Tak Terucap

2203 Kata

Frissyla menghela napas panjang, menatap kosong ke arah jalanan yang mulai lengang seiring matahari merambat turun ke ufuk barat. Langit sore berwarna jingga kemerahan, seakan mencerminkan gejolak yang ia rasakan dalam hatinya. Tentu saja belum ada kemajuan. Kasus ini sudah mereka selidiki selama berminggu-minggu, tapi jawabannya tetap sama—buntu. Apa yang harus ia katakan pada Adel? Haruskah ia berkata jujur bahwa semua upayanya sejauh ini sia-sia? Atau mungkin ia harus memberi harapan palsu bahwa mereka semakin dekat dengan kebenaran? Frissyla mengalihkan pandangannya pada Adel yang duduk di sebelahnya, wajah sahabatnya itu tampak serius. Adel selalu seperti itu—pantang menyerah, selalu ingin mencari jawaban, selalu ingin memperjuangkan sesuatu yang menurutnya benar. Tapi kali ini, bahk

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN