Hanya butuh kurang lebih dua bulan, hingga akhirnya pernikahan Nuca dan Ola terjadi. Semua media sudah menyebarkan berita kalau hari ini pernikahan Nuca si pebisnis muda yang terkenal dengan putri dari Sandiaga akan digelar secara besar-besaran. Hal itulah yang Nuca inginkan, kini semuanya sudah terjadi. Tinggal menunggu tanggal mainnya saja, Nuca tersenyum sinis. Beruntungnya acara itu telah selesai yang kali ini menyisakan lelah bagi tubuhnya karena harus berdiri di atas pelaminan sambil menyapa tamu-tamu yang hadir di acara pernikahannya. Namun, Nuca sangat puas sekali karena perlahan-lahan apa yang ia inginkan sebentar lagi terwujud. Tinggal menunggu waktu yang tepat saja, setidaknya kini kartu AS sudah bersamanya.
Pintu kamar mandi terbuka membuat Nuca yang sedang menatap pantulan dirinya di cermin pun menoleh, laki-laki itu tersenyum lembut menatap gadis yang beberapa waktu lalu ia nikahi. Gadis yang kini telah sah menjadi istrinya, tipe istri idaman Nuca adalah istri yang penurut. Kali ini ia mendapatkannya, Ola merupakan gadis penurut yang pastinya akan mematuhi segala perintahnya. Namun, tidak termasuk tentang dendamnya itu, jika gadis itu tahu maka tentu saja Ola yang penurut pasti akan hilang dari pandangannya. Tidak, itu tidak boleh terjadi, ada baiknya jika ia merahasiakan semuanya. Ola istrinya, tetapi tak lantas gadis itu harus tahu semua tentangnya.
"Sini, ada yang mau aku omongin," ujar Nuca membuat gadis itu mendekat ke arahnya.
Selama kurang lebih dua bulan ini sudah cukup bagi mereka melakukan pendekatan, hingga akhirnya Nuca berhasil mendekatkan diri pada Ola. Gadis itu benar-benar polos tak tersentuh, Nuca seperti menikahi seorang anak kecil yang begitu penurut saja dan bukannya seorang gadis yang sudah menginjak usia dewasa.
"Ada apa, Mas?" tanya Ola pelan sambil menundukkan kepalanya karena malu, ia masih menggunakan handuk.
Tadinya Ola berniat keluar dari kamar mandi untuk mengambil pakaiannya yang tertinggal, ia sama sekali tak menyangka kalau Nuca sudah berada di kamar. Ia pikir suaminya itu masih berada di luar karena sibuk berbincang dengan rekan bisnisnya. Namun, jelas saja Ola tak kuasa menolak panggilan suaminya itu. Ibunya berpesan padanya kalau ia sebagai istri harus patuh pada suami, apalagi jika itu sama sekali tak membebaninya.
"Duduk." Ola menurut, gadis itu duduk di samping Nuca.
"Apa ini, Mas?" tanya Ola ketika Nuca menyodorkan secarik kertas padanya.
"Surat perjanjian pernikahan kita," jawab Nuca.
"Untuk apa?" tanya Ola bingung karena seingatnya Nuca sama sekali tak pernah membahas tentang surat perjanjian yang kini pria itu berikan padanya ini selama mereka mendekatkan diri.
"Baca saja, pahami kemudian tandatangani." Ola akhirnya menurut, gadis itu mulai membaca surat perjanjian itu.
*Surat Perjanjian Pernikahan*
Untuk pihak pertama yaitu suami :
1. Berhak memerintah pihak kedua yaitu istri asal itu demi kebaikan bersama.
2. Pihak pertama bebas mencampuri urusan pribadi pihak kedua.
3. Pihak pertama mempunyai hak memutuskan kapan pernikahan akan berakhir atau masih terus berlanjut.
Untuk pihak kedua yaitu istri :
1. Pihak kedua tidak boleh ikut campur urusan pribadi pihak pertama.
2. Pihak kedua harus menuruti semua perintah atau permintaan pihak pertama tanpa ada bantahan.
3. Pihak kedua wajib menjadi istri yang patuh pada suaminya.
4. Pihak kedua harus selalu memenuhi kebutuhan pihak pertama baik itu berupa barang maupun hal lainnya.
5. Pihak kedua tidak memiliki hak suara mengenai perpisahan karena semua itu bergantung pada pihak pertama.
Tertanda
Pihak pertama, Nuca
Pihak kedua, Ola
Ola mengernyitkan dahinya ketika telah selesai membaca isi dari surat perjanjian itu, agak tidak adil sebenarnya karena di dalam surat perjanjian itu hanya menguntungkan Nuca dan sama sekali tidak menguntungkannya. Nuca memang pernah membahas kalau pernikahan mereka nantinya bisa saja tak bertahan lama, tetapi ia sama sekali tak tahu kalau Nuca akan membuat surat perjanjian seperti ini.
"Kenapa kayaknya di dalam surat ini hanya ada keuntungan buat Mas?" tanya Ola.
