"Pikiran manusia terbagi menjadi pikiran sadar dan pikiran bawah sadar atau alam bawah sadar. Dan pikiran bawah sadar ini memiliki hampir sembilan puluh persen kendali dari otak manusia. Bagian ini disebut sebagai, pikiran yang tidak dapat dicurigai oleh manusia itu sendiri. Para orang pintar menamai fenomena ini dengan nama Suspension of Disbelief. Apa Anda pernah mendengarnya?" Seorang pria dengan tinggi yang hampir mencapai seratus sembilan puluh senti ini tersenyum lebar ketika duduk di hadapan Eduardo. Tatapannya terasa tajam dan seolah siap menusuk Eduardo kapan saja, kalau saja Si pria tidak kenakan kacamatanya, Eduoardo tidak akan berani menatap mata Si pria. Eduardo menggeleng perlahan, dia sudah berkeringat sejak tadi, rasa gugup sudah menyelimutinya, tapi ini adalah jalan di mana ia bisa menyelamatkan istri dan kebahagiaan keluarganya. Ini adalah satu-satunya jalan yang harus ia tempuh, tidak apa mengorbankan sedikit rasa kemanusiaan untuk hal yang ia lindungi, lagi pula yang salah adalah pria tua tidak tahu malu itu. Darah Eduardo seperti tengah direbus jika mengingat hal-hal yang pria tua itu lakukan. Eduardo menarik napas perlahan dan mencoba menjawab pertanyaan tamu yang sudah jadi lawan bicaranya sejak tiga puluh menit lalu ini.
"Apa, apa seperti hipnotis di acara televisi? Akhir-akhir ada satu acara televisi yang menampilkan hal seperti itu. Para tamu yang diundang akan dihipnotis dan menuruti kata-kata atau menjawab pertanyaan tanpa mereka sadari." Eduardo mencoba tenang, ia tahu betul jika pria di hadapannya ini tidak akan menyakitinya. Bukan dia korbannya, bukan Eduardo yang harus mereka habisi kali ini melainkan pria busuk di sebelah rumahnya. Dan orang yang akan menghabisi pria busuk itu adalah orang di hadapannya. Pria yang mengenalkan dirinya dengan nama Walter itu tertawa. Badannya perlahan ia condongkan ke arah Eduardo, jari-jari tangan tampak mengetuk-ngetuk meja menimbulkan suasana yang lebih menegangkan dari sebelumnya.
"Ya benar. Salah satunya disebut sebagai hipnotis. Namun, apa yang akan saya lakukan bukan hipnotis. Saya akan menciptakan rasa percaya manusia dari alam bawah sadarnya, dan jika dimanfaatkan dengan sangat baik, saya bisa menghabisi siapa saja tanpa harus menyentuh mereka. Bukankah itu cara membunuh yang begitu indah? Tidak ada barang bukti tandanya tidak ada pelaku, tidak ada pelaku tandanya tidak ada pembunuhan. Hal sempurna, sederhana dan indah ini yang akan saya pakai untuk target Anda Tuan Eduardo. Haha. Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya datang karena Hades meminta saya menjelaskannya terlebih dahulu pada Anda agar Anda paham bagaimana cara kerja saya. Hades memilih saya untuk mengerjakan tugas kali ini karena merasa saya lebih cocok untuk kasus yang Anda alami. Jika itu membunuh dengan tangan, maka Anda bisa saja terkena imbasnya, dan Anda tidak akan suka hal itu, benar? Saya percaya pada keputusan Hades. Lalu, yang terakhir, apa Anda percaya pada saya?" Walter tersenyum, tidak menjauhkan wajahnya satu senti pun dari sekarang. Sepasang matanya yang berwarna merah layaknya darah sudah menerobos masuk ke dalam isi kepala Eduardo dan dirasa sudah mengobrak-abrik bagian dalamnya. Tidak ada hal lain yang bisa Eduardo lakukan kecuali percaya dan tergantung pada Hades atau anggota VenTham lainnya. Keputusan Eduardo sudah bulat. Eduardo mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Walter, membuat Walter semakin tersenyum dengan lebar.
