Mereka akhirnya tiba di Makassar. Begitu turun dari kapal, udara kota pelabuhan itu menyambut mereka dengan hembusan angin yang membawa aroma asin laut. Langit cerah, meskipun matahari mulai condong ke barat, masih terasa panasnya menyengat kulit. Sopir yang dikirim oleh keluarga Adel sudah menunggu dengan sebuah mobil besar yang cukup nyaman untuk perjalanan panjang ke pelosok Sulawesi Selatan. Sopir itu adalah orang kepercayaan Abinya Adel. Seorang pria paruh baya dengan wajah ramah, mengenakan kemeja putih dan celana bahan hitam. Ia segera membantu memindahkan barang-barang mereka ke bagasi mobil. "Selamat datang, Nona Adel," sapanya dengan sopan. "Semoga perjalanan kita lancar." Adel hanya mengangguk, pikirannya masih dipenuhi oleh kekhawatiran. Mereka semua naik ke dalam mobil, dudu

