permintaan

1115 Kata
"APA?" Seperti tersambar geledek disiang bolong tubuh Hafidz lemas seketika, Ya allah aku belum siap batinnya. Hafidz memacu laju mobilnya hingga hanya membutuhkan 15 menit menuju Rumah Sakit, tadi Umminya menelpon memberitahu bahwa sang Abi asam lambungnya naik. Sesampainya di prakiraan rumah sakit ia tak perduli pandangan orang yang menatapnya aneh berlari kesetanan. "Abi, Abi baik?" ujarnya panik, sang Abi hanya tersenyum lirih. "Ummi bisakah Abi bicara berdua dengan Hafidz?" "Baiklah Bi, Ummi cari makan siang dikantin dulu assalamu'alaikum." Selepas Ummi pergi, kecanggungan pun terjadi tak ada yang ingin membuka suara terlebih dahulu. "Hafidz kemari, Nak." Hafidz mengikuti perintah Abinya, berdiri tepat disamping sang Abi yang kini menatapnya sayang, bukan tatapan kecewa. "Kau tahu Nak, abi menjodohkanmu bukan karna semata-mata Niswah anak dari sahabat Abi, Abi mengerti Nak ini berat tapi jika kamu ikhlas semua akan mudah." Hafidz masih menunggu kelanjutan ucapan Abinya. "kau ingat saat Abi bangkrut, harta abi habis bahkan kita tak punya tempat tinggal." Ya, Hafidz ingat itu, tak mungkin ia lupa pada saat itu juga gadis yang ia cintai meninggalkannya tanpa kabar. "Malaikat itu datang Nak, dia memberi Abi modal semula ia enggan tapi karna bujukan sang anak yang jelita bak bidadari, malaikat itu memberi Abi modal, tetapi pada saat yang bersamaan asam lambung Abi kambuh pada akhirnya uang itu tidak jadi untuk modal." Hafidz menatap Abinya yang kini matanya sudah berkaca-kaca, ia ingat itu, masa dimana ia harus ditempat sang paman untuk melanjutkan pendidikan. "Awalnya Abi bingung, tetapi gadis itu tersenyum mengatakan uang itu tetap jadi modal, biar biaya Rumah sakit ia yang membayar pada saat itu Abi sudah mengikrarkan bahwa ia akan menjadi menantu dirumah kita, Nak, tak bisakah kau menuruti ingin Abi sekali ini." Hafidz terdiam, apakah gadis itu Niswah ? Jika ia maka ia akan berterima kasih padanya. "Hafidz setuju Abi, Hafidz akan mencobanya." Biarlah ia mengalah, ia tak ingin Abinya kecewa lagi, mungkin benar apa kata Lukman cinta ada karna terbiasa. Setelahnya Hafidz pergi ke taman rumah sakit disana ada beberapa anak yang mungkin nasib nya tak sebaik Hafidz hingga matanya menatap pada satu objek yang sangat ia kenali "Niswah" batinnya Matanya terus menatap Niswah yang tengah tertawa lepas bersama anak-anak yang menggunakan kursi roda, tanpa sadar kakinya seolah berjalan sendiri hingga sekarang Hafidz berdiri tepat dihadapan Niswah. Niswah yang belum menyadari kehadiran Hafidz pun masih asyik bercerita sampai suara deheman seseorang menghentikan kegiatannya. "Ehemm ..." Niswah membalikkan badan dan tampak disana Hafidz yang menatapnya dingin. "Eh ada Om ganteng sini Om denger cerita Ounty seru loh Om." Ajak salah satu anak yang berkepala gundul mungkin habis chemotherapy mungkin. "Iya." Setelahnya nya Hafidz sibuk disamping Niswah Tampa bicara. "Wah! Liat deh kesya Om sama Ounty cocok kan?" "Iya la, cocok banget." Anak yang di ketahui bernama Kesya berbinar Sedangkan Niswah sudah mulai merasa tak nyaman dengan keadaan ini, mulai duduk gelisah Hafidz yang mengerti itupun mengambil inisiati untuk mengubah suasana. "Siapa nama kamu?" Anak yang ditunjuk Hafidz tersenyum lalu menunjukkan name tag yang ada di d**a kirinya, Niswah yang mengerti kebingungan Hafidz menjelaskan bahwa Aisyah anak berumur 3 tahun mengalami kebisuan sejak ia melihat kedua orang tuanya tewas kecelakaan. Hafidz hanya diam setelah mendengarkan penjelasan dari Niswah. "Ounty ngantuk!" ucap salah seorang anak yang menggunakan kursi roda. "Farel ngantuk, mari Ounty antar kalian masuk." Setelahnya Niswah pamit meninggalkan Hafidz yang menatapnya dalam diam. "Aku tak bisa," ucapnya putus asa, menyerah pada hatinya yang keras meski logikanya ingin membuka hati untuk Niswah. Flashback "Abi tunggu keputusanmu esok, Abi mohon pertimbangkanlah Hafidz." Deg Baru kali ini Hafidz melihat Abi memohon kepadanya, apakah ia begitu keras kepala? Hafidz mulai merasa ia sangat keterlaluan. "Iya Bi akan Hafidz pikirkan ." Hafidz memandang kosong kearah jalanan didepannya, memikirkan bagaimana kelak nasib rumah tangganya jika cinta saja tidak ada. Entahlah! Semoga Allah mengampuni semua dosanya dan mempermudah masalah yang ia hadapi saat ini. ??? Allah tak pernah tidur, ia selalu bersama hamba nya yang ingin mendekatkan diri padanya Allah juga tak akan membiarkan hambahnya mengalami kesulitan. -catatan jingga- -------- Seminggu setelah kejadian pembatalan itu, Niswah tidak pernah melihat Hafidz di kampus, apa dia lagi cuti? Tapi cuti kenapa? Niswah terus menerka-nerka alasan ketidakhadiran Hafidz dikampus. " Niswah kamu gak pulang?" Yang ditanya tidak merespon sama sekali, Nabila menatap Niswah dan benar saja pandangan mata Niswah kosong. Ide jahil pun muncul dalam otak Nabila. " NISWAHH ADA PAK HAFIDZ DISEBELAH KAMU!" teriak Nabila heboh membuat seluruh pandangan mahasiswa yang di kantin menatapnya aneh. " Hah! Mana?" WAHAHAHAHAHA Tawa Nabila keluar begitu bebas, Niswah yang tadinya kaget kini sadar sepenuhnya ia telah dikerjain. "Aws ... sakit Niswah, ampun!"Cubitan beruntun mendarat dari Niswah, "Cie ngelamunin pak Hafidz ya?" goda Nabila dan sukses membuat pipi Niswah merona. "Wah merona, berarti beneran mikirin pak Hafid- ..." Nabila diam seketika, Niswah yang melihat Nabila membisu menatap aneh tanpa sadar dibelakangnya tengah berdiri Hafidz. " Bil gak kesam- ..." "Ekhem ekhem!" Niswah langsung meloncat kaget, melihat Hafidz tengah berdiri tepat dibelakangnya. "Nis aku duluan ya." Nabila lari ngacir meninggalkan Niswah yang kini sedang menunduk tidak berani menatap Hafidz. "Saya di depan bukan di bawah." "Eh! Ma-maaf pak." "Sudah ikut saya, kita sudah telat 10 menit." Niswah mendongakkan kepala menatap Hafidz heran, mau pergi ke mana? Pikirnya. "Simpan pertanyaan itu diotak kamu." Setelahnya Hafidz menuju parkiran khusus dosen, terpaksa Niswah mengikutinya meskipun harus berlari karena Hafidz berjalan sangat cepat. TIN TIN TIN Oke! Itu adalah kode agar Niswah mempercepat Langkahnya, ketika ia masuk mobil , banyak mahasiswa yang menatapnya heran. "Pak mau ke mana?" Hafidz diam tidak niat menjawab pertanyaan Niswah, karna hal itu Niswah enggan bertanya lagi dan memutuskan diam, namun ngantuk menyerang membuat Niswah sedikit demi sedikit menutup matanya, hingga matanya sempurna terpejam. Hafidz yang menatap itu hanya mampu berdecak kagum, bisa-bisanya Niswah tertidur pada posisi duduk. "Niswah bangun." "Eh maaf pak." Niswah tersenyum kaku, dan menatap sekelilingnya, hah!Butik pengantin. "Niswah sebelumnya maaf soal kemarin, hari ini Abi menyuruh saya mengajak kamu fitting baju, karna pernikahan kita akan dilaksanakan 5 hari lagi." "Hah? Bukannya sudah bat- ..." " Batal? Tidak, karna saya menariknya, setelah saya pikir-pikir, apa salahnya saya membuka hati untukmu." Niswah menatap senduh Hafidz, betapa mudah nya ia menarik ulur perasaan. Niswah hanya diam tanpa ada respon, sedangkan Hafidz merasa tenang dengan ucapannya tanpa perduli perasaan Niswah. "Aku tidak bisa." Hafidz memandang aneh Niswah, tidak? Artinya Niswah ingin membatalkan. "Kenapa?" "Tidak ada alasan khusus untuk ini." "Tapi saya ingin melanjutkan, maafkan saya atas kejadian kemarin saya berjanji saya akan belajar mencintaimu, tapi bimbing saya." Niswah terdiam ia tak mampu membuka suaranya, menatap manik mata teduh Hafidz mencari kebohongan di sana, namun yang ia dapat hanya sebuah pandangan penuh harap. "Baik, kita jalani." Final! Itu adalah hal terakhir yang ia putuskan. Menerima perjodohan dan membangun rumah tangga bersama Hafidz.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN