Liburan itu benar-benar kacau. Lebih dari sekadar liburan yang berantakan, itu adalah titik balik dalam hubungan Athaya dan Shenzy. Athaya mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang mungkin sedikit di atas batas normal. Matanya lurus menatap jalanan berkelok di Puncak, sementara pikirannya kacau balau. Napasnya masih berat, sisa dari amarah yang belum juga mereda. Ia benar-benar tak percaya dengan apa yang terjadi di vila tadi. Shenzy sudah kelewatan. Ia menghela napas, berusaha menenangkan diri, tapi bayangan kejadian di kamar mandi tadi terus berputar di kepalanya seperti film yang diputar ulang tanpa henti. Pelukan erat itu. Rabaannya. Suaranya yang terdengar lembut, bahkan menggoda. Seakan menantang Athaya untuk bereaksi, untuk membalas, untuk menyerah pada apa yang diingi