"Kalau begitu, mari kita bicarakan apa yang harus Anda lakukan sebagai imbalan atas apa yang akan saya lakukan. Anda tidak mengira jika pekerjaan ini gratis bukan?" Walter terkikik, membuat Eduardo semakin merasa ngeri. Namun, Eduardo paham jika memang pekerjaan ini tidaklah gratis, ia sudah membacanya jika VenTham selalu meminta bayaran untuk apa-apa yang mereka lakukan. Dan bayaran itu tidak selalu berupa uang tunai. Eduardo mengangguk, ia menelan ludah samar dan sedikit mengendurkan dasi yang dipakai. Eduardo baru saja kembali dari pekerjaannya di Pabrik, ia sengaja meminta pada atasan untuk pulang lebih awal karena hal ini. Semalam, Hades berkata padanya, jika hari ini pada pukul empat sore akan ada seorang pria yang menemuinya di kafe ujung jalan bernama Paradise. Dan benar saja, saat Eduardo baru tiba, ia sudah melihat Walter duduk di sana dengan congkak. Tanpa peduli ada banyak pasang mata yang memerhatikan, tanpa peduli jika seluruh atensi orang-orang tertuju padanya.
"Saya tahu. Saya tidak berpikir jika hal ini tidak berbayar sama sekali, saya hanya tidak tahu apa yang harus saya berikan pada Anda atau pada Tuan Hades sebagai bayaran. Apa saya harus bertanya pada Tuan Hades mengenai bayarannya? Tuan Hades tidak memberikan saya informasi berupa apa yang menjadi bayarannya, karena itu saya sedikit kekurangan informasi." Eduardo mencoba jadi lebih tenang dengan teknik pengaturan napas. Ia tidak mau terlihat begitu gugup dan membuat setelan jasnya basah karena keringat. Ia tidak mau saat pulang ke rumah, Istri tercintanya khawatir karena melihatnya basah kuyup karena banjir keringat. Walter tersenyum lebar, samar Eduardo dapat melihat bagian runcing gigi Walter yang berada pada kedua sudut bibirnya yang tertarik.
"Tidak perlu. Karena bayaran kali ini, saya sendiri yang akan menerimanya dan saya sendiri yang akan memutuskannya. Tuan Eduardo, bayaran yang saya inginkan setelah menyelesaikan pekerjaan ini adalah darah segar."
°°°
"Halo." Walter tersenyum, pakaiannya rapi dan terlihat seperti keluarga bangsawan atau seperti pekerja yang ada di Kapital. Pria tua yang tengah duduk sendirian di bangku taman itu tersentak karena kedatangan orang asing di sebelahnya. Pria tua bergeser sedikit, jika Si orang asing ingin duduk di bangku taman juga. Pria tua mengangkat topinya sebagai salam, dan Si orang asing tersenyum karena salam tersebut sebelum duduk dengan santai.
"Sedang menikmati cuaca? Cuaca sangat bersahabat kali ini, benar?" Orang asing memandang langit, tidak begitu cerah dan tidak juga begitu gelap. Langitnya seolah sangat mendukung hal yang akan orang asing lakukan, mengingat pada kenyataannya orang asing sangat membenci langit cerah dan Mataharinya yang bersinar tajam. Sinar matahari yang dapat menusuk dan melukai kulit juga bola matanya. Dan itu dirasa sangat menyebalkan bagi orang asing.
"Halo, iya begitulah. Saat sedang banyak pikiran saya biasanya akan datang ke sini untuk menjernihkan pikiran," jawab pria tua perlahan. Ia berbicara dengan bahasa dan perilaku sopan meski lawan bicaranya adalah pria yang lebih muda darinya. Pria tua tidak mau menganggap dirinya superior hanya karena ia lahir lebih awal. Orang asing terkekeh ringan, mewarnai keheningan taman yang notabene tidak ada pengunjung pada hari-hari biasa. Taman yang mereka kunjungi biasanya akan ramai pada akhir pekan atau saat liburan tiba. Taman akan dipenuhi anak-anak atau remaja yang sibuk mencari cinta pertama mereka, meski bagi orang asing, mereka semua sama dan yang membedakan hanya cairan kental yang mengalir di dalam tubuh mereka masing-masing.
"Menjernihkan pikiran tidak akan lengkap tanpa rokok, benar? Rokok?" Orang asing menyodorkan pipa rokok baru pada pria tua di sampingnya, dan entah kenapa tanpa ada rasa curiga pria tua segera mengambil pipa rokok itu dengan rasa senangnya. Menyalakannya perlahan dan mulai menghisapnya.
"Benar, saya meninggalkan pipa rokokku di rumah dan apa yang Anda lakukan sungguh membantu. Siapa namamu pemuda? Berkunjunglah ke rumahku untuk makan malam, atau sekadar makan camilan. Cuaca akan sangat gelap sebentar lagi, dan saya tidak pernah melihat Anda di sekitar sini. Saya yakin jika rumah Anda tidak di sini, dan Anda berasal dari jauh." Pria tua tersenyum ramah, sembari terus menghisap pipa rokok yang pria asing berikan. Sementara, pria asing semakin tertawa karena apa yang pria tua katakan membuat pria tua kebingungan. Pria tua tidak merasa salah berkata-kata atau mengatakan sesuatu hal yang lucu dan dapat ditertawakan.
"Ah, maaf saya tertawa. Saya hanya merasa lucu, bagaimana Anda bisa menawari saya makan malam atau sekadar makan camilan di rumah Anda jika Anda akan mati sebentar lagi." Orang asing tersenyum lebar, dan mata pria tua membelalak karena ucapan orang asing.
"Apa maksud Anda!?" seru orang tua dengan sedikit menjauhkan badannya dari pria asing sebagai insting penyelamatan hidup. Orang asing semakin tersenyum lebar, terutama saat melihat reaksi pria tua yang ada di hadapannya. Orang asing mendekati pria tua perlahan dan berbisik halus agar hanya pria tua saja yang mendengarnya.
"Bukankah selalu diingatkan jika selalu berhati-hati saat menerima barang dari orang asing yang tidak dikenal? Bagaimana rasanya setelah menghisap pipa rokok yang sudah saya campur dengan arsenik itu? Apakah enak? Apakah mampu menjernihkan pikiran Anda? Apa sekarang Anda sudah merasa tidak dapat bernapas?" Orang asing tersenyum, tatapan matanya lurus menelusuk masuk ke dalam pikiran orang tua. Memaksa mengambil kendali atas alam sadar orang tua dan membuat kata-katanya adalah nyata, membuat orang tua yakin jika saat ini ia sedang diracuni. Orang tua memegangi lehernya sendiri dengan kedua tangan, tidak ada kata yang dapat keluar dari sana, tidak ada teriakan, dan tidak ada keributan yang timbul. Hanya tatapan penuh rasa takut dan percaya akan kebohongan yang orang asing ucapkan padanya. Pria tua merasa kesulitan bernapas, ia tersungkur ke tanah dan dalam waktu singkat kehilangan sadar beserta nyawanya. Sayang, ia bukan mati karena racun, melainkan ia mati karena terlalu kuat memegangi lehernya sendiri. Dengan kata lain, pria tua mati karena mencekik dirinya sendiri. Orang asing tersenyum, meraih pipa rokok yang ada di sana dan menghisapnya.
"Arsenik? Haha. Apa itu?" Orang asing tertawa, kali ini ia dapat menyaksikan hal yang menarik dan akan dapat bayaran juga. Bergabung dengan Hades sungguh bukan suatu penyesalan.
°°°
"Sekali seseorang jatuh dalam ketakutan, maka suspensi kekafian akan menjadi lebih kuat. Otak tidak menginginkan fakta objektif, dan dengan mudah menyeret manusia pada kematian mereka."