"Untuk pihak kedua, poin nomor dua berbunyi : pihak kedua harus menuruti semua perintah atau permintaan pihak pertama tanpa ada bantahan. Kamu hanya perlu menandantangani itu saja tanpa ada bantahan, bukankah istri yang baik itu istri yang menuruti apa kata suami? Aku membuat surat perjanjian itu agar kamu tidak lupa dengan apa yang harus kita batasi mengenai pernikahan ini. Kalau kamu melanggar poin-poin itu, jelas saja ada hukuman untukmu," ucap Nuca.
"T-tapi 'kan aku belum setuju sama isinya, Mas. Aku juga sama sekali belum tanda tangan," ucap Ola pelan.
"Makanya cepat tanda tangan!" Ola sedikit tersentak ketika nada suara Nuca lebih tinggi, tanpa kata lagi ia langsung menandatangani surat perjanjian itu.
"Bagus, kalau kamu penurut begini aku enggak akan bisa marah." Nuca tersenyum, pria itu mengambil alih kertas itu dari tangan Ola kemudian mengusap kepala gadis itu pelan.
"Aku mau mandi dulu," ucap Nuca kemudian berlalu dari hadapan Ola.
Pria itu menyimpan kertas yang sudah ada tanda tangannya dan Ola di dalam sebuah file kemudian menaruhnya di dalam koper. Mereka sekarang berada di sebuah hotel di mana acara pesta pernikahan itu dilaksanakan. Ada banyak macam pernak-pernik yang ada di dalam kamar ini karena kamar ini memang khusus disiapkan untuk pengantin baru.
Setelah Nuca memasuki kamar mandi, Ola langsung memakai pakaiannya dengan cepat. Ia tidak mau rasa malunya semakin bertambah, sudah cukup tadi ia membuat malu karena lupa membawa baju ganti. Ola tidak ingin itu terjadi lagi. Gadis itu langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, ia akan tidur supaya tak lagi melihat wajah tampan suaminya. Namun, sampai suara pintu kamar mandi terbuka, Ola sama sekali tidak bisa tidur. Entah mengapa matanya sangat sulit dipejamkan, Ola hanya berpura-pura tidur saja. Hingga sebuah pergerakan di sampingnya membuat Ola semakin merapatkan matanya, membaca mantra dalam hati agar ia benar-benar bisa tidur dengan nyenyak.
"Aku tau kalau kamu belum tidur," ucap Nuca.
Ola tersentak ketika Nuca membuka paksa selimut yang membungkus tubuhnya, gadis itu menatap suaminya dengan pandangan bingung.
"Kamu enggak lupa 'kan kalau malam ini malam pertama bagi kita?" tanya Nuca membuat Ola meneguk ludahnya susah payah, ia tahu apa arah pembicaraan Nuca. Dan jujur saja, Ola sama sekali belum siap melakukan itu.
"E-enggak, Mas. T-tapi 'kan Mas pernah bilang kalau pernikahan kita ini belum tentu lama," ucap Ola dengan suara pelan yang bahkan hampir tak terdengar.
"Memang benar, tapi hal itu tak lantas membuat kamu mau lari dari kewajiban kamu sebagai seorang istri. Masalah kita berpisah atau tidak nantinya itu urusan nanti, tergantung keputusanku. Memangnya kalau semisal kita benar-benar berpisah, kamu mau jadi janda yang masih tersegel?" Ola menggelengkan kepalanya, akan sangat aneh jika menjadi janda, tetapi masih perawan.
"Di surat perjanjian juga bilang kalau kamu sebagai istri harus memenuhi kebutuhan suami, baik itu berupa barang ataupun hal lainnya. Dan sekarang yang aku butuhkan itu kamu, Ola." Suara serak Nuca membuat Ola memejamkan matanya, gadis itu merinding ketika merasakan usapan lembut Nuca di pipinya. Apalagi wajah Nuca kian mendekat ke wajahnya.
Hingga ketika dua benda kenyal itu menempel, Ola hanya bisa memejamkan mata. Meresapi ciuman pertamanya bersama Nuca yang begitu lembut dan kini berubah menjadi menuntut. Napas keduanya saling bersahutan ketika Nuca melepaskan pagutannya, laki-laki itu terkekeh pelan melihat wajah Ola yang memerah. Bibir gadis itu membengkak, siapa lagi kalau bukan dirinya tersangka utamanya.
"M-mas, pelan-pelan, ya? Ini yang pertama buatku," ucap Ola dengan suara seraknya karena Nuca berhasil membangkitkan sesuatu dalam dirinya.
"Of course, Baby. Ini juga yang pertama buatku." Hingga ketika penyatuan lembut itu terjadi, Ola tidak bisa menahan laju air matanya lagi. Nuca menenangkan Ola dengan menciumi seluruh wajah gadis itu, ah tidak ... bukan lagi gadis, melainkan wanitanya.
***
Hallo semuanya, sebelum lanjut yuk di tap love dulu, follow akun author jangan lupa ya❤️