"Tak ada kata yang mampu ku ucap, selain tangis haru ketika namaku engkau sebut dengan lantang."
--------------
Semua tamu telah pergi, hanya tersisa keluarga Hafidz dan Niswah, beserta teman-teman yang masih ingin tinggal.
"Wah akhirnya sah juga." Itu suara heboh Nabila yang disusul gelak tawa lainnya, Niswah mulai merasa gerah dengan busananya Hafidz yang melihat Niswah bergerak tak menentu mengerti bahwa istri kecilnya sedang kegerahan.
"Abi Ummi Hafidz Niswah ke kamar dulu, kasihan Niswah kecapean."
"Oh yasudah istirahat saja dulu ,Abi sama Ummi juga mau pamit,"
Niswah menatap Hafidz yang kini tengah merangkulnya posesif. Jujur saja ia sedikit canggung sekarang, sebelumnya Niswah tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki selain Abi dan Abang nya Naufal, dan sekarang, Hafidz yang notabennya tah menjadi suami Niswah beberapa waktu lalu sudah memeluk pinggangnya posesif.
"Jangan liatin mas segitunya, nanti aja liatinnya." Niswah yang tertangkap basah hanya tersenyum malu. Setelah sampai di dalam kamar Niswah, Hafidz langsung rebahan di atas kasur yang terdapat di tengah ruangan tersebut, sedangkan Niswah beberapa kali melirik hafidz sambil berfikir keras, bagaimana cara ia berganti pakaian kalau Hafidz masih disini, ia masih erasa malu bahkan untuk melepas jilbabnya sekalipun.
"Mas keluar dulu." Pinta Niswah yang membuat Hafidz duduk dari rebahan ya, dan menatap istri mungilnya itu penuh tanda tanya.
"Lah ngapain?" Tanya nya heran.
"Niswah mau ganti baju," ucapnya malu, bukan keluar Hafidz malah kembali merebahkan diri seolah perintah istrinya hanya ucapan belaka. Sambil menoleh ke arah Niswah, hafidz menatap lekat istinya sambil menilai penampilan gadis itu dengan teliti, apa Niswah masih tidak mau akan pernikahan ini? Sampai ia harus keluar kamar .
"Ngapain malu, kita udah sah sayang."
Lagi-lagi mendengar Hafidz memanggilnya sayang membuat kupu-kupu serasa beterbangan di perut Niswah menggelitik. Hafidz ini, mengapa senang sekali membuat ia salah tingkah.
"Mas keluar dulu," ucap Niswah sedikit mamaksa, tidak sopan memang, tapi mau bagaimana lagi, ia masih belum bisa leluasa seperti Hafidz.
"Gak mau titik! Udah kalo mau ganti ya ganti aja," ucap hafidz ngeyel, baginya tidak masalah Niswah mau ganti baju di hadapan nya, mau tidak pakai apa-apa malah lebih bagus, menyenangkan hati suami kan berpahala.
Dengan pasrah Niswah mulai membuka bajunya namun merasa kesulitan saat membuka reshleting di belakang. Hafidz yang melihat itu berdiri dan tepat berada di belakang Niswah, mengambil alih membuka reshleting membuat Niswah terkejut dan hampir saja melompat.
"Sudah selesai, lain kali kalo butuh bantuan bilang jangan diam." Niswah hanya tersenyum malu, mengingat pasti Hafidz sudah melihat punggungnya, rona merah langsung menghiasi kedua pipinya.
"Aduh!"
Niswah langsung panik mendengar Hafidz yang kesakitan. Kenapa suaminya ini?
"Eh kenapa mas? Mana yang sakit."
"Di sini!" Ucap Hafidz menunjuk bagian d**a yang dimana itu tepat hatinya berada.
"Kok?" Niswah menatap hafidz penuh rasa khawatir dan juga heran, apa suaminya ini tiba-tiba terkena serangan jantung atau bagaimana!
Hafidz tersenyum melihat tanggapan Niswah, ia langsung mendekap istri kecilnya, mencium keningnya lembut, dan menggoyangkan tubuh Niswah ke kanan dan kiri, akh! Betapa polos istri kecilnya ini.
"Sakit liat senyummu, terjangkit diabetes," ucap Hafidz tepat di telinga Niswah.
"Apaan sih mas, gombal."
"Tapi senengkan?"
"Ah udah ,Niswah mau mandi"
"Perlu dimandiin gak?" Niswah hanya menggerutu kesal, bisa-bisanya Hafidz mengodanya sedangkan Hafidz sudah tertawa terpingkal-pingkal. Sepertinya ia mulai sayang kepada istri kecilnya, Ah bodo amat yang penting Dia milikku ,batin Hafidz.
"Tertawa terus sampai lupa jika waktu Ashar sudah tiba," ucap Niswah membuat Hafidz terlonjak kaget. Kenapa Niswah cepat sekali dari dalam kamar mandinya?
"Cepat sekali."
Niswah tersenyum menatap Hafidz yang tertegun melihat senyuman Niswah, rasanya ia tak asing dengan senyum itu, atau ini hanya khayalan, ya ini hanya khayalan. Senyuman itu seperti senyuman yang dimiliki wanita masa lalunya, atau ini hanya pikiran hafidz saja.
Hafidz berjalan kearah Niswah, mengusap rambut Niswah lembut.
"Mas mandi dulu."
"Iya Mas!"
Niswah mulai mempersiapkan pakaian yang akan di gunakan Hafidz ini adalah tugas seorang istri. Seperti dalam sebuah hadist dijelaskan.
"Seorang perempuan datang ke hadapan Nabi SAW lalu berkata, “Wahai Rasulullah SAW, saya mewakili kaum wanita untuk menghadap tuan (untuk menanyakan tentang sesuatu). Berperang itu diwajibkan oleh Allah hanya untuk kaum laki-laki, jika mereka terkena luka, mereka mendapat pahala dan kalau terbunuh, maka mereka adalah tetap hidup di sisi Allah. lagi dicukupkan rezekinya (dengan buah-buahan Surga). Dan kami kaum perempuan selalu melakukan kewajiban terhadap mereka (yaitu melayani mereka dan membantu keperluan mereka) lalu apakah kami boleh ikut memperoleh pahala berperang itu?”
Maka Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Sampaikanlah kepada perempuan-perempuan yang kamu jumpai bahwa taat kepada suami dengan penuh kesadaran maka pahalanya seimbang dengan pahala perang membela agama Allah. Tetapi sedikit sekali dari kamu sekalian yang menjalankannya" ¹
Dan Niswah ingin mendapatkan surga itu bersama dengan Hafidz suaminya.
Hafidz menatap heran Niswah yang terlihat melamun serta ada baju koko lengkap dengan celana dan sarung untuknya sholat, Hafidz tersenyum ini enak nya jika sudah punya isteri ada yang mempersiapkan segala kebutuhannya, namun bukan hanya itu alasan Hafidz ingin menikah, melainkan untuk mendirikan separuh agamanya dan sunnah rasul.
"Jangan melamun, nanti banyak setan yang mengganggu."
Niswah menatap Hafidz seraya tersenyum
"Cantik sekali isteriku."
"Sudah jangan membuatku malu Mas, mending sekarang Mas ke mesjid sholat berjama'ah, Mas tidak mau kan sarung yang Mas pakai berubah jadi mukena."
Hafidz menggelengkan kepalanya seperti anak kecil ketika mendengar larangan sang ibu.
"Ya Sudah karena isteriku sudah selesai ceramahnya, Mas ke mesjid dulu Assalamualaikum."
Niswah menatap punggung Hafidz, semoga rumah tangganya yang baru dimulai beberapa jam tadi selalu mendapati keridhaan Allah Swt.
-------------------
sumber dari :
¹.https://www.republika.co.id/berita/q8bnvy430/kewajiban-muslimah-setelah-menikah