadi lebih baik kita ikuti permainan wanita itu. Bila kamu terus menentang Naga, bukan wanita itu yang dirugikan melainkan kita. Kita akan dihukum bahkan diasingkan dan wanita itu akan semakin leluasa menguasai Naga."
Jeane berpikir sejenak.
"Kamu benar. Aku harus mengalah untuk mencapai kemenangan. Aku tidak akan membiarkan wanita itu merebut perhatian dan kasih sayang Naga kepadaku selama ini."
"Iya sayang, kita harus bermain cerdik."
******
Tiga hari kemudian, Andreas sudah bisa pulang. Winaga mengajak Andreas untuk tinggal bersama mereka.
"Bang, tinggallah bersama Aletta. Aletta pasti senang ada Bang Andre yang menemaninya bila aku sedang pergi. Lagipula, Bang Andre sudah terlalu banyak tahu mengenai tempat kami. Menurut aturan, bila ada orang luar yang memasuki tempat kami dan terlalu banyak tahu maka orang itu harus kami habisi."
Andreas membuat ekspresi wajah terkejut saat Winaga mengatakan itu.
"Kalau begitu, aku tidak boleh menolaknya. Iya kan, Letta."
"Iya Kak."
"Tapi aku punya satu permintaan."
"Katakan saja Bang."
"Aku ingin berpamitan dengan orang-orang di rumah bordil. Sudah seminggu aku pergi, pasti mereka khawatir dengan keadaanku. Aku juga harus mengemasi barang-barangku."
"Baiklah."
Andreas kembali ke rumah bordil ditemani salah satu anak buah Winaga. Andreas menemui Sabrina yang cemas dengan keadaannya.
"Andreas, kamu kemana saja? Aku pikir terjadi hal buruk sama kamu?"
"Iya memang ada hal di luar kendali ku tapi sekarang semua sudah terkendali. Kamu tidak perlu cemas. Aku akan tinggal bersama Aletta di kediaman Tuan Naga."
"Wah, itu berita bagus. Tapi.... aku akan kehilanganmu. Pertama, Aletta lalu kamu...."
"Sabrina, kami akan selalu mengirim kabar dan sesekali mengunjungimu. Yang terpenting, mulai sekarang jauhi barang haram itu. Jangan kau gunakan lagi. Paham?"
"Aku paham. Kamu jaga diri juga jaga selalu Aletta."
"Tentu", ucapnya sambil memeluk Sabrina.
Andreas mengemasi barang-barangnya, hanya beberapa helai pakaian dan satu benda penting miliknya yaitu senjata pemberian ayahnya. Dia menyimpannya baik-baik dalam ransel. Dia juga berkirim surat kepada ayahnya lewat merpati sebelum pergi. Andreas mengabarkan kalau dia dan Aletta baik-baik dan semakin dekat dengan tujuan utama mereka.
Madam Cesilia melepas kepergian Andreas. Dia juga memberikan gajinya Andreas dan uang pesangonnya. Madam Cesilia merasa senang dengan kinerjanya selama bekerja di tempatnya dan merasa sedikit kehilangan sosoknya.
******
Wesley dan Jeane menyambut kepulangan Winaga, Aletta dan Andreas di depan pintu utama. Jeane bahkan memberikan pelukan selamat datang kepada Aletta.
"Selamat datang kembali, kakak iparku tersayang", ucapnya sambil memeluknya.
Aletta terkejut dengan perubahan sikap Jeane. Wesley juga meminta maaf kepada Andreas atas kejadian tempo hari.
Winaga merasa senang, Jeane menyadari kesalahannya dan berharap mereka dapat menjadi satu keluarga yang bahagia.
Hari perjamuan yang ditunggu oleh Beatrix, akhirnya tiba. Aletta mengenakan gaun hitam yang senada dengan setelan jas Winaga. Andreas mengenakan setelan jas abu. Jeane dan Wesley juga ikut ke perjamuan.
Mereka duduk bersama di sebuah meja panjang untuk 10 orang. Beatrix duduk di paling depan. Di sampingnya kanannya, ada Winaga, Aletta, Andreas sedangkan di samping kirinya, ada Eira, Jeane, Wesley dan Bryan.
Beatrix telah menyiapkan menu makanan pembuka yang dihidangkan oleh beberapa pelayan. Sepotong tart dengan toping kue kacang almond di atasnya.
Beatrix selalu memperhatikan ke arah Andreas. Dia menunggu bagaimana reaksi Andreas saat memakan tart tersebut. Dan saat gigitan pertama, Andreas melahapnya, dengan satu kue kacang almond utuh diatasnya lalu.......