Chapter 4

1173 Kata
Suara percikan air dari kamar mandi terdengar dari sebuah kamar mewah yang bernuansa putih. Langit masih gelap saat seseorang itu tengah mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Tak ada yang terlalu spesial sampai-sampai pria itu semangat untuk membersihkan tubuhnya. Hanya saja ia harus berangkat menuju sebuah seminar kesehatan yang akan diadakan di kampus kedokteran ternama di Padang, Sumatera barat. Dan pesawatnya akan berangkat dua jam lagi. Setelah menyelesaikan mandinya, Mike keluar hanya dengan balutan handuk yang menutupi bagian bawahnya saja, sedangkan bagian atasnya dibiarkan terbuka begitu saja dengan tetesan air yang jatuh dari ujung-ujung rambutnya. Kalian tahu? Itu terlihat sangat seksi... Mike bersenandung kecil saat mengenakan pakaiannya. Mulai dari pakaian dalam, kemeja dan celana. Namun gerak pria itu berhenti pada bagian dasi. Ia tak bisa memasangkan dasi, walaupun sudah belajar. Biasanya yang akan melilitkan dasi itu padanya, seorang pembantu rumah tangga yang sudah bekerja pada Mike sejak pria itu berusia sepuluh tahun. Namanya Ibuk Retno. Namun untuk saat ini Mike harus membiarkan penampilannya tak rapi dulu karena Buk Retno sedang menginap dirumah Maminya. Setelah memastikan semuanya siap sedia, Mike segera meraih tas sandangnya yang berisi dokumen-dokumen yang akan dia bawa ke sana nanti. Saat turun ke bawah, Mike sudah ditunggu oleh supir kantor yang sengaja ia minta untuk menjemputnya pagi-pagi buta, dengan cekatan supir tersebut membukakan pintu penumpang untuk Mike. "Selamat pagi Boss. Anda terlihat tampan,  seperti Dr. Mike pujaan wanita. Heheheh." puji sang supir yang sudah berumur sekitar 45tahunan itu. Pak Karni juga termasuk supir kepercayaan Gerald Group. "Terima kasih. Bapak paling bisa.." balas Mike ramah. Mike sudah masuk ke dalam,  disusul oleh Karni yang masuk ke pintu supir. "Pesawat jam berapa pak Boss?" tanya Karni yang sudah menjalankan mobilnya. "Jam setengah tujuh, tapi kita mampir sebentar ke Masjid ya pak. Masjid dekat bandara saja." "Baik Pak Boss." Setelahnya, keheningan terjadi. Mike sudah kembali fokus dengan ponselnya. Ia melihat ulang kembali beberapa laporan dan foto-foto yang anak buahnya kirimkan seputaran Angel. Angel.. Sudah dua minggu ini, Angel berhasil mencuri perhatiannya. Mahasiswa jurusan manajemen yang kampusnya pernah Mike singgahi untuk seminar itu, selalu membuat Mike penasaran. Apa motif Angel menciumnya saat itu? Apa motif Angel memintanya menjadi pacar saat itu. Sungguh dua hal ini, belum bisa Mike pecahkan sendiri. Bertanya pada orangnya langsung akan jauh lebih baik. Setengah jam perjalanan Mike menuju bandara, seperti permintaan Mike, Karni memberhentikan mobilnya di masjid besar yang ada di dekat bandara. Prediksi yang pas. Mike datang tepat saat mu'azin mengumandangkan adzan subuh. Ia memang sengaja sholat di dekat bandara. Sarapan di sana juga tak masalah bagi Mike. Setelah sholat subuh berjama'ah yang diikuti juga oleh Karni, Mike melanjutkan perjalanannya menuju bandara. Mike hanya perlu check in saja nanti, karena ia cuma membawa tas ransel. "Pak, kita sarapan dulu ya!" ajak Mike pada Karni saat mereka baru menemukan parkiran motor. "Tapi boss...." Karni nampak ragu menerima ajakan boss nya tersebut. Bukan apa-apa, ia tak punya banyak uang untuk makan di restoran bandara. Seolah paham kegelisahan Karni, Mike segera berceletuk "Saya yang traktir pak. Hitung-hitung ucapan terima kasih karena pagi-pagi buta bapak mau anterin saya ke bandara." Sebenarnya itu hanya basa-basi Mike saja. Karena sebelum bekerja pun, Setiap supir di Gerald Group pasti menandatangi kontrak kerja yang mana isi di dalamnya harus siap ditelpon kapanpun juga. Jadi tentu saja Mike hanya basa-basi. Karni sudah seperti orangtua sendiri bagi Mike. Karena memang selain menjadi supir kepercayaan, Karni memang selalu bersikap layaknya seorang ayah pada Mike. Menasehati bahkan memberi masukan saat Mike sedang risau. Seolah mempunyai insting, Karni selalu bisa menebak kapan Mike ada masalah. Setelah menyetujui ajakan Mike, mereka akhirnya sarapan di sebuah cafe yang ada di sana. Memesan dua piring nasi goreng dan segelas teh hangat untuk Mike, kopi panas untuk Karni. Banyak yang mereka obrolkan sampai panggilan check in untuk pesawat yang akan Mike tumpangi pun terdengar. "Ya sudah pak. Saya harus masuk dulu." ucap Mike pamit. "Baik pak Boss. Hati-hati pak boss. Terima kasih makanannya.." "Iya. Sama-sama. Bapak hati-hati juga pulangnya. Assalamu'alaykum." "Wa'alaykummussalam." Mike langsung berjalan masuk ke dalam, sedangkan Karni segera berlalu menuju parkiran. ***** Pesawat cukup dipadati oleh penumpang yang mencari bangku mereka, salah satunya Mike. Mike sibuk melihat ke atas, melihat label bangku yang  tertempel di dekat kabin pesawat, sampai ia menemukan dimana posisinya duduk. Mike duduk di kursi khusus tiga orang. "Dapat..." seru Mike pelan. Ia membuka kabin tersebut dan meletakkan tasnya di dalam. Dua penumpang lagi yang sebaris duduk dengan Mike belum masuk. Pria itu bersandar di sandaran kursi sembari memejamkan matanya. "Apaan sih Ngel. Berisik deh.." "Tapi gue masih penasaran Manda..." Mike membuka matanya cepat. Suara itu tak mungkin ia lupa. Itu suara gadis yang sudah dua minggu ini merusak konsentrasinya. Mike langsung melirik kebelakang, dua kursi kebelakang sebelah kanannya ternyata ada Angel yang tengah berdebat dengan temannya. Dengan cepat, Mike kembali menghadap ke depan. Jantungnya mendadak bergemuruh. Mendadak ia mengalami sindrom gugup yang berhasil membuat Mike tak berkutik. Suara perdebatan itu masih terdengar. Secara perlahan Mike memutar kepalanya ke belakang, namun sial saat itu, aksinya langsung dipergoki Angel yang juga tengah melihat ke depan. Sama dengan Mike, Angel juga langsung terkejut dan bersembunyi di balik kursi di depannya. Membuat Amanda heran. "Kenapa lo?" tanya Amanda kebingungan. "Depan lo!!..." ucap Angel berbisik. "Apaan?" "Depan lo Manda.." ulangnya. "Depan gue? Apaan?" "Itu depan Lo ada Mike..." Manda segera mengaktivkan radarnya saat nama Mike di sebut. Ia langsung melirik dan mencari pria yang dimaksud dan tepat sekali, Amanda menemukan Mike tengah duduk diam di kursinya. "Mike...ada Mike Ngel..!" seru Amanda pelan. Angel memutar bola matanya jengah. Apaan.. Udah jelas-jelas tadi ia bilang kalau ada Mike. "Mike tu..." goda Amanda. "Trus? Gue harus ngapain?" Muuaacch...muaacchh.. Goda Amanda sambil menirukan gaya mencium. "GILA AJA LO!!" Angel menutup mulutnya cepat karena tak sengaja berteriak yang menyebabkan penumpang di sana meliriknya termasuk Mike. Mike melihat Angel yang memukul Amanda kesal. Dan itu nampak menggelikan di mata Mike. Tanpa Angel sadari, sebuah senyum terbit di bibir Mike. "Menggemaskan..." ujar Mike pelan. ***** Mike keluar lebih dulu dari pesawat. Ia baru saja sampai di Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Sedangkan kedua gadis itu,  Angel dan Amanda sudah mengekori dari belakang. Awalnya Mike tak sadar tengah diikuti sampai ia melihat pantulan mereka di pintu kaca bandara. Bukannya marah, Mike justru tersenyum geli melihat kelakuan mereka yang mengendap-endap. Mungkin karena terlihat mencurigakan, akhirnya Angel dan Manda mendapat teguran dari satpam yang berhasil membuat kedua gadis itu ketakutan. "Bisa buka tasnya?" tanya keamanan tersebut. "Buat apa pak? Saya nggak bawa bom." "Kami hanya memeriksa." "Tapi saya dan teman saya nggak bawa bom." "Ya sudah kalau begitu. Bisa ikut kami sebentar...!?" 'Ya Tuhan, apalagi ini. Angel mau diapain iniiii...' batin Angel meratap. Baik Amanda maupun Angel sama-sana memohon untuk tak di seret. Mereka tak mau berurusan dengan polisi. Walaupun tak mungkin karena yang mereka bawa juga isinya cemilan semua. "Pak, jangan gitu pak. Kami nggak salah." rengek Angel mengiba. "Iya kami tahu. Tapi bisa ikut kami sebentar. Hanya ke pemeriksaan detektor itu aja mbak." jelas lelaki itu. "Tapi kita nggak bawa bom. Pak ayolah pak. Kasihani kamiii.." Angel cukup lebai saat itu. Bahkan Amanda yang awalnya panik malah menatap Angel jijik. "Lo ngapain sih?" tegur Amanda. "Memohon. Siapa tahu dilepas." "Ya kali keamanan Bandara lo samain sama di dufan. Kadang bego lo keterlaluan ya Angel." Angel cemberut mendengar ucapan Amanda, namun ia masih terus memohon untuk dilepaskan sampai suara deheman seseorang, menghentikan aksi saling dorong dan tahan tersebut. Bahkan rengekan Angel sudah tak terdengar. Yang ada malah kebisuan di kedua gadis tersebut khususnya Angel..... ***** BERSAMBUNG!!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